Axellion─008

79K 567 25
                                    

Mata cantiknya mengerjap pelan. Eca merasakan dirinya terbaring di tempat yang lembut. Setelah beberapa detik, Eca kembali memejamkan matanya dengan erat.

"Hantu jangan makan Eca. Daging Eca gak enak. Eca juga kurus kata abang, dagingnya pasti dikit. Eca gak nakal, jangan makan Eca,"

Yang Eca ingat, tadi ia berada di depan pintu kamar Axel. Jika sekarang dirinya berpindah tempat, mungkin hantu yang membawanya.

"Kata siapa kamu gak nakal,"

Ih kok suara hantunya kayak abang.

"Hantu jangan ngikutin suara abang. Eca jadi sedih tau," ucap Eca tanpa mau membuka matanya. Eca masih berpikir dirinya dipindahkan oleh hantu.

"Kenapa sedih?" tanya Axel. Dirinya duduk di tepi ranjang. Axel baru saja keluar dari kamar mandi saat mendengar adeknya mengatakan agar dirinya tidak dimakan hantu.

Merasakan pergerakan disampingnya, Eca menggeser tubuhnya perlahan dengan mata tertutup.

"Hantu cowok ya? Jangan deket-deket sama Eca. Nanti abang marah,"

"Eh, tapi Eca kan lagi sedih gara-gara abang. Abang ninggalin Eca sendirian sampai mau dimakan hantu. Abang pergi sama perempuan. Abang jahat,"

"Abang gak jahat," bantah Axel.

Dirinya merasa sedih mendapati adeknya tergeletak pingsan ketakutan di depan pintu kamarnya. Namun, merasa lucu juga melihat Eca mengoceh seperti ini. Bahkan masih menganggap yang Eca ajak bicara itu hantu.

"Hantu kok malah belain abang sih," Eca berucap kesal.

"Makanya buka dulu mata kamu, ini abang bukan hantu,"

Mendengar itu, Eca mengintip perlahan melalui ekor matanya.

"Loh! Kok abang sih!"

Eca langsung terduduk.

"Emangnya kamu berharap tadi itu hantu? Kalo beneran hantu, kamu sudah dimakan tadi,"

"Iya juga ya," Eca bergumam pelan.

"Abang jahat banget sama Eca! Abang ninggalin Eca!"

Eca memukul-mukul Axel dengan bantal yang ada. Axel hanya diam membiarkan adeknya mengeluarkan semua kekesalannya.

Axel akui, memang salahnya meninggalkan Eca sendirian. Dia hanya sedikit kesal mengetahui apa yang Eca lakukan bersama Deon.

"Huh, capek,"

Eca membaringkan tubuhnya terlentang setelah memukuli Axel.

"Udah puas?" tanya Axel.

"Belum, tapi Eca udah capek,"

Axel tersenyum kecil. Tubuhnya bergerak menindih Eca dengan kedua tangan menjadi tumpuannya agar tubuh Eca tidak terhimpit.

Eca hanya menatap wajah abangnya dari bawah.
"Abang udah gak marah lagi sama Eca?"

Axel menggeleng. Matanya memejam perlahan merasakan tangan Eca yang bergerak memeluk pinggangnya dari bawah.

"Udah gak kesel sama abang?" Axel bertanya balik.

Axel merasakan gelengan di dadanya. "Abang jangan ninggalin Eca lagi, Eca takut. Abang marahin Eca aja, tapi jangan biarin Eca sendirian, nanti dimakan hantu,"

Axel terkekeh pelan mendengar itu. Di umur yang beranjak dewasa ini, Eca masih saja takut hantu.

"Perempuan di telpon tadi siapa?" tanya Eca.

"Gak tau," jawab Axel sambil menelusupkan kepalanya di ceruk leher Eca.

"Ahh," Eca mendesah pelan saat Axel menggesekkan hidung di lehernya.

Step SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang