Axellion─005

101K 755 19
                                    

“Abang bakal tunjukin ke kamu rasanya ciuman yang nyata, bukan sekedar dari film yang kamu tonton,”

“Ih abang,”

Eca membenamkan wajahnya di ceruk leher Axel, membuat tubuh Axel semakin menegang karena hembusan nafas hangat yang menerpa lehernya.

“Ca,” Axel memanggil dengan nada rendah.

“Mmhh, iya bang?” Eca menjawab sambil menggerakkan tubuhnya karena merasa tak nyaman akibat tonjolan keras yang ia duduki.

“Adik abang bangun,”

“Aku emang gak tidur kok, bang.” Eca menimpali.

“Bukan kamu,”

“Loh loh loh, abang punya adek lain selain Eca?”

Axel memejamkan matanya. Betapa tidak pekanya Eca ini.

“Kamu mau liat gak? Adik kecil abang lucu kayak anak kucing,” tawar Axel.

“Mau, mau!”

Eca sangat senang hingga tak sadar melompat-lompat di atas pangkuan abangnya.

“Shhh,” Axel mendesis merasakan ngilu di pangkal pahanya. Axel bukannya merasakan sakit, tapi menjadi sangat ingin batangnya ini masuk ke dalam lubang di tengah paha adeknya.

“Sakit, ya bang?” tanya Eca.

Dengan penuh kekhawatiran, Eca turun dari paha Axel dan mengelus lembut tempat di mana tadi ia duduki.

“Ahhh,”

Penuh dengan kebingungan, Eca menatap abangnya yang justru mendesah. Wajahnya tampak keenakan saat Eca sentuh. Maka dengan inisiatif sendiri, Eca kembali menyentuh benda yang mengeras di tengah paha abangnya.

“Gak sakit lagi ‘kan?” tanya Eca.

Axel segera menghentikkan pergerakan tangan Eca, “udah, Ca-” bisa keluar kalau lo terusin.

“Kenapa?”

“Kamu barusan elus adik abang,” ucap Axel pelan.

“Abang masukin ke celana? Kasian nanti dia sesak, gak bisa nafas,”

“Emang udah sesak waktu kamu elus, Ca,”

“Keluarin bang ih, kasian,”

“Kamu yang buka,”

Axel menyeringai melihat Eca yang mau-mau saja ia suruh. Eca membuka celana Axel hingga boxernya.

“Hwaaaaa!” Eca berteriak terkejut saat rudal besar yang langsung mengacung sempurna saat boxernya ia turunkan hingga setengah paha.

“Abang ih!”

Tangannya meraih bantal guling dan memukul-mukulkannya pada Axel, merasa sudah dikerjai habis-habisan.

“Memangnya apa yang kamu pikirin tentang ‘adik’ abang yang tinggal di celana, hm?” Axel bertanya sambil menarik tubuh Eca agar kembali mendekat dan menyingkirkan gulingnya ke sembarang arah.

“Sekarang kamu tanggung jawab dong udah bikin adik abang bangun,”

Eca memiringkan kepalanya bingung, “gimana caranya?”

“Kocokin, Ca,”

“Ha?” Eca semakin tidak paham.

Axel meraih satu tangan Eca dan meletakkannya di batangnya yang kokoh.

“Pegang yang bener,” Axel mengarahkan agar Eca menggenggam miliknya, dan menuntun tangan lembut itu untuk mengocok penisnya.

“Gerakin naik turun, Ca,” ucap Axel.

Step SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang