10

24 1 0
                                    

Keadaan kelas sekarang bener-bener sunyi. Gue melirik sedikit ke arah Eris yang lagi fokus ngerjain soal. Buset serius amat neng.

Menghela napas pelan, gue udah kelar ngerjain soal ulangan harian kimia dengan lancar. Yoi, gue pertama ngumpulin dan beberapa menit kemudian si Jaemin nyusulin gue.

Bener-bener hening ngga kayak biasanya kelas gue mirip banget ama pasar. Berisik banget!

"5 menit lagi kumpulkan ke meja saya."

Grasak-grusuk kursi dan juga keluhan temen-temen yang lain mulai terdengar. Deretan paling ujung pada ribut saling nanya satu sama lain. Alte juga udah mulai nyenggol-nyenggol gue.

Masalahnya ini bukan soal pilihan ganda tapi essai! Gue ngga bisa contekin jawaban apalagi Pak Bento nyuruh ngisi jawabannya harus pake cara. Ya keles gue nulis ulang.

Maap ye Alte, bukannya ngga mau nyontekin.

Ctak!

"Jangan ada yang ribut!"

Hening.

Untungnya, abis pelajaran kimia langsung jam istirahat. Kepala gue udah agak puyeng ini melihat rumus-rumus dan angka.

Kriiingg!!!

Yeyy! Bel istirahat udah bunyi. Anak-anak kelas langsung pada ngumpulin ulangan harian sambil ngedumel. Sebagian ada yang belum selesai ngerjain dan yaapss hasil akhirnya pasti bakal remedial.

"Waduuhhh, otak gue berasap. Harus ngeliat yang bening-bening ini mah." Alte mengusal rambutnya sok dramatis.

"Akyuu tahu apa yang engkau maksud wahaiii Ezza makhluk bumi nan absurd!!" Arzan merentangkan tangannya ke atas.

Gaje bet.

"Yokkk gaass ke tetehh geuliss!!"

"Permisi."

Atensi gue dan anak-anak kelas teralihkan ke arah pintu. Sesosok gadis cantik berambut panjang dan hitam berkilau mengamati kami satu persatu.

"Woi Min, Tiara tuh."

"Ada apa, Tiara?" Entah perasaan gue doang atau gimana, Jaemin langsung menghampiri cewek itu dengan ekspresi dan suara yang ngga biasanya.

"Gue nyari Ashleyya, Jae." Gadis cantik bernama Tiara itu tersenyum manis ke arah Jaemin.

Jaemin langsung menatap ke arah gue dan tatapan itu berubah 180°. Dia natap gue datar.

Gue langsung aja menghampiri Tiara yang masih tersenyum manis dan mengabaikan Jaemin di sebelahnya.

"Kenapa ya?"

"Lo disuruh ke ruang seni sama Bu Yeri."

Oh? Ada apa ini miskahh?

"Oke. Guis gue ke ruang seni dulu yaa, kalian duluan aja ke kantin."

Eris dan yang lainnya mengangguk. "Entar gue bungkusin nasi bakarnya."

Gue mengacungi jempol sambil menyengir lebar. Eris terbaeeek.

Gue mengekori langkah Tiara dari belakang. Tapi sayup-sayup gue masih bisa ngedenger anak-anak kelas pada ngomongin gue.

"Lo sadar ngga? Ashleyya sama Tiara mirip banget..."

***

Gue memasuki ruang kesenian yang malah bisa disebut auditorium dengan berbagai macam alat musik yang tersedia, panggung dan layar besar serta kursi yang tersusun meningkat.

Di ujung panggung, ada beberapa guru dan juga murid-murid yang gue yakini anak-anak dari ekskul kesenian.

"Bu, ini Ashleyya." Tiara membawa gue kehadapan Bu Yeri. Pembina ekskul kesenian.

"Hallo, Ashleyya." Gue menyalimi tangan guru-guru di situ satu persatu. Mulut gue masih bungkam, ngerasa bingung sama semua ini.

"Ayo kita ke ruangan sebelah."

Gue mengangguk, kemudian menyenggol sedikit lengan Tiara. "Sebenernya ada apa sih?"

Tiara kembali tersenyum manis. "Ikut ajaa apa kata Bu Yeri."

"Gue ngga bakal dimutilasi kan?" ucap gue ngaco.

Tiara tertawa renyah sembari menepuk pundak gue. "Ya enggalah, Ley."

Kami memasuki ruangan sedikit lebih kecil yang dipenuhi sama lukisan-lukisan dan juga berbagai macam karya-karya miniatur buatan anak-anak Inter High School.

Gue berdecak pelan, ini pertama kalinya gue ke ruangan kesenian yang ada di sekolah ini. Ternyata sekeren itu cuy.

"Silahkan duduk, Ashleyya." Bu Yeri mempersilahkan gue duduk di salah satu sofa empuk yang berada di pojokan.

Bu Yeri membuka kacamata beningnya dan meletakkan di atas meja. Guru paruh baya yang keliatan masih cantik itu tersenyum bergantian menatap gue dan Tiara.

"Begini, maksud saya memanggil kamu ke sini adalah, saya ingin kamu menjadi partner Tiara dalam dunia vocal."

Yak, oke, mantap.

Bu Yeri kembali melanjutkan ucapannya. "Kebetulan, bulan depan ada lomba vocal di luar kota. Kami berencana ingin mengirim dua peserta di lomba itu. Kamu dan Tiara."

Gue masih terdiam. Jujur, gue sama sekali ngga mengharapkan apapun yang ada di sekolah ini. Gue berusaha untuk ngga mencolok. Penampilan di pensi kemaren itu juga demi kelas gue doang dan gue paling ngga suka banget diremehin sama orang lain.

Jadi, di pensi itu gue mencoba untuk membuktikan kalo gue bisa. Just that. Selebihnya gue bener-bener ngga mengharapkan apapun. Apalagi diminta untuk jadi partner vocalnya Tiara yang menurut gue Tiara aja udah cukup.

"Bagaimana, Ashleyya? Apa kamu bersedia?"

Gue menatap Bu Yeri dan Tiara bergantian. Apa ini bakalan berjalan dengan lancar?

Gue menghela napas pelan. "I'll try the best."

***

"Mamss, Papss, ada bintang baruu loh di sekolah kami." Bang Arka memulai percakapan diantara keheningan saat ini. Gue ama bonyok yang lagi menikmati makanan dalam diam, langsung ngelirik ke arah Bang Arka yang tersenyum mengejek.

"Siapa Bang?" Mama gue menatap Bang Arka penasaran.

Bang Arka langsung nyolek-nyolek gue ngga jelas. "Apaan sih?!" sentak gue.

"Seorang Kim Ashleyya Nayanika menjadi bintang baru di sekolah, whahahah."

Bonyok gue saling memandang satu sama lain.

"Emang iya dek?" Nyokap menatap gue dengan penuh tanda tanya.

"Bukan seorang bintang sih," gumam gue. Termenung sejenak.

"Jadi apa dong?" Bokap gue ikutan nimbrung.

"Leya disuruh ikutan lomba vocal keluar kota bulan depan."

Bokap gue langsung tepuk tangan heboh. "Wihh!! Kemajuan ini mah, akhirnya si adek mau ikutan beginian lagi."

"Wah iya? Tapi kamu beneran ngga apa-apa dek ikut beginian?" Nyokap gue menatap gue penuh kekhawatiran. Beliau tahu tentang tragedi memalukan waktu itu yang membuat gue jadi trauma di panggung.

Nyokap gue bener-bener lebih mentingin perasaan gue daripada menuntut gue harus jadi perempuan yang serba bisa. Nyokap gue terbaik!

Gue mengangguk lemah. " Iya Mah, Leya harus bisa bangkit. Ngga mau terjebak di masa lalu terus. Apalagi itu kejadiannya udah lama, Leya pelan-pelan lagi ngelupain itu semua."

Nyokap gue tersenyum haru. Beliau bangkit dari duduknya kemudian memeluk gue.

"Ashleyya hebat," kata nyokap gue dengan nada memuji yang terlalu kentara.

Meskipun dulu katanya nyokap gue orang yang keras dan kejam, gue ngga pernah ngeliat apalagi ngerasain sisi lain dari nyokap gue itu. Beliau bener-bener ibu idaman setiap anak.

"Lakuin apapun yang lo mau dek, asal positif kita bertiga pasti bakal dukung lo terus. Apalagi Papski, pasti duit jajan lo bakal ditambahin."

"Yeuuu upil soang malah gue yang kena." Bokap gue langsung cemberut.

***
NEXT!

Ngga nyambung? Mon maap yak.

S7ORY (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang