Setelah malam itu, berakhirlah mereka berdua sama-sama tidak masuk sekolah karena keduanya sama-sama terserang demam.
Langit tertawa terbahak-bahak dikasur sedaritadi, sedang Bintang menatapnya sinis.
"Ada gitu orang senang gara-gara sakit" ucap Bintang
Langit mengubah posisinya menyamping dan menghadap Bintang, menjadikan kompres dari kain yg menempel di dahinya terjatuh namun ia mengabaikannya.
"Apa?" Tanya Bintang ketika Langit menatapnya tanpa mengucap sepatah kata pun.
"Gapapa. Lucu aja kita berdua bisa sakit barengan gini. Seengganya nikmatin waktu kita, Bin."
Bintang mengangguk, tidak ada salahnya pikirnya. Dia sudah cukup pusing dengan masalah keluarganya akhir-akhir ini, belum lagi OSIS yg menjadi tanggung jawabnya. Bintang bukan Ketua OSIS. Dia hanya menjabat jadi wakil OSIS. Itu salah satu penyebab kenapa Bunda selalu mengomel padanya. Bunda tidak ingin Bintang menjadi nomor dua. Ia ingin selalu anaknya menjadi yg nomor satu.
Bintang menempelkan kembali kompres Langit yg terjatuh dan menahannya agar tidak terjatuh kembali dari dahi Langit yg masih memposisikan dirinya menyamping.
"Ada yg lo pikirin?" Tanya Langit
Bintang diam sejenak, "Kayaknya gapapa."
"Apanya?"
"OSIS. Gue ada kumpul buat rapat, tapi gue malah sakit. Lupa juga sama jam mulainya, kayaknya kalo sekarang mah udah selesei rapatnya."
"Hei, serius. Sorry ya, jadi sakit gara gue"
Bintang berdecak. Ini yg dia tidak mau. Langit yg merasa bersalah. Oleh sebab itu dia ragu-ragu untuk mengatakannya tadi.
"Bukan salah lo."
"Tetep aja gue kaga enak njir"
"Lo ngomong begitu lagi gue tindih" sungut Bintang.
"Jangan mentang-mentang badan lo lebih gede dari gue ya"
"Nantang lo? Nantang ha?" Bintang mendekati Langit yg sudah membuat posisi pertahanan.
Bintang menindih tubuh Langit sedang Langit berusaha mendorong Bintang. Mereka tertawa.
Tenang saja. Itu hanya candaan lelaki.
"Makan dulu yuk"
Terdengar suara Ibun dari luar yg mengakhiri kegiatan tindih menindih mereka.
Hari ini mereka banyak menghabiskan waktu bersama, menonton TV, bermain game, membantu Ibun memasak, bercerita. Semuanya mereka lakukan dengan senang. Dan hari ini adalah hari dimana Bintang dan Langit menetapkan akan menjadi hari yg tidak akan pernah mereka lupakan.
🐌 🐌 🐌
Bintang membuka perlahan pintu rumahnya, kemudian menutupnya pelan. Ia berniat mengendap-endap sampai ke dalam kamarnya sebelum matanya menangkap siluet Bunda berdiri dengan menyilangkan kedua lengannya di depan dada.
"Assalam-"
"Kemarin bolos sekolah?"
Bintang tidak langsung menjawab. Ia lelah, jujurly (mengmaap pren karena sebenernya author jamet ciakhhh 😏👆). Bintang berjalan melewati Bunda sambil menunduk.
Bunda menoleh ke arah Bintang, "Temen OSIS mu kesini."
Bintang menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah Bunda dan membiarkan Bunda melanjutkan ucapannya.
"Kamu udah bolos rapat 2 kali. Mereka kesini karena cari kamu, katanya kamu ga bisa dihubungi"
Bintang menghela nafas, "Iya maaf Bun, Bintang ga maksud bolos kok. Bintang juga udah konfirmasi ke mereka soal itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang & Langit
FanfictionSeperti bintang di langit begitu pula keduanya menjadi satu yang tidak bisa terpisah.