Chapter 3

28 10 3
                                    

Pernah dengar kata..ikhlas itu bohong yang ada hanya terpaksa, semua hancur seketika, apa yang terjadi hari itu setelah aku pulang dari rumah ibu dan kembali ke bandung.. yeahh ayahku menikah lagi tanpa sepengertian aku dan ibu, new mother is something I can't accept easily, dengan gampang nya ayah meminta ku untuk menerima hal seperti ini dengan mudah.

"Ran.. dengerin ayah dulu"!

"Kiran gak nyangka ayah bisa ngelakuin hal ini tanpa sepengetahuan kiran!"

Meninggikan suaraku di depan ayah bukanlah hal yang baik, bukanya aku melarang ayah untuk mencari pasangan hidup baru tapi setidaknya tidak diam diam seperti ini. Itu menyakitkan, harapan ku mengembalikan ayah pada ibu pupus seketika.

"Ayah memang sengaja tidak bilang sama kamu maafin ayah"

"Yahh kiran gak bisa nerima ini semua semudah itu, kiran sayang bngt sama ayah juga sama ibu asal ayah tau kiran pengen bngt ayah rujuk lagi sama ibu, tpi ayah.."

"Kamu ini bicara apa, kiran ibu baru kamu tidak jauh beda sama ibu yang kamu sayangi itu"

"Tega ya ayah bner bener gak punya hati, ibu aku tetep satu ibu yuni, dann.. kalo ayah kekeh sama wanita itu kiran pergi dari sini"

Plakkkk!!

Baru pertama kalianya ayah marah sampai menaparku seperti ini, ayah melupakan janji ibu, ayah melupakan semuanya sesak sekali rasanya.

"Hanya karena seorang wanita itu ayah tega nampar kiran? Okhe kiran pergi dari sini!!"

"Pergi silahkan, ayah kecewa sama kamu ran"

Jika aku dibilang masih seperti anak anak, tidak membicarakan masalah dengan baik namun memilih pergi saja dari rumah, tolong dada ini sakit sekali. Kalian tau? Langit menangis malam itu mataku yang sembab karna air mata terus mengalir dadaku sesak sekali, bagaimana jika ibu tau tentang hal ini? Aku buntu hanya mengikuti kaki yang ntah berjalan kemana, syukurlah malam itu hujan tidak akan ada orang yang tau kalau sedang aku menangis hebat.

Hati siapa yang bisa terima jika seperti itu perlakuanya, rasanya ingin saja mengakhiri hidupku sekarang, keadaan seperti ini sama saja aku menyakiti hati ibu, bodoh emang tidak bisa menjaga ayah dengan baik, harapan untuk kembali seperti dulu pupus sia sia saja rasanya.

Aku bernaung di sebuah halte ya ini jam 11 malam sepi hanya mobil lalu lalang, itupun bisa di itung jari entah sejauh mana aku berjalan aku berfikir kalau aku sudah jauh dari rumah, kedinginan itu yang aku rasakan bahkan ayah tidak mencariku, bahkan aku pikir ayah sudah tidak menginginkan aku lagi, sekuat tenaga untuk bisa tetap kuat tapi semua pandangan ku kabur dan gelap naas aku pingsan.

_________

"Ran, bangun nak ini ibu sayang ayo bangun kamu kenapa seperti ini"

Dengan rasa setengah sadar aku mendengar suara ibu memanggilku, namun tubuhku lemas sekali rasanya bicarapun aku tidak bisa.

"Tan bawa kiran ke rumah sakit saja, sudah 1 jam lebih dia tidak siuman saya takut terjadi apa apa"

"Sebelumnya tante ucapin makasih banyak buat kamu gas, bim tante gak tau apa yang terjadi sama kiran sampai seperti ini"

"Iya tan sama sama kalo gitu kita pergi dulu, semoga kiran cepet sembuh"

yang menolongku malam itu bagas dan adiknya abim entah bagaimana mereka bisa menemukan ku dan membawa aku sampai ke rumah ibu, tapi jika tidak ada mereka apalah daya yang akan terjadi malam itu, mungkin aku sudah terlantar.

Perlahan aku membuka mata, dan melihat ibu serta adiku yang sedari tadi menunggu ku senyum itu masih sama, tapi soal ayah bagimana aku menjelaskan kepada ibu.

The Last Week [ Bagas ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang