O8 : Mango[Kangen]

7 3 0
                                    

Arora sedang menunggu bunda menjemputnya. Namun, bunda tiba-tiba mengirim chat bahwa bunda sedang menjenguk temannya yang sakit dan menyuruh dirinya untuk pulang bersama Yudhis saja.

Yudhis jelas sudah pulang bersama Chelsea barusan. Dan David? Ia ada ekstra dan kemungkinan pulang lebih sore. Arora pun berniat untuk memesan ojek online tetapi tiba-tiba ada yang memanggilnya dari arah samping.

"Ra! Untung aja lo belum pulang." panggil seseorang itu sambil berlari kecil menghampiri Arora.

"Panji? Emang kenapa?" balas Arora menatap lawan bicaranya itu, Panji. Teman seperjuangan olimpiade IPA setiap tahunnya.

"Bu Valen nyuruh kita ke rumahnya nanti. Buat persiapan olimpiade." jelas Panji.

Arora menghembuskan nafasnya berat. "Bosen gue sama lo mulu. Setiap kali gue ikut olimpiade, Bu Valen selalu aja ngajak lo buat ikut." aku Arora. Ia benar-benar malas jika harus bersama Panji terus karena Panji orangnya sangat jahil. Bisa-bisa seharian penuh ia dijahili oleh Panji.

Panji hanya tertawa, "Harus seneng dong. Sama orang ganteng kayak gue." ucapnya bangga.

"Lo mau gue tampol gak?" tanya Arora.

"Kalem. Lo berubah ya sekarang, kayak lebih wow gitu."

"Apaan, sih. Gak jelas."

"Lo kenapa belum pulang?" tanya Panji mengganti topik pembicaraan sembari bersedekap dada

"Masih nyari ojol."

"Mending lo bareng gue. Gimana? Gratis juga." tawar Panji kepada Arora.

Arora menatap Panji. Gak ada salahnya sih kalo bareng Panji, meski jahil Panji orangnya peduli. Lagipula mereka juga akan pergi ke rumah Bu Valen bersama untuk persiapan olimpiade. Akhirnya Arora pun menyetujuinya. Mereka menuju rumah Arora terlebih dahulu dan langsung ke rumah Bu Valen.

Sekitar pukul tujuh malam. Arora dan Panji selesai membahas latihan soal persiapan olimpiade. Arora sudah mengirim chat ayahnya untuk menjemput, kini ia sedang menunggu ayahnya menjemput dirinya di ruang tamu rumah Bu Valen.

"Kamu gak pulang bareng Panji aja tadi?" tanya Bu Valen kepada Arora yang sedang fokus dengan gadgetnya.

Arora menggeleng. "Ayah saya sudah perjalanan ke sini, Bu. Jadi gak papa." Bu Valen hanya mengangguk membalasnya.

"Oh iya, Ibu lupa kasih tahu ini tadi. Kamu foto ya, terus kirim ke Panji biar dia pelajari rumus-rumus ini." pinta Bu Valen. Selembar kertas yang dipegangnya diletakkan di meja, Arora pun siap memotretnya dan mengirimnya kepada Panji. Baru saja ia kirim ke nomor Panji, ayahnya sudah datang menjemput.

Arora pun pamit untuk pulang juga banyak berterima kasih kepada Bu Valen yang sudah berbaik hati membantunya dan Panji persiapan olimpiade.

Di perjalanan, ayah bertanya kepada Arora yang ada di sebelahnya menyetir. "Ra? Kamu mau ikut bunda shoping gak? Atau mau belajar aja di rumah?"

"Mau! Ikut!" girang Arora.

"Ya udah kalo gitu, nyampe nanti kamu langsung siap-siap." ujar ayah. Arora hanya mengacungkan jempol membalasnya kemudian menanyakan suatu hal.

"Emm, Yah," panggil Arora. "Kalo Rara potong rambut, boleh gak?" tanyanya meminta ijin kepada ayah.

"Loh, ya kamu tanya bunda kamu dong." balas ayah sedang fokus menyetir.

Mobil putih milik keluarga Arora sudah terparkir di depan rumahnya. Arora bergegas turun untuk mengambil ikat rambutnya. Kemudian mereka bertiga dengan bunda pergi untuk shoping. Arora duduk di belakang sendiri. Sementara bunda di depan menemani ayah.

JUICE[yourself]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang