Sudah beberapa hari berlalu semenjak kejadian dimana Bintang membantu Langit mengobati lebamnya. Tidak ada kesempatan untuk Bintang memastikan semuanya. Sebab selain enggan karena sudah berjanji dengan Langit, ia juga tidak bertemu Bundanya semenjak hari itu. Entahlah. Kerabatnya bilang Bunda sibuk dengan pekerjaannya.
"Gimana kalo hari ini gue yg main kerumah lo?" Tanya Langit
Bintang berpikir sejenak sebelum mengangguk, "Boleh. Kebetulan Bunda gue sibuk, jadi dia ga bakal ada dirumah sampai beberapa hari kedepan."
Langit tersenyum, "Padahal gapapa biar ada Bunda juga. Gue sih santuy aja."
Bintang menyentil jidat Langit, "Santuy ndasmu"
Langit hanya tertawa sambil mengelus jidatnya.
Mereka berjalan beriringan menuju rumah Bintang.
"Sebentar, Langit" ucap Bintang yg kemudian berlari kecil kearah pohon di pinggir jalan itu.
Langit mengekorinya dari belakang.
"Anak kucing. Lo mau pungut?" Tanya Langit
Bintang menggeleng, "Ga bakal di ijinin Bunda. Yang ada nanti mereka sengsara ikut gue. Atau malah langsung mati."
"Kenapa? Lo peluk sampai mati?"
"Ga gitu sat."
Bintang mengambil makanan kaleng untuk kucing dari ranselnya dan memberikannya pada anak kucing itu.
"Ini dia udah bisa makan." Ucap Bintang yg kemudian menoleh ke arah Langit, "Habis ini kalo kucingnya mati, berarti salah gue, Ngit."
Langit menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa bisa jadi salah lo? Bukannya lo ngasih makan dia."
Bintang mendekat ke arah Langit dan berbisik pelan, "Bunda gue bener-bener strict."
"Maksud lo Bunda lo yang-" Langit berjengit tidak percaya. Tetapi ini Bintang. Orang yg tidak mungkin berbohong perkara serius begini.
Bintang tersenyum paksa.
"Katanya gue buang-buang waktu sama kucing di jalan. Bunda suruh gue berhenti, tapi gue ga mau."
Langit mendengarkan dengan seksama.
"Besoknya pas gue balik buat kasih makan mereka lagi, mereka udah mati. Bunda gue disana pas kejadian itu."
Segalanya menjadi terlihat jelas. Betapa Bintang ingin sekali terlepas dari Bundanya. Sekarang Langit mengerti mengapa Bintang selalu berkata bahwa dirinya adalah kebebasan. Sebab Langit menjalani hari demi dirinya sendiri tetapi Bintang menjalani hari untuk Bundanya. Untuk sebuah pengakuan. Agar Bundanya bisa berkata, "Bunda bangga sama Bintang".
Langit mendekati Bintang dan memegang kedua bahunya, "Kalau gitu kucingnya biar gue yg rawat."
Bintang menatap Langit dengan pandangan tidak mengerti. Kenapa juga Langit harus repot-repot melakukan itu, pikirnya.
"Kalau sama gue, Bunda lo ga bakal bisa bunuh kucingnya. Dan lo bisa liat kucing ini kapan pun lo mau dirumah gue."
Bintang tersenyum, "Lo harus rawat bener-bener. Jangan cuma lo yg makan, kucing lo juga harus dikasih makan."
"Kucing lo juga" ucap Langit cepat.
Bintang tertawa, "Oke, kucing kita."
Mereka tertawa bersama. Langit kemudian mengangkat kucing itu untuk kemudian di bawa kerumahnya sebelum mereka kembali berjalan kerumah Bintang.
🐌🐌🐌
"Jadi lo sendirian?" Tanya Langit
"Kan udah gue bilang kalo Bunda lagi sibuk. Abah juga." Bintang menjawab sambil menyiapkan dua cup mie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang & Langit
FanfictionSeperti bintang di langit begitu pula keduanya menjadi satu yang tidak bisa terpisah.