Pagi ini, Arora berangkat seperti biasa, diantarkan oleh ayah ke sekolah. Ia berjalan di koridor kelas IPS. Saat berjalan, telinganya tak sengaja mendengar ucapan dari tiga siswi yang sedang duduk di pinggir kelas.
"Rara sama Arora lucky girl banget, ya."
"Iya, mereka bisa sedeket itu sama David."
"Gue iri, deh. Pingin banget di posisi mereka,"
"-kali aja bisa jadi pacar."
Sekiranya itu yang ia dengar selama berjalan melewati ketiga siswi itu. Bahkan mereka tidak menyadari Arora yang lewat di depan mereka.
Apa yang mereka bilang bener juga. Gue lucky girl banget bisa deket sama David, cowok idola di sekolah. Sambil tersenyum, ia melanjutkan perjalanannya menuju kelas.
Arora sampai di kelasnya, berjalan pelan mendekati bangkunya. Namun, belum sampai tujuan, seorang siswi tiba-tiba meneriakkan namanya, membuat dirinya menoleh kasar karena teriakkannya sangat keras.
"ARORA!" cewek itu berjalan cepat mendekati Arora. Arora menatap cewek itu, dan dia adalah Rara.
"Jangan lo deketin David lagi." lontaran kata Rara membuat Chelsea membalas tak suka.
"Eh, ada hak apa lo nyuruh Arora jauhin David?!"
"Lo diem! Ini bukan urusan lo kali." sentak Rara kemudian kembali dengan suara normal. Menatap Arora lagi dengan tatapan tajam.
"Jangan deket-deket David lagi," ulang Rara.
"-gue udah mulai suka sama dia." sambungnya.
Chelsea mendorong bahu Rara tak suka. Tidak ia sangka juga Rara bakal bicara seperti itu.
"Hello? Lo siapa?! Dateng-dateng udah marah-marah sama temen gue. Dulu bilangnya gak suka, eh sekarang? Naksir juga kan lo sama David." komentar Chelsea sedikit menyindir. Rara yang merasa tersindir menatap Chelsea tak suka.
"-tapi nih, ya. Bukannya lo suka sama Jeano? Kenapa tiba-tiba suka sama David?" sambung Chelsea.
"Itu dulu, perasaan bisa berubah kapan aja." ketus Rara. Ia kembali menatap Arora, "Inget kata-kata gue ya, gue harap lo ngerti." sambil menepuk pundak Arora berkali-kali.
Arora menepis kasar, menatap Rara dengan tatapan marah. Jelas ia marah, apa maksudnya bicara seperti itu padanya?
"Ngertiin lo?? Lo aja gak ngertiin gue, kan? Jadi buat apa gue harus ngertiin perasaan lo?" protes Arora. Ia kini angkat bicara karena merasa tak suka dengan ucapan Rara barusan.
Chelsea membatu sekarang, ia hanya menyaksikan perdebatan antara temannya dengan Rara tanpa mau ikut berkomentar lagi. Karena menurutnya kalau Arora sudah angkat bicara, semua bisa teratasi olehnya.
"Gue yang udah naksir sama David berbulan-bulan aja gak pernah ngelabrak orang kayak lo. Karena apa? Gue gak ada hak untuk marah. Lo siapa? Pacarnya David? Bukan, kan? Jadi apa hak lo buat ngelarang gue?!"
Keributan mulai lagi di kelas ini. Seluruh siswa/siswi yang ada di kelas itu menyaksikan keributan ini lagi.
Rara menatap Arora kesal, matanya panas. Rasanya ia ingin menarik rambut acak-acak cewek ini. Ia malu, marah, semua bercampur aduk. Namun, tangannya tak bisa menahan, Ia pun menggapai rambut Arora dan menjambaknya kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUICE[yourself]
Teen Fiction[ COMPLETE ] "Oke, gue bakal ubah sifat gue." Arora benar-benar ingin merubah sifatnya semenjak ia tahu bahwa gebetannya itu lebih menyukai cewek tomboy. Tapi siapa sangka kalau dengan perubahannya memang mempermudah dirinya untuk mendekati gebetann...