Iyan

0 0 0
                                    

No. Id Card: M030
Nama Lengkap: Iyan
Titimangsa: 20 Mei 2022

....
Pertanyaan:

1. Apa yang dimaksud dengan cerpen?
: ♥️Pengertian Cerpen
Seperti yang diketahui, cerpen merupakan suatu karya sastra dalam bentuk tulisan yang mengisahkan tentang sebuah cerita fiksi lalu dikemas secara pendek, jelas dan ringkas. Cerpen biasanya hanya mengisahkan cerita pendek tentang permasalahan yang dialami satu tokoh saja.

2. Menurutmu, cerpen itu bertujuan untuk apa?
: ♥️Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek. Saat membaca cerpen biasanya sangat cepat selesai. Selain itu, isi pada cerpen juga sangat mudah dipahami karena ceritanya yang relatif pendek. Oleh karena itu banyak orang yang suka dengan cerita yang singkat dan tidak rumit seperti pada cerpen.

♥️Pada umumnya, permasalahan yang dikisahkan pada cerpen tidak terlalu rumit. Maka dari itu jumlah kata pada cerpen juga dibatasi. Biasanya cerpen terdiri dari berbagai kisah seperti genre percintaan, kasih sayang, jenaka, dan lain-lain. Pada cerpen juga mengandung pesan dan amanat untuk para pembaca, sehingga bukan hanya terhibur saja kita bisa menerapkan setiap pesan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menurutmu, apakah cerpen itu terlalu sulit untuk diterapkan dalam penulisanmu?
: ♥️Tidak, saya bisa menulis cerpen baik-baik saja.

4. Di manakah dan pernahkah kamu menjumpai karya cerpen?
: ♥️Di buku majalah atau buku pelajaran.

5. Nama lain dari cerpen adalah?
: ♥️Cerpen juga bisa disebut sebagai fiksi prosa karena cerita yang disuguhkan hanya berfokus pada satu konflik permasalahan yang dialami oleh tokoh mulai dari pengenalah karakter hingga penyelesaian permasalahan yang dialami oleh tokoh. Cerpen juga terdiri tidak lebih dari 10.000 kata saja.

6. Sebutkan struktur cerpen beserta penjelasannya secara singkat!
: ♥️Struktur Cerpen
1. Abstrak
Abstrak merupakan pemaparan gambaran awal dari cerita yang dikisahkan. Pada cerpen abstrak biasanya digunakan sebagai pelengkap cerita. Maka dari itu abstrak bersifat opsional atau bisa jadi tidak ada pada cerpen tersebut.
2. Orientasi
Pada orientasi cerpen biasanya menjelaskan tentang latar cerita seperti waktu, suasana, tempat/lokasi yang digunakan dalam penggambaran cerita cerpen.
3. Komplikasi
Komplikasi menjelaskan tentang struktur yang berkaitan dengan pemaparan awal suatu masalah yang dihadapi oleh tokoh. Watak dari tokoh juga dijelaskan pada bagian ini. Selain itu pada komplikasi juga menjelaskan urutan kejadian yang berhubungan dengan sebab akibat.
4.  Evaluasi
Pada bagian evaluasi ini terjadi konflik masalah yang semakin memuncak. Konflik mulai menuju bagian klimaks dan mendapatkan penyelesaian atas masalah yang terjadi.
5.Resolusi
Resolusi merupakan bagian akhir permasalahan yang terjadi pada cerpen. Pada bagian ini terdapat penjelasan dari pengarang mengenai solusi permasalahan yang dialami tokoh.
6. Koda
Koda merupakan nilai atau pesan moral yang terdapat pada sebuah cerpen yang disampaikan oleh penulis kepada para pembaca. Pesan moral yang disampaikan sesuai dengan jenis cerpen.

7. Buatlah cerpen bertema "Perjuanganku Menjadi Penulis" dengan jumlah kata minimal 750 kata, dan maksimalnya tidak dibatasi.
:

Pada suatu malam suntuk, Adinda menatap kosong kearah bulan purnama di atas langit sana. Ia sedang memikirkan sesuatu yang rumit. Beberapa minggu yang lalu, ia mengirim naskah novel pada salah satu penerbit terkenal, tetapi sampai sekarang ia belum mendapat kabar. Kakaknya menyarankannya untuk melupakannya dan fokus berkuliah. Adinda berada di jurusan pariwisata di semester 4. Tapi ia tetap ingin menunggu, siapa tahu ada keajaiban yang terjadi.
“Din, kamu masih mikirin naskah kamu?” celetuk Fani, kakak dari Adinda.
“Iya, memang kenapa kak?” tanya Adinda.
“Aduh, kamu itu seharusnya fokus kuliah dulu baru mikirin naskah.” Ujar Fani.
“Memangnya salah ya kak kalau aku mengikuti minatku?” tanya Adinda.
“Gak salah, tapi apa kamu harus memerhatikan naskahmu mulu? Kapan fokus kuliah kalau begini?”
“Tapi kak, aku –“
“Udah deh kamu, jangan terlalu memikirkan minatmu dulu, ada kewajiban yang harus kamu kerjakan terlebih dahulu. Kamu belajar mengatur waktu gak sih? Seharusnya kamu memprioritaskan dulu kewajibanmu dibanding minatmu. Kamu boleh banget memikirkan minatmu, tapi jangan lupa dengan kewajiban.” Tegur Fani dengan tegas.
Adinda langsung terdiam mendengarnya, ia hanya melihat Fani yang beranjak pergi dari kamarnya. Gadis itu langsung tersadar dengan perilakunya. Kakaknya benar, ia terlalu mengikuti dan memerhatikan minatnya hingga tidak sadar jika sudah banyak urusan kuliah yang harus ia selesaikan terlebih dahulu.
Ia pun bertekad menyelesesaikan urusan kuliahnya dulu mulai sekarang. Sejak saat itu, ia mulai melupakan naskahnya yang terbiarkan di tangan penerbit, ia mulai sibuk dengan urusan kuliahnya. Banyaknya tugas dan proyek menjadi faktor jarangnya ia memacukan dirinya di dunia kepenulisan.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan teman lamanya, Zahra, mereka adalah teman dekat semasa SMP dan mulai hilang kontak saat berpisahan kelas 9. Adinda tidak menyangka akan bertemu dengan Zahra lagi, begitu pula Zahra, ia kira ia tidak bertemu dengan Adinda lagi.
“Hai Zahra, apa kabar?” sapa Adinda.
“Hai Adinda, kabarku baik, kamu sendiri?” sapa balik Zahra.
“Aku juga baik, kamu berkuliah disini juga? Kalau iya, jurusan apa?” tanya Adinda.
“Benar, aku mengambil jurusan Psikologi disini, kamu sendiri?” tanya balik Zahra.
“Aku jurusan Pariwisata.” Sahutnya.
Mereka pun mengobrol bersama, menghabiskan waktu dengan canda dan tawa, serta menceritakan momen-momen semasa SMP. Mereka kembali dekat, walaupun waktu sudah memisahkan mereka, mereka tetap menjadi teman karib.
“Wow! Akhirnya kau berani mengirim naskah novel ke penerbit, aku senang mendengarnya.” Ujar Zahra, ia baru saja mendengar cerita dari Adinda.
“Hehe makasi, tapi aku sudah melupakannya.” Sahut Adinda.
“Loh? Kenapa?” tanya Zahra.
“Karena aku harus fokus pada kuliahku dulu, aku tidak boleh terlarut dalam minatku.” Sahut Adinda.
“Pantas saja, tapi minatmu bisa disalurkan ke kuliahmu lho.” Ujar Zahra.
“Seperti apa?” tanya Adinda.
“Minatmu menulis kan? kenapa tidak menyalurkannya dengan membuat catatan materi mata kuliahmu? Itu akan bermanfaat bagimu kedepannya.” Usul Zahra.
“Wah! boleh juga, aku akan mencobanya besok.” Sahut Adinda.
“Tapi apa kamu masih ingin melanjutkan minatmu?” tanya Zahra.
“Aku ingin sekali, tapi aku masih tidak pintar mengatur waktu.” Ujar Adinda, ia kembali merasa sedih.
“Hei jangan bersedih, aku akan membantumu mengatur waktu. Bagaimana kalau kita bekerja sama? Aku membantumu mengatur waktu, kamu membantuku mencari informasi mengenai kesehatan mental?” usul Zahra.
“Boleh, boleh, kebetulan aku menyimpan banyak informasi mengenai kesehatan mental.” Sahut Adinda, ia kembali bersemangat.
Mereka pun sepakat untuk bekerja sama. Sejak hari itu, Adinda mulai belajar mengatur waktu dengan Zahra, awalnya ia sulit membagi waktu antara kuliah dan minat menulisnya. Tetapi lama-kelamaan ia menjadi terbiasa mengaturnya. Zahra sangat pandai membagi waktu, bisa dilihat jadwalnya yang begitu teratur.
Kegiatan mereka terus berlanjut, Adinda membantu Zahra dalam mengumpulkan informasi mengenai kesehatan mental, ia juga belajar mendesain dengan beberapa aplikasi oleh Zahra. Mereka berdua semakin akrab dan mengetahui minat masing-masing, Adinda dengan minat menulisnya sedangkan Zahra dengan minat mendesain apapun itu.
Hingga suatu hari, Adinda berniat membuat naskah novel dengan alur dan genre yang berbeda. Zahra mendukungnya sepenuh hati, ia akan membantu Adinda dalam mencari refrensi untuk pembuatan novelnya kelak. Butuh semangat dan niat besar bagi Adinda untuk membuat naskah novel, sesekali ia merasa pusing karena pembuatan naskah, Zahra selalu siap menyemangatinya dan membantunya. Ia sangat beruntung mempunyai teman seperti Zahra.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, dan bulan mulai berganti. Tidak terasa hari ini hari pengumuman naskah novelnya. Ia senang sudah menyelesesaikannya, apalagi ada kabar dari pihak penerbit. Setidaknya ia tidak digantung lagi seperti saat awal.
Wajahnya yang tadinya antusias menatap layar ponsel mendadak sendu saat melihat kabar dari pihak penerbit lewat emailnya.
“Bagaimana?” tanya Zahra.
“Tidak diterima.” Sahut Adinda.
Zahra ikut sedih mendengarnya, ia menepuk bahu Adinda untuk menenangkannya segaligus menyemangatinya.
“Tetapi tidak masalah, Ra. Setidaknya aku senang karena aku membuat naskah sembari mengatur waktuku dengan kuliah dan membuatnya. Aku merasa tidak masalah berhasil atau tidak, niat awalku kan ingin mencoba.” Ujar Adinda, senyumnya kembali bangkit.
“Aku senang mendengarnya, kalau begitu aku akan menemanimu terus.” Sahut Zahra, ia ikut tersenyum mendengarnya.
“Tenang saja, Ra. Masih banyak kesempatan dan penerbit yang belum aku coba, aku tidak sabar untuk mencobanya.” Ujar Adinda.
Zahra ikut senang mendengarnya. Kini Adinda sudah berubah, yang tadinya putus asa menjadi candu untuk mencoba apapun. Ia senang melihat temannya yang pantang menyerah.
Terkadang kita hanya perlu mencoba tanpa memikirkan hasil untuk mendapatkan yang lebih baik, pengalaman baru misalnya.

Karya Keluarga SLR Part 33Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang