Pukul 11 malam dan Bintang baru pulang. Awalnya Ibun memaksanya untuk menginap, tetapi Bintang menolaknya. Ia tau Bundanya akan marah jika ia lagi-lagi pulang terlambat.
Bintang menarik nafas pelan dan menghembuskannya sebelum membuka pintu rumahnya. Rumah sudah sunyi dan Bintang melangkahkan kakinya masuk. Ia berjalan melewati ruang tengah untuk menuju ke kamarnya.
"Darimana aja?"
Suara Bunda menghentikan langkahnya. Bintang memejamkan matanya dan sedikit mengumpat pelan. Mencoba menetralkan ekspresi wajahnya dan berbalik menatap Bunda.
"Rumah temen. Tadi Bintang juga bantuin-"
"Temen yg mana?"
Bintang mengerjap. Bunda sepertinya suka sekali memotong ucapannya.
"Dapat temen baru kamu?" Bunda melipat kedua tangannya, menatap Bintang dengan alis berkerut.
"Yang ini gimana? Anak badung lagi?"
Bintang mengernyit tidak suka. Bunda boleh mengatainya tapi tidak dengan Langit. Tidak dengan teman-temannya.
"Langit bukan anak badung." Jawabnya.
"Oh, Langit ya?" Bunda menaikkan sebelah alisnya, "Sepupumu itu nakal. Bunda beberapa kali ketemu sama Mamanya disekolah. Anak itu suka bikin ulah. Kamu ga usah berteman sama dia."
Bintang mengepalkan tangannya kesal.
"Mau sampai kapan Bunda mengatur Bintang? Bintang bebas berteman sama siapa aja selama Bintang tau aturan, Bun."
"Lihat. Baru sekali kamu main sama dia udah jadi pembangkang handal. Gimana kalo hari-hari?"
Bunda mendekat, menatap Bintang dengan sinis.
Entah kenapa Bintang merasa amarahnya memuncak. Bintang itu jarang tersulut emosi. Tapi entah kenapa hatinya sakit dan dia menjadi sangat marah. Dia tidak suka Langit dikatai seperti itu. Terlebih ini Bunda. Orang yg Bintang sayangi. Mungkin karena itu ucapannya terasa berkali lipat lebih menyakitkan.
Bintang tidak mau berdebat lagi dengan Bunda, oleh karena itu dia membalikkan badannya untuk masuk ke kamarnya.
"Bintang! Mana sopan santun kamu? Orang tua lagi bicara sama kamu!"
Teriakan Bunda dia abaikan. Ia lebih memilih bergelung dalam selimut dan mengarungi mimpi. Berharap nanti saat bangun semuanya bisa menjadi lebih baik.
"Abah.. Bintang kangen."
🐌 🐌 🐌
Langit berlari kencang menyusuri koridor sekolah. Hanya ada satu nama dipikirannya.
Bintang.
Ia masuk ke kelas Bintang tanpa permisi. Matanya mencari-cari dimana anak itu berada. Mengabaikan semua orang yg memandangnya aneh.
Seseorang menepuk bahunya. Langit menoleh dan mendapati Randy dan Billy yg berdiri dibelakangnya.
"Cari Bintang?" Tanya Randy
Langit mengangguk, "Iya, dimana dia?"
"Ada di ruang musik"
Langit menepuk jidatnya. Bisa-bisanya ia lupa tempat favorite Bintang.
Langit berlari sambil mengucapkan terimakasih dan diangguki oleh Randy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang & Langit
FanfictionSeperti bintang di langit begitu pula keduanya menjadi satu yang tidak bisa terpisah.