Chapter 5

155 19 200
                                    

Russella lagi lagi merasa bingung akan sikap aneh suaminya yang sedari tadi belum mengatakan apapun dan bahkan tidak mengajaknya untuk beristirahat ataupun menyantap makan malam bersama seperti biasa.

Pulang dari gereja keduanya langsung mengganti pakaian dan bertingkah layaknya orang asing di dalam rumah baru yang pria itu miliki untuk tempat tinggal mereka berdua setelah resmi menikah.

Pria itu justru sibuk bekerja di ruangannya dan mengabaikan Russella yang hanya berdiam diri di dalam kamar bahkan ia makan malam sendirian ketika Harry menolaknya dengan alasan sibuk oleh pekerjaannya.

Tak ada seorangpun pegawai di rumah itu dan Russella begitu malas untuk bertanya pada Harry yang telah mendiaminya sejak dari gereja bahkan hingga malam tiba. Begitu terasa aneh juga sangat asing.

Jam dinding tepat menunjukkan pukul sebelas malam dan Russella memutuskan untuk membuang ego hanya agar dapat menemui Harry selaku pria yang telah resmi menikahinya pagi hari ini.

Yang benar saja jika mereka berdua bertengkar setelah beberapa jam mereka menikah dan Russel sama sekali tak menginginkan hal itu untuk saat ini bahkan juga untuk seterusnya.

Russella melangkah menuruni undakan tangga dan berhenti di salah satu ruangan yang berada di lantai bawah. Tanpa perlu izin mengetuk gadis itu langsung mendorong pintunya agar terbuka dengan cukup kasar.

Cukup mengagetkan Harry yang sempat tersentak kaget akan kehadirannya dan kini segera menekan tombol merah untuk mengakhiri panggilan video yang sedang dirinya lakukan.

"Kau sedang melakukan panggilan?" tanya gadis itu bingung seraya menutup rapat pintu dan melangkah mendekat ke arah Harry yang kini langsung meletakkan ponsel di atas meja kerjanya.

"Baru saja selesai." balasnya tersenyum canggung dan menahan nafas ketika Russella tiba-tiba terduduk di pangkuannya dengan kedua tangan yang melingkar pada lehernya.

"Apa aku membuatmu marah?" tanya Russella seraya menyandarkan sisi kepalanya pada bahu Harry yang kini merasa cukup asing akan sentuhan di tubuhnya dan berusaha untuk terlihat tenang di hadapan istrinya.

"Tidak."

"Lalu kenapa kau terus menghindar? Maksudku... Bukankah ini yang selama ini kita inginkan?" Harry terdiam mendengar pertanyaan Russella dan terdiam sambil menatap kedua netra biru gadis tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Apa aku terlalu acuh?"

"Tentu saja kau begitu. Tidakkah kau menyadarinya?" tanya Russella menatap lekat kedua netra hijau milik Harry yang kini langsung memutus kontak mata untuk memperhatikan jendela kaca tanpa gorden yang berada cukup dekat di sisi kirinya.

Melihat hal itu Russella menghembuskan napas kasar dan beringsut bangkit dari pangkuan Harry yang kini langsung menoleh memperhatikan setiap gerak-gerik yang dirinya lakukan.

"Seharusnya kau tak menikahiku jika pada akhirnya kita hanya akan berakhir seperti ini." ucapnya sebelum melangkah pergi meninggalkan Harry yang kini terdiam memandang kepergian gadis tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan.

Besok paginya Russella terbangun sendirian di atas ranjang dan memutar pandangan hanya untuk memastikan jika Harry menempati kamar yang sama dengannya atau tidak semalam.

Gadis itu beringsut turun dari atas ranjang lalu melangkah memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang cukup terasa lengket setelah bangun tidur di pagi hari.

Dengan hanya balutan kimono putih polos gadis itu melangkah memasuki lantai ruang pakaian dan menemukan Harry yang terduduk membelakangi dengan balutan pakaian kasual juga satu map merah yang berada di atas meja rias.

DECEPTION [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang