chapter 4

23 9 4
                                    

Minggu Yang Manis
.
.
.
.

Aku memutuskan untuk tinggal bersama ibu saja ,urusan ayah aku yakin pasti ada jalan keluarnya bagaimana pun dia ayahku, jujur saja aku merindukan tingkah ayah yang ceroboh.

Sudah pagi, aku ingat hari ini adalah my time ku sama bagas, aku sudah siap dengan hoodie milik adikku karena barang barang ku masih di bandung, hoodie nya nampak kebesaran di tubuhku, tas kecil dan Sneakers biru mungkin outfit ku hari tidak terlalu buruk.

"Mau kemana sepagi ini ran? Kamu belum pulih"

"Duh kiran lupa, kiran mau nemenin bagas ke pameran tanaman"

"Hmm anak ibu udah mulai, oh iya hari ini minggu ya sudah hati hati"

Ibu selalu saja menggodaku, karena sebelumnya aku tidak pernah pergi dengan pria manapun tanpa seizin ayah ataupun ibu, ini awal buatku jadi semoga saja hari ini berjalan dengan baik.

"Selamat pagi tan, kiran ayo saya sudah siap"

"Ganteng sekali kamu gas, duhh iya sana hati hati nanti makan malem disini ya tante buatin masakan"

"Iya baik tan"

_____

Di perjalanan kami hanya diam, tidak ada satupun dari kami membuka obrolan karena aku pikir bagas harus fokus menyetir karena jalanan ramai sekali.

Lebih baik jika aku mendengarkan lagu, dari ponselku dan memasang headshet agar lagu yang di dengar untuk ku saja dan tidak menganggu bagas menyetir.

"Ran, saya mau beli sesuatu dulu jadi kamu bisa tunggu sebentar"

Entah berapa kali bagas memanggilku, tapi aku tidak mendengar aku sengaja mengeraskan volume agar lebih enak saja aku mendengarkanya.

"Kiran, Ran sini biar saya lepas satu headshet nya"

"Ehh..kenapa?"

"Kamu saya panggil daritadi tidak jawab ran, jadi saya lepas headshet nya"

"Duh maaf gas, iya sekarang kamu bisa bilang hehe"

Malu rasanya, baru saja sejam perjalanan tapi sudah seperti ini tapi dia lucu sekali, wajahnya yang kesal itu kembali tapi dia gemash selalu gemash.

"Saya mau beli sesuatu jadi kamu tunggu disini apa mau ikut saya"

"Aku ikut aja soalnya panas juga di mobil"

"Ya udah ayok"

Kami pun turun, dan berjalan menghampiri toko di sebrang sana, sepertinya itu toko bibit bunga pantas saja dia antusias.

"Sini pegangan kita nyebrang, ramai banget ini"

"Aaaemm aku bisa sendiri gak papa hehe"

"Ssst saya takut kamu keserempet, sudah ayok pegang tangan saya jangan ngeyel"

Padahal jika aku menyebrang sendiri tidak akan keserempet, toh tanda untuk menyebrang itu ada dan otomatis pengendara akan berhenti, tapi tidak tahu bagas aku hanya ngikut saja perintahnya.

"Emm oke"

Aku pun menggegam tangan bagas dengan erat, siapa sangka telapak tangan bagas selembut ini dan selalu hangat, siapa yang tidak nyaman bersama pria seperti dia.

Kami pun menyebrang saat lampu dan tanda untuk menyebrang menyala, entah kenapa semua orang yang ada di sana melihat aku dan bagas padahal banyak orang yang menyebrang saat itu.

"Dah sampai, duh penjualnya kemana ya"

"Itu kali gas, coba kamu tanya"

Wait kami masih bergandengan tangan, aku tidak tau kenapa bagas tidak melepas genggaman nya sedari tadi.

The Last Week [ Bagas ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang