Chapter 7

32 8 6
                                    

Sepeninggal kejadian tadi aku memutuskan pulang, tapi sebelumnya aku membantu bagas untuk menyiapkan bekalnya tidak dengan ayam pedas tadi tapi aku ganti dengan beberapa potongan sandwich saja.

Jika kalian setuju aku sudah seperti layaknya pasangan pasutri tapi belum sah, bukan apa apa niatku hanya ingin membantunya saja bukan lagi lagi jatuh cinta.

Ketika aku mencintai seseorang berkali kali aku berkaca tentang diri sendiri berfikir berulang kali pantaskah aku untuknya, bukankah jatuh cinta sendirian itu tidak menyenangkan di bilang mandiri sekali karena cuman sepihak.

"Darimana saja? Sarapan dulu ibu sudah selesai masak"

Dengan senyum sumringah seperti biasa ibu menghidangkan makanan.

"Dari rumah bagas, tadi abim nyuruh kiran suruh masak disana karena dia buru buru" jawabku pada ibu.

"Gimana? Bisa masaknya? Ibu jadi ingin nyicip masakanmu"-

Aku menghela nafas kasar, gagal bu kiran gagal masak buat calon mantu ibu, wah calon.. ringan sekali aku menyebutkannya.

Aku diam sejenak rasanya rusuh di otak jika terlintas kejadian tadi pagi, aku seperti memiliki dendam dengan rasa pedas bukankah itu yang membuat masakan ku gagal walau berkali kali bagas memuji nya tapi tetap saja itu mengecewakan.

"Kiran gagal, kiran masak nya terlalu pedas dan kiran gak tau kalo bagas gak demen sama pedes"

Lantas aku pun menceritakan hal konyol ini pada ibu, tapi ibu menanggapi dengan tawa kecil mungkin hal ini wajar bagi seorang ibu bahkan sudah terbiasa, tapi tidak denganku.

"Oke ibu bakal ospek kamu masak, biar ilmu masak ibu berguna dan kamu bisa masak dengan sempurna"

seketika semangat ibu membara, ingin mengajariku memasak agar tidak gagal lagi. Di ospek seperti sedang studi di bidang masak saja tapi mungkin ini akan lebih menyenangkan.

Dan benar saja aku dan ibu seharian bergelut di dapur, dari aku belajar membuat kue kemudian ibu membagikan buku resep yang nenek tulis sendiri dulu, buku nya sudah sangat usang itu turun temurun tapi tulisan resep nya masih tertara rapi dan sangat jelas untuk di pahami.

"Bu, ayah tau gak tentang resep masakan ibu?" Bertanya penasaran.

"Enggak nak, ayahmu tidak pernah mengkritik masakan ibu dia selalu menikmatinya" jawabnya sembari membersihkan meja bekas kami perang masak tadi.

Aku hanya tertawa kecil mendengar jawaban ibuku, jika disandingkan mereka pasutri yang menggemaskan sangat disayangkan bukan pisah dengan begitu saja.

Tingg.., tandanya kue sudah matang aku mengangkatnya dan menghidangkan di piring merasa bangga karena rasanya enak saat aku cicipi, sepertinya aku juga harus membuat checklist menu masakan setiap hari.

Aku melirik arloji ternyata waktu sudah sore tidak terasa aku belajar memasak dengan ibu sampai lupa waktu karena mengasyikan. Telapak tanganku sedikit terluka karena ceroboh waktu menuangkan minyak tadi tapi tidak apa nanti lama lama juga akan terbiasa.

_________

Aku membersihkan rak buku, yang berisi macam2 jenis bunga tidak heran ibu mengoleksi semuanya lantas aku berfikir apa bagas juga mengoleksi buku buku seperti ini? Aku belum pernah melihat sebelumnya sepertinya akan terdengar aneh jika pria mengoleksi buku buku seperti ini.

Di sisi lain adikku yang sedang berpikir keras mengerjakan tugasnya, kalo di lihat mungkin otaknya sudah berasap hampir 1 jam karin duduk fokus dan kritis dengan tugasnya. Tapi aku senang karena dia benar benar belajar dengan sungguh sungguh, walau tanpa dukungan dari seorang ayah.

The Last Week [ Bagas ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang