ending; lointain souvenir

214 35 17
                                    

Ada banyak sekali hal di dunia ini yang bisa disyukuri di berbagai keadaan. Dan sudah sepatutnya kita untuk bersyukur mengenai sisi baiknya dan tidak berfokus kepada hal buruknya. Sama halnya seperti kita masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan orang lain—terlebih lagi jika itu adalah orang yang kita suka. Meski hanya diberi kesempatan sedetik saja, sudah patutnya kita bersyukur dan tidak langsung fokus pada fakta bahwa itu hanya satu detik.

Semua ini terlalu cepat terjadi. Mereka sama-sama salah dan membuat masalahnya sendiri jadi rumit.

Jimin yang terlalu membuka kedekatan dengan Alys tanpa memberitahu lebih banyak tentang dirinya sendiri di awal, dan malah lanjut mencintai Alys. Dan Alys yang terlalu terburu-buru mengambil keputusan untuk melupakannya karena egonya—padahal di dalam lubuk hati, ia tidak menginginkan hal ini.

Andai saja waktu bisa diputar kembali, Alys ingin memilih hidup bersama kenangan yang tersisa ketimbang melupakannya. Karena kenangan itu merupakan pewarna di dalam hidupnya yang kosong.

Alys bisa mengambil banyak pelajaran dari kejadian itu daripada melupakannya, dan Alys bisa belajar—bahwa cinta itu tidak harus memiliki. Alys bisa mengapresiasi dirinya sendiri karena telah memilih untuk mengalah dan memberikan Jimin pada wanita yang sepatutnya. Tetapi tentunya, melupakan itu tidak sepenuhnya bermasalah. Mungkin saja itu memang baik untuk kehidupan Alys kedepannya.

Hanya saja, Alys sedikit—menyesal.

Kalau dipikir-pikir, semua hal itu bisa dijadikan pelajaran—meskipun sembuh dari lukanya begitu berat. Namun Alys seharusnya yakin kalau ia bisa lewat, bukan?

Tidak ada rintangan yang tidak bisa dilewati di dunia ini, bukan?

Lantas mengapa ia memilih begitu cepat melupakannya? Melupakan kenangan penuh warna itu? Pikirnya demikian.

Terkadang memang selalu banyak hal yang tidak kita inginkan di dalam hidup, bukan? Namun dengan itu pula, kita bisa jadi berkembang. Kita bisa memiliki pengalaman karena hal itu. Hidup kita jadi lebih berwarna karena itu semua. Kita akan merasa lebih bangga setelah berhasil memanjat dari jurang yang curam itu.

Alys tidak tahu apakah memang efek obatnya begini atau bagaimana? Ia jadi merasa melayang di ruang kosong di angkasa. Hanya bersama kegelapan dan berbicara sendiri dengan otaknya. Merefleksikan semuanya dan mengambil pelajaran baru darinya.

“Alys.”

Seseorang memanggilnya. Di antara benda-benda di luar angkasa sana, hanya ada keheningan yang tercipta. Suaranya seperti menggema di telinga.

“Alys.”

Alys hanya bisa memutar mencari sumber suara, rasanya seperti terkurung di sebuah ruangan gelap.

Hingga kemudian, maniknya menangkap sosok Jimin yang berdiri tak jauh darinya. Mampu membuat jantungnya hampir copot dalam seketika, namun membawa rasa debar yang bahagia. Alys mencoba berlari ke arahnya—namun tiba-tiba saja seseorang memeluknya.

Bukan, bukan Helen. Itu dirinya. Dirinya yang lain.

Alys semakin tidak mengerti dibuatnya, apalagi ketika tiba-tiba saja ada banyak bayangan Jimin dan dirinya yang muncul. Dengan momen-momen beragam yang pernah mereka lalui.

“Aku tidak tahu kalau rutenya akan menanjak gunung seperti ini.”

Itu memori di mana mereka akan mencari permata dan Alys mengenakan sepatu tinggi padahal rutenya di pegunungan. Dan di situ Jimin menggendong Alys.

Lalu setelah hal itu selesai, ada juga memori di mana mereka menaiki sampan, melewati sungai yang luas dan menatapi panorama indah yang selalu Alys suka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lointain Souvenir | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang