Alvian

132 14 1
                                    

Hari Senin dimana semua orang mulai rutinitas bekerjanya. Alden menghampiri Alvian yang tengah duduk santai di salah satu cafe tak jauh dari tempat Alden dan Alvian bekerja. Dapat di bilang mereka adalah teman kerja sekaligus sahabat.

"Vian" Alden menghampiri Alvian dengan satu minuman di tangannya.

"Eh Alden sini duduk"

"Gimana kerjaan?" Alden mendudukkan dirinya di depan Alvian.

"Lancar sih cuman lagi bingung aja, ada proyek sama klien tapi beuh susah banget diskusi sama dia"

"Sabarin aja bro kalo dapet klien kek gitu, eh kebetulan nih aku baru dapet model untuk foto beuh cakep banget dah"  Alden mengeluarkan ponsel miliknya dan membuka galeri, menunjukkan hasil potret beberapa hari yang lalu.

"Buset ganteng juga, dia siapa den?"

"Tetangga aku"

"Tetangga mu oke juga tuh"

Dengan muka sinis Alden melihat Alvian. Alvian yang merasa di perhatikan gelagapan sendiri takut sang kelinci itu marah.

"Enggak kok Den becanda doang"

Diakhiri dengan canda tawa mereka menikmati minuman masing-masing dengan masih membahas pekerjaan mereka.

Tanpa mereka sadari bahwa ada yang mengawasi mereka dari tadi dengan muka datar.

Jam menunjukkan pukul 7 malam dimana sudah tiba waktunya semua pekerja untuk pulang. Namun lain halnya dengan Alden dan Alvian yang masih asik dengan komputer di depan mereka. Bedanya Alvian sedang memproses proyek miliknya sedangkan Alden tengah melihat-lihat gambar yang akan menjadi referensinya untuk pengambilan gambar berikutnya.

Alden teringat dengan gambar Victor, akhirnya Alden memindahkan folder dari ponsel miliknya ke komputer dan membuka aplikasi edit foto. Alden akhirnya menyibukkan dirinya dengan mengedit foto Victor. Alvian yang penasaran mengintip pekerjaan Alden.

"Itu tetangga kamu kan?"

"Iya ini lagi ku edit"

Alvian hanya mengangguk dan membereskan barang-barang miliknya. Alden yang melihat Alvian sedang beres-beres segera mensave foto itu dan ikut beberes juga.

Alden dan Alvian harus pisah karena arah rumah mereka yang berbeda arah. Mereka melambaikan tangan mengucapkan selamat tinggal.

Alvian berjalan ke arah rumah miliknya. Sial bagi Alvian karena jalanan sangat sepi dan dia harus berjalan kaki. Pikiran negatif Alvian muncul, dengan segera Alvian menggeleng dan menambah kecepatan berjalan. Tak jarang Alvian merasa ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Alvian yang panik enggan melihat ke belakang. Namun rasa penasarannya lebih tinggi dari rasa takutnya. Dengan cepat ia menoleh kebelakang.

Kosong tidak ada apa-apa hanya perasaan Alvian saja. Alvian yang mulai tenang mencari kunci rumah. Alvian berdiri di depan pintu rumahnya. Alvian memasukkan kunci itu, namun ada yang menjanggal dari pintu itu.

Tak di kunci?

Alvian mengingat kembali apakah dia mengunci pintunya atau tidak namun dia yakin bahwa dia mengunci pintu itu. Dengan langkah berat ia memasuki rumah miliknya.

"AAAAAAGHHHH"

Picture [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang