Bintang berjalan menelusuri koridor sekolahnya bersama dengan kedua temannya. Matanya menangkap siluet seseorang jauh di depannya sana. Sedikit tidak percaya dan kurang yakin dengan penglihatannya, menjadikan Bintang acuh dan melewati Langit begitu saja.
Padahal Bintang yakin sekali Langit tersenyum kearahnya tadi. Bintang memejamkan matanya kesal karena baru saja mengacuhkan saudara sepupunya.
Tepukan pada pundaknya menjadikan Bintang tersadar.
"Lo kenal anak yg tadi?"
Bintang menoleh kesebelah kanan hanya untuk menyentil pelan jidat temannya itu, Billy namanya.
"Aduh! Gue nanya malah disentil" dengusnya. Sedangkan disebelah kiri Bintang, si Randy hanya tertawa kecil.
"Bacot sih lo. Kalo nanya sekali, bakal nanya lagi." Jawab Bintang dan mempercepat langkah kakinya mendahului kedua temannya itu.
"Woi mau kemana lo?" Tanya Randy sedikit nyaring, melihat Bintang yg sudah cukup jauh dari keduanya.
"Jadi pendekar" jawab Bintang cuek dan berlari kecil ke depan.
Billy dan Randy saling berpandangan.
"Temen lo ga waras" ucap Randy
"Temen lo juga anjing" jawab Billy dan meninju lengan Randy pelan.
Keduanya mengendikan bahu dan melanjutkan langkah kaki mereka untuk menuju ke kelas.
🐌 🐌 🐌
Bintang membeli sekotak susu dan dua buah roti di kantin. Dalam hatinya ia sudah merangkai kata untuk meminta maaf kepada Langit. Tapi sesampainya di depan kelas Langit entah kenapa segala yg sudah ia persiapkan hilang begitu saja dari otaknya. Menjadikan Bintang melangkah dengan arogan kedalam kelas Langit dan berucap sekenanya saja.
"Kata Ibun lo belum makan."
Bintang merutuki dirinya sendiri ketika Langit menatapnya dengan bingung.
Apa katanya? Kata Ibun lo belum makan. Bisa-bisanya ia membawa Ibun dalam alasannya. Jangan-jangan anaknya udah makan begitu pikir Bintang. Dia akan benar-benar malu jika Langit menjawab "aku sudah makan, jangan mengarang."
Menampikkan segala imajinasi anehnya yg mulai meliar, Bintang pun berbalik seolah-olah ia tidak peduli dengan apa yg akan Langit ucapkan sebagai tanggapan.
"Bintang"
Namanya dipanggil oleh Langit dan Bintang memilih untuk berhenti melangkah tanpa menoleh. Oke, dia sudah siap dengan segala ucapan Langit yg mungkin menganggapnya sokab.
"Thanks bro"
Namun itulah yg dikatakan Langit. Membuat Bintang tersenyum tipis walaupun ia yakin Langit tidak dapat melihatnya. Sedikit banyak merasa puas karena sepertinya ia mengucapkan alasan yg tepat untuk memberikan Langit sekotak susu dan dua bungkus roti. Kemudian ia memilih mengangkat jempolnya sebagai jawaban dan langsung pergi keluar dari kelas Langit.
Memang dari dulu Langit tidak seburuk itu, pikirnya.
🐌 🐌 🐌
Langit tanpa sadar memperhatikan Bintang seperti penguntit. Ini hari ke-7 mereka belajar di sekolah yg sama tapi hasilnya memang mereka tidak sedekat itu. Walaupun sesekali mungkin mereka hanya saling melempar senyum jika tidak sengaja bertemu pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang & Langit
FanfictionSeperti bintang di langit begitu pula keduanya menjadi satu yang tidak bisa terpisah.