No. Id Card: M038
Nama Lengkap: Muhammad Choirul Annas
Titimangsa: Sidoarjo, 20 Mei 2022....
Pertanyaan:1. Apa yang dimaksud dengan cerpen?♥️Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Saat membaca cerpen biasanya sangat cepat selesai. Selain itu, isi pada cerpen juga sangat mudah dipahami karena ceritanya yang relatif pendek. Oleh karena itu banyak orang yang suka dengan cerita yang singkat dan tidak rumit seperti pada cerpen.
2. Menurutmu, cerpen itu bertujuan untuk apa? Cerpen bisa sebagai hiburan. Namun, juga dapat diambil pelajaran / hikmah dari suatu cerpen.
3. Menurutmu, apakah cerpen itu terlalu sulit untuk diterapkan dalam penulisanmu? Sangat sulit.
4. Di manakah dan pernahkah kamu menjumpai karya cerpen? Di media sosial, buku cerpen, dan sebagainya.
5. Nama lain dari cerpen adalah? Fiksi Prosa
6. Sebutkan struktur cerpen beserta penjelasannya secara singkat!
Struktur Cerpen
- Abstrak
Abstrak merupakan pemaparan gambaran awal dari cerita yang dikisahkan. Pada cerpen abstrak biasanya digunakan sebagai pelengkap cerita.- Orientasi
Pada orientasi cerpen biasanya menjelaskan tentang latar cerita seperti waktu, suasana, tempat/lokasi yang digunakan dalam penggambaran cerita cerpen.- Komplikasi
Komplikasi menjelaskan tentang struktur yang berkaitan dengan pemaparan awal suatu masalah yang dihadapi oleh tokoh. Watak dari tokoh juga dijelaskan pada bagian ini. Selain itu pada komplikasi juga menjelaskan urutan kejadian yang berhubungan dengan sebab akibat.- Evaluasi
Pada bagian evaluasi ini terjadi konflik masalah yang semakin memuncak. Konflik mulai menuju bagian klimaks dan mendapatkan penyelesaian atas masalah yang terjadi.- Resolusi
Resolusi merupakan bagian akhir permasalahan yang terjadi pada cerpen. Pada bagian ini terdapat penjelasan dari pengarang mengenai solusi permasalahan yang dialami tokoh.- Koda
Koda merupakan nilai atau pesan moral yang terdapat pada sebuah cerpen yang disampaikan oleh penulis kepada para pembaca. Pesan moral yang disampaikan sesuai dengan jenis cerpen.7. Buatlah cerpen bertema "Perjuanganku Menjadi Penulis" dengan jumlah kata minimal 750 kata, dan maksimalnya tidak dibatasi.
Mentari yang baru bangun mulai menampakkan sinarnya. Langkah kaki mulai mengayuh berpijak tanah tanpa kunjung kata pasti, inilah sosok bocah kecil yang sedang berjuang menjadi penulis hebat di masa mendatang. Pada suatu hari di sekolah, guru bahasa Indonesia ingin bertanya kepada para siswa-siswinya tentang cita-cita hidup mereka. Lantas secara spontan ada sosok anak kecil yang amat percaya diri mengangkat tangan menjadi yang pertama menjawab pertanyaan dari sang guru dan sambil menggenggam pena sambil berkata “Aku menjadi penulis” (ujar seorang siswa). Lalu apa yang terjadi?. Semua siswa langsung menertawakan dengan sangat puas sambil menghina dan mengolok-olok anak yang menjawab pertanyaan dari sang guru tersebut. Kemudian, sang guru mencoba menenangkan kondisi kelas yang mulai tidak tenang dan terus menertawakan anak tersebut. “Berhenti semua!!” (tegas sang guru). Di waktu bersamaan anak yang ditertawakan tersebut hanya menunduk malu dan menahan air mata jatuh di hadapan teman-temanya. Kemudian sang guru mengingatkan kepada semua anak di kelas, bahwa menertawakan cita-cita seseorang adalah hal paling bodoh dan sangat tidak pantas karena sama saja menertawakan diri sendiri. Singkat cerita semua anak pulang dan tersisa anak yang menjawab dengan lantang itu, lalu sang guru menghampirinya dan sambil berkata “Cita-citamu akan jadi kenyataan nak.” (ucap sang guru), anak tersebut hanya tersenyum dan langsung pamit untuk bergegas pulang ke rumah. Di saat perjalanan pulang, anak tersebut terus memikirkan peristiwa yang ia alami saat tadi di kelas, dalam bayangannya ia merasa bodoh dan membenarkan teman-temannya bahwa menjadi penulis ialah hal yang mustahil untuk diwujudkan.
Saat telah sampai di rumah, anak ini langsung mencari ibunya dan langsung bertanya dengan lugas. “ibu, aku bisakah menjadi penulis?” (tanya anak itu, dengan raut penuh harapan). “Bisa, saat ini saja kau sudah menjadi penulis nak,” (Jawab ibu, sambil mengusap kepala sang anak). “Maksutnya bu?”. (Tanya anak penuh penasaran). “Semua orang di muka bumi ini ialah seorang penulis, mereka berjuang menjadi penulis terbaik kisah hidup diri mereka sendiri. Jadi jangan takut bermimpi, penulis adalah bagian dari cita-cita dan mimpi. Maka berlari dan asa semua yang kau bisa, agar mimpimu akan kau raih di hari esok, nak.” (Jawab dengan lugas sang ibu). Mendengar perkataan sang ibu, anak tersebut seakan terbawa suasana dan hatinya kembali yakin, bahwa mimpi harus diraih karena tanpa mimpi tiada hidup yang berseri-seri dan hanya manusia yang bodoh saja yang rela membiarkan mimpi mereka tuk terbang tinggi. Kemudian, anak tersebut masuk ke kamar tidurnya dan mengambil robekan kertas putih kosong dan mencoret dengan pena yang ia miliki dengan kata-kata “AKU PENULIS” dan menempelnya di pintu kamar anak tersebut sambil meneteskan air mata dan berharap doa agar cita-citanya bisa terwujud.
Hari demi hari anak ini sangat rajin dalam menulis segala bentuk tulisan mulai puisi, cerpen, dan beberapa esai untuk ia ikutkan dalam beberapa perlombaan. Awalnya tiada satu pun lomba yang ia menangkan, sampai ia merasa bosan dan berhenti bercita-cita menjadi seorang penulis. Lalu ia teringat satu bisikan dari ibunya beberapa waktu lalu, bahwa setiap orang ialah penulis untuk mewujudkan mimpi mereka sendiri. Lantas ia juga melihat tulisan terpampang jelas di pintu kamarnya, ia merasa malu dan mulai berpikir ia sudah berada di jalan yang tepat dengan kegagalan yang ia miliki. Kemudian ia mencoba menulis satu puisi tentang alam yang berjudul “JERITAN ALAM” dan ia sertakan dalam kejuaraan puisi tingkat provinsi, di luar dugaan puisinya menjadi salah satu juara dalam kejuaraan tersebut. Tangisan menetes deras dari sang anak itu sambil berkata “saya bisa tuhan..” (ujar anak sambil menangis deras). Ia bergegas pulang dan menemui ibunya dan langsung bersujud kepada ibu sebagai bentuk ungkapan terima kasih kepada doa-doa ibunya. Lalu sang ibu berucap “Ini baru awal nak, jalan terjal masih akan kau hadapi nak.” (ucap ibu). Sang anak ini kemudian kembali berpikir tentang ucapan ibunya tadi dan ia baru menyadari bahwa juara itu hanya angka, sedangkan penulis tak perlu menjadi juara karena karyanya akan selalu abadi di hati para pembaca. Singkat cerita, menginjak usia 16 tahun dengan beberapa gelar yang ia raih dalam perlombaan dan niat mulia tuk terus belajar dari beberapa komunitas literasi, penulis andal, narasumber berkompeten dan sebagainya ia berkeinginan menerbitkan satu buku yang memuat karya-karya yang ia hasilkan. Cita-cita ini seakan berlangsung sangat cepat dan instan, karena ada seorang penerbit terkenal yang meminta tolong agar anak ini mau menjadi penulis buku di penerbit yang ia miliki. Lantas anak ini dengan cepat menerima permintaan sang penerbit tadi. “Baik pak, saya bersedia.” (jawab anak tersebut).
Hari pertama menjadi penulis di penerbit itu, ia mulai mengerjakan buku cerpen yang cukup rumit temanya, dimana saat itu ia mendapat tema kehidupan yang rumit. Ia merasa bahwa dirinya belum cukup asam garam dalam mengarungi hidup ini dan tiap hari ia berkeluh kesah kepada ibunya, sampai ada satu momen dimana ibu mengatakan sesuatu kepada sang anak ini. “Lakukan apa yang sudah menjadi pilihan.” (Ujar ibu). Kemudian anak ini merasa apa yang diucap ibunya sangat benar dan ia tak mau melepaskan pilihannya begitu saja. Lalu, anak ini amat bersemangat dalam menulis hingga buku yang berjudul “Lika-Liku Hidup, Tak Serumit Fisika” berhasil ia selesaikan dan mendapat respon yang luar biasa dari para pembaca. Sang ibu amat bangga kepada anaknya dan berterima kasih kepada anaknya karena telah konsisten memilih jalan hidup sesuai apa yang sudah ia pilih dari awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Keluarga SLR Part 33
Historia Corta1. Solehatul Hasanah 2. Koodaniel 3. Muhammad Choirul Annas 4. Muhammad Ardiyanto 5. Putri Milatul Asfakhi 6. Sukirah 7. Poetree Malu 8. Darka 9. Iyan 10. Ericdha 11. Raisyah 12. Difaul Ahzan 13. Maya Marisa