Overthinking

111 15 6
                                    

Alden terbangun dengan kondisi bisa dibilang tidak baik-baik saja. Air keringat membanjiri tubuhnya dengan badan sedikit bergetar. Alden yang mencoba menenangkan dirinya memutuskan untuk menyalakan tv dan mendengarkan beberapa berita.

Alden duduk di sofa kulit miliknya sambil menikmati sarapannya di hari Kamis ini. Aneh baginya karena pernyataan dari kantor yang tertulis bahwa karyawan yang tinggal di daerah rumah Alden dianjurkan untuk kerja dari rumah. Alden menjatuhkan mangkuk yang berisikan salad ketika mendengar berita yang terpampang di tv.

"Selamat pagi pemirsa berita pagi ini merupakan berita tragis, di temukan 3 jasad dengan kepala yang terpisah dari badan sang pemilik. Jasad tersebut di temukan di sekitar jl xxxxx kota xxxxxx para warga dihimbau untuk berhati-hati dan selalu mengunci rumah. Polisi daerah mengagakan bahwa ini adalah kasus pembunuhan pertama di daerah xxxxx" ucap sang pembawa acara.

Alden mendengar itu langsung merinding. Dengan segera ia memberikan sarapannya dan bergesas pergi ke kamar. Alden membuka beberapa foto yang ia tangkap beberapa hari yang lalu. Alden memperbesar gambar dan memperjelas gambar itu dengan beberapa aplikasi. Betapa terkejutnya ia bahwa benda yang orang itu pegang adalah sebuah kepala dan ternyata orang yang terdapat di kamera adalah pembunuh itu. Alden lemas dan merasa sangat ketakutan.

Alden tak berani keluar pada malam hari lagi ternyata firasatnya benar, bisa dibilang Alden kapok sekapok kapoknya.

Ting

Sebuah pesan masuk di email miliknya, Alden merasa bahwa itu adalah email dari kantor. Dengan segera Alden membaca isi pesan itu. Namun pengirimnya bukan dari nama kantor melainkan anonim.

"tenang aku tidak akan membunuhmu"

Alden takut, badannya bergetar hebat dan dan bulu kuduknya berdiri kondisi Alden hampir mirip dengan Alvian kemarin.

Ting

Pesan kembali masuk, Alden segera membaca pesan email itu.

"Bukan sekarang, mungkin nanti"

Lagi-lagi Alden panik karena mungkin saja Alden lah target berikutnya. Alden ketakutan bila ia harus sendiri di dalam rumah.

Tok tok tok

Alden mendengar suara ketukan dari pintu masuk rumahnya. Alden parno dengan suara ketukan itu mungkin saja itu adalah pembunuh yang dengan gampang mengambil nyawanya.

"ALDEN INI VICTOR"

Alden bergegas ke bawah dan lega ketika mendengar bahwa itu Victor. Alden membuka pintu dan segera memeluk Victor dengan isakan kecil yang dapat Victor dengan.

"Alden kenapa? Kamu takut ya sama berita itu?"

Alden hanya menangguk takut, Victor dapat merasakan badan Alden sedikit bergetar, Victor mempererat pelukannya.

"Alden kamu setakut itu? Kamu takut sendiri juga?"

Alden juga mengangguk lemas

"Kalo gitu kamu tinggal di tempat aku aja"

Alden melepaskan pelukannya dan melihat wajah Victor. Alden dapat melihat keyakinan Victor, sebenarnya Alden sedikit malu dengan pernyataan Victor namun demi keselamatan dirinya mau tak mau Alden harus menerimanya bukan?

"Gak ngerepotin emang Vic?"

"Enggak lah Den kan aku yang nawarin masa aku keberatan, sana ambil bajumu aku tungguin di ruang tamu"

Alden segera ngacir dan merapikan baju yang akan ia kenakan beberapa hari di rumah Victor. Victor hanya menggeleng melihat tingkah lucu Alden.

Di rumah Victor tentu saja Alden sekamar dengan Victor yang tentu saja dengan paksaan dan rengekan Victor. Alden yang sedang memberikan barangnya terkejut dengan keberadaan Victor yang tiba-tiba memeluknya di pinggang dari belakang.

"Hanya aku yang mampu membuatmu aman Alden" ucap Victor ke Alden yang tak di jawab oleh Alden.



"Sekarang dan selamanya" ucap Victor lagi namun di dalam hatinya

Picture [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang