vii. Cantik

91 29 9
                                    

HAI HAI KEMBALI LAGI SAMA AKU SI TUKANG PHP 🤩

karena udah nge-php in alias telat beberapa hari, aku mau double up. tapi enaknya kapan ya? besok atau lusa?

anw, ini puasa, aku minta maaf kalo ada salah sama kalian atau telat update. seterusnya, aku bakal telat update lagi 💆

ga ga, bercanda 🫂

okayy see youu and happy reading, ayyoutopia 💗🗯️

★ ✰


A

lys tidak pernah merasakan duduk di atas sampan kecil seperti ini sebelumnya, terombang-ambing di atas sungai sembari menyapa ikan yang lewat atau katak yang sedang senggang di atas bunga teratai. Ini perjalan pertama mereka untuk mencari kekuatan Alys, dan Jimin berjanji bahwa perjalanan ini akan menyenangkan untuk mereka semua sekaligus membahayakan.

"Jim, Jim, Jim, mengapa tiba-tiba perahunya jadi kencang?! Kau tidak lihat di sana ada turunan?!" pekik Alys sembari berpegang kuat pada sampan kayu ini. Sesekali dia menoleh ke belakang dengan raut paniknya karena Jimin yang mendayungnya. Hal itu sukses membuat tawa Jimin pecah.

"Arusnya memang kuat ketika akan menuruni permukaan yang lebih rendah. Tetapi tenang saja, aku ada di sini untuk melindungimu, kok!" Jimin berusaha menenangkan Alys yang kemudian makin panik karena semakin mendekati turunan yang sekiranya hanya satu meter itu.

"Jim, Jim, aku tidak mau pulang dengan ini lagi! Ayo kita naik kuda bersayap saja, kau bilang kau kenal dengan kuda seperti itu." dia semakin resah—dan Jimin senang Alys banyak menunjukkan ekspresi ketika bersamanya. Ia lebih suka Alys seperti ini ketimbang berpura-pura tenang menahan ledakan di dalam dirinya. Memendam emosi itu tidak baik, bukan?

"Jim? Oh, mengapa kau diam? Apa yang harus aku lakukan?" Alys makin sebal karena ia akan segera mendekati turunan itu, masalahnya ia berada di bagian depan—apa yang akan terjadi padanya nanti? Apakah ia akan tercebur ke dalam sungai? Atau malah terbentur batu? Itu yang ia pikirkan sedari tadi.

Jimin malah terkekeh lagi, kemudian menyimpan dayungnya ke perahu yang sukses membuat Alys mencibik, "Hey! Kenapa malah menaruh dayungnya?! Ayolah, Jim! Ini bukan waktunya bercanda!"

Dengan tenangnya Jimin menghiraukan ucapan sang gadis, malah beralih mendekati gadis itu yang semakin membuat perahu mereka bergoyang.

"Jim! Kau ini sed—" ucapan Alys langsung terhenti ketika sebuah tangan menggenggam pinggangnya dengan lembut namun kencang.

"Kau hanya perlu tenang ketika akan melalui ini," ucap Jimin dengan lembut.

Alys yang sedari tadi bergerak karena panik jadi diam dalam seketika, bahkan napasnya ikutan tercekat juga sekarang. Hingga akhirnya perahunya turun dengan selamat melalui turunan yang semakin membawa mereka melaju dengan kencang itu. Dan kemudian Jimin bisa kembali ke tempat duduknya yang berjarak satu meter dari Alys, lalu kembali mendayung lagi.

Sekarang keadaan menjadi hening entah karena apa. Entah karena Alys yang malu, gugup, atau mungkin salah tingkah?

Untungnya panorama indah di sekitar mereka mampu membuat Jimin memiliki ide untuk percakapan mereka yang baru.

"Lihat! Bukankah panorama di sini sangat indah, Alys?" Jimin berkata, menaruh dayungnya di samping dan membiarkan perahu ini berjalan dengan sendirinya karena arus.

Alys mengedarkan pandangannya—Jimin benar. Di sini sangat indah. Di samping kanan mereka ada perkebunan dengan lahan rumput hijau yang sangat luas. Lalu di sisi kiri mereka ada sebuah bukit rerumputan yang hanya ditumbuhi beberapa bunga kecil saja, tetapi ada banyak domba yang lalu lalang. Terik mentari semakin menambah keindahan alam ini, kupu-kupu yang menyapa dan juga kicauan burung sebagai pelengkap. Jangan lupakan juga suara aliran sungai yang mereka lewati ini.

Alys menoleh dengan tatapan penuh binar dan juga senyuman merekah, mampu membuat jantung Jimin berdebar semakin cepat—anomali seperti kemarin. Namun Jimin seperti membiarkannya mengalir begitu saja, tidak menolak maupun mengutarakannya. Ia hanya menerima debaran itu datang menyengat adrenalinnya.

Sayangnya ketika sedang sibuk menikmati panorama itu, seonggok rambut Alys jatuh dan menutupi panoramanya.

Entah apa yang merasuki Jimin, dengan beraninya dia berkata, "Alys, boleh aku mengepang rambutmu? Anginnya akan kencang, mungkin rambutmu akan semakin kusut atau menusuk wajahmu nantinya." bohong, itu kebohongan. Jimin hanya tidak mau panoramanya terhalang oleh sekumpulan rambut.

Alys mendelik ke belakang, "Boleh?" tanyanya.

Kemudian Jimin mengangguk dengan senyuman mengembang.

Jimin menoleh ke perahu ini, terlalu mudah untuk terombang-ambing seperti perasaannya, ini akan membuatnya susah untuk mendekat ke Alys untuk mengepangnya. Kemudian dia menaruh tangan kanannya di bagian samping perahu itu, dalam beberapa detik sampan itu berubah menjadi sebuah kumpulan bambu yang diikat dengan serabut kelapa. Menjadi sebuah tikar bambu yang menggenang di atas air.

Dengan begini ia lebih leluasa mendekati Alys. Ia merangkak ke depan sehingga mengikis jarak dengan punggung Alys.

Tangannya dengan lincah mengambil rambut Alys, membentuknya dengan indah dan juga lembut, ia pandai mengepang rupanya. Dan terakhir, ia mengikat ujungnya dengan sebuah pita putih. Selesai! Alysnya jadi lebih cantik sekarang.

"Wow, Jim! Lihat! Ada banyak kincir angin di sana!" Alys menunjuk dengan penuh antusiasme. Hal-hal kecil seperti itu mampu membuat Alys bahagia rupanya.

Jimin tertawa, bahkan ketika tertawa wajahnya begitu tampan dan rupawan. Dia menggelengkan kepalanya, membuat rambutnya sedikit berantakan kemudian menyisirnya kembali dengan jemarinya.

"Alys," panggil Jimin.

"Hm?" Alys menoleh dengan wajah lugu.

"Kau cantik." []

Lointain Souvenir | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang