Malam Kenyataan

134 12 1
                                    

Malam itu Alden berpura-pura untuk tidur. Entah mengapa perasaannya tak enak.

Ceklek

Suara pintu terbuka memperlihatkan seorang pria bertubuh tinggi dan tampan. Victor melangkah mendekati Alden yang terlihat tertidur di atas kasur yang nyaman.

Cup

Victor memberi kecupan ringan namun penuh arti ke dahi Alden.

"Aku cinta sama kamu" lirih Victor lalu pergi menutup pintu.

Dengan segera Alden membuka mata dan melihat ke luar jendela. Alden melihat Victor yang membawa ransel dan berpakaian serba hitam. Dengan gerakan gesit Alden turun dan mengikut Victor dari belakang.

Alden mengendap-endap membuat dirinya tak dapat dilihat oleh siapapun dengan mengenakan topi, masker, dan jaket berwarna hitam. Alden terus mengikuti Victor hingga Victor berhenti di salah satu tempat jualan peralatan olahraga. Alden menunggu di balik gang yang tak jauh dari toko itu, Alden dapat melihat Victor masuk dan mengambil alat berupa stik bisbol besi dan segera membayarnya.

Alden melihat Victor celingak-celinguk dan menyeberang jalan. Alden yang terus mengamati Victor juga mengikutinya dari belakang.

Alden melihat Victor berhenti, Alden juga ikut bersembunyi di balik pohon yang besar dengan semak-semak di sekitar pohon. Alden mendudukkan dirinya dan mengamati setiap pergerakan yang mencurigakan dari Victor.

"Yo Victor ternyata kamu datang juga" terdengar suara berat dari arah lain. Untung sekali posisi Alden pas jadi tak dapat diketahui oleh Victor atau orang itu.

"Cepat selesaikan ini" ucap Victor yang mempererat tingkat bisbolnya.

"Ah lihatlah kamu sepertinya sudah benar-benar ternggelam dengan pesona Alden"

Alden yang sedari tadi menguping merasa aneh dengan pria yang berbicara dengan Victor ini.

"Aku akan membunuh mu disini Arshan"

"Hey bukankah kita sahabat"

"Sekarang bukan"

"HAHAHAHA entahlah Vic aku hanya geli ketika kamu mau disuruh untuk melakukan kekerasan dan gampang terhasut jika bersangkutan dengan Alden"

Flash back

Arshan 21 tahun sahabat Victor dari kecil yang sudah Victor anggap sepeti bro sendiri. Mereka berada di taman pada malam hari, mereka habis menyelesaikan ujian kuliah tentu saja mereka harus beristirahat sebentar bukan.

"Vic kamu beneran bisa suka sama orang padahal orang itu belum tentu tau kamu ada" tanya Arshan

"HEH enak aja aku udah pernah ketemu ya"

"Iya iya tapi jawab dulu pertanyaannya"

"Ya bisa dong contohnya ini yang lagi ngobrol sama kamu"

"Kalo aku ancam bakalan bunuh dia gimana? Kamu bakalan nurutin semua permintaan aku gak?"

"Kamu ngomong apa sih Arshan ngawur"

"Bener kok Vic, masa gak percaya"

"Ya enggak lah masa kamu bunuh orang ya mana percaya aku"

Arshan mengeluarkan pisau dari jaketnya dan melemparkannya ke burung yang sedang mematuk jalanan. Seketika burung itu mati tertancap oleh pisau Arshan.

"Gimana percaya sekarang?"

Flash back off

"GARA-GARA KAMU AKU JADI HARUS MEMBUNUH ALVIAN"

"Salahmu sendiri yang mudah terhasut" yup Alvian meninggal dibunuh Victor dengan hasutan Arshan yang membuat Victor makin terobsesi oleh Alden.

"CIH DASAR BEDEBAH"

Victor maku duluan dengan tongkat bisbol di tangan. Victor mulai melancarkan serangan dengan brutal ke Arshan, begitupun sebaliknya Arshan tak mau kalah ia menggunakan kapak sebagai senjata. Kapak yang menjadi saksi setiap aksi pemenggalan kepala oleh Arshan.

"Bedebah sialan harus mati" ucap Victor kini gerakan makin gesit.

Victor menahan kapak milik Arshan, terdengar gesekan antar besi. Arshan makin mendorong kapaknya melihat Victor yang terpojok menahan beban kapak itu dengan tongkat bisbol. Namun badan besar Victor langsung mendorong Arshan. Melihat Arshan yang jatuh Victor lantas memukul keras kepala Arshan dengan tongkat bisbol.

"Jika dilihat bahkan kamu lebih rendah dari kotoran" Victor mengambil kapak milik Arshan. Kondisi Arshan sungguh mengenaskan dengan darah bercucuran di kepala.

"Arshan tebus lah dosamu di akhirat"

JLEB

Victor menancapkan kapak itu tepat di jantung Arshan. Victor membuang kapak itu dan berbalik badan.

"Alden bukankah kau tahu ini tempat yang tidak aman?"

Lagi-lagi Alden ketahuan, Alden menjatuhkan dirinya tak kuat berdiri.

"Jadi selama ini kamu di suruh sama dia?"

"ia Alden sekarang kamu percaya kan sama aku"

Alden tak kuasa menahan air matanya. Ia ingin sekali memeluk Victor.

"ANGKAT TANGAN JANGAN BERGERAK"

Sekumpulan polisi datang dengan senjata api di tangan. Tentu saja mereka langsung melihat keadaan Victor terutama pakaian miliknya terdapat noda darah. Polisi langsung mengakap Victor dan memasukkan Victor ke dalam mobil polisi. Tentu saja Alden panik namun para polisi menjaga Alden hingga dia tak bisa bergerak.

Picture [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang