Arora sampai di rumahnya. Baru ingin mendudukkan diri di sofa, bunda meneriakkannya untuk tidak duduk. Spontan Arora berdiri lagi.
"Kenapa, Bun?"
"Jangan duduk dulu. Bunda belikan masker yang hijau itu dong, di minimarket komplek itu." pinta bunda lagi dengan cengiran.
Dengan sangat terpaksa, Arora meng-iyakan keinginan bundanya untuk membelikan masker, masker wajah alo-evera. Padahal itu masker miliknya yang dihabiskan oleh bundanya.
"Uangnya mana?" tanya Arora dengan menyodorkan telapak tangannya di hadapan bunda.
"Pakai uang kamu dong. Bunda mau cuci piring." balas bunda kemudian kabur ke belakang.
Arora menghembuskan nafasnya. Oke, i'm fine.
Berjalan kaki Arora pergi ke minimarket dan mencari maskernya cepat, ia ingin cepat pulang menikmati seblak.
Setelah mendapatkan maskernya di rak paling bawah, Arora berdiri untuk pergi ke kasir. Namun, ia dikagetkan dengan cowok tinggi yang berdiri di hadapannya. Hampir saja ia menabrak cowok itu.
Arora mendongakkan kepala sedikit untuk menatap siapa cowok itu. Matanya membulat sempurna melihat bahwa cowok itu adalah David.
"Dav-"
"Lo? Kok bisa ada di sini?" potong David yang juga kaget dengan kehadiran Arora di depannya.
"Harusnya gue yang tanya gitu sama lo. Lo kok bisa ada di sini? Bukannya lo tadi ada di rumah Yudhis main PS?" protes Arora dengan nada ketus khasnya yang baru.
David terkekeh mendengar komentar Arora. "Gue dipesenin mama buat cari masker. Lo tau masker Mustika Ratu?"
Arora mengernyit, berusaha mengingat cover masker yang barusan diucapkan David.
"Tau."
"Yang mana? Cariin dong." pinta David halus.
Arora menyorotkan matanya di rak masker. Sepertinya tidak ada, karena sangat jarang ia melihat masker itu di minimarket ini.
"Gak ada di sini, Dav. Lo cari aja di minimarket luar komplek." ujar Arora memberikan saran.
"Sama lo, ya?"
"Hah?" Arora tiba-tiba menjadi blank setelah mendengar ucapan David itu.
"Nyarinya sama lo, soalnya gue gak tau yang mana. Yuk," ajak David.
Arora masih kaku, rasanya jantungnya lagi gak beres, berdetak sangat kencang. Bahkan ia rasanya lemes, loyo, lunglay.
Gak, Ra. Lo gak boleh ambyar. Semangat!
"Hey? Gimana?" tanya David memastikan.
"Hah? Oh, oke. Gue ke kasir dulu."
Setelah membayar maskernya, Arora menghampiri motor David yang terparkir di depan bersama orangnya.
"Yuk, naik,"
Diam. Arora benar-benar lemas. Ia rasanya ingin teriak sekarang juga. Tapi tidak mungkin di hadapan gebetannya. Oke, Arora harus stay cool, meski kondisi jantungnya tidak aman.
"Ayo, Ra." pinta David sekali lagi.
Tunggu, apa? Ra?
"Hah? Lo tau nama gue?" tanya Arora heran. Sebenarnya ia tidak usah heran. Karena baru saja David bersama Yudhis, jelas Yudhis yang memberi tahu namanya kepada David.
"Tau, udah buruan naik." pinta David kesekian kali.
Arora akhirnya naik di jok belakang motor David. Melaju cepat dan sampai di minimarket luar komplek.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUICE[yourself]
Ficção Adolescente[ COMPLETE ] "Oke, gue bakal ubah sifat gue." Arora benar-benar ingin merubah sifatnya semenjak ia tahu bahwa gebetannya itu lebih menyukai cewek tomboy. Tapi siapa sangka kalau dengan perubahannya memang mempermudah dirinya untuk mendekati gebetann...