xi. just a sister

81 24 15
                                    

Mendung, pagi ini mendung. Membuat Alys semakin betah untuk bercengkrama dengan mimpinya di bawah selimut. Hawa dingin yang membawa melodi tidur disertai rintikan hujan yang tidak terlalu deras, membuat gadis itu tergiur untuk merangkak turun dari ranjang. Setelah mencuci wajahnya, Alys bergegas mengintip di jendela-ia rasa ia ingin bermain hujan. Menari di bawah hujan, di samping danau dengan mencurahkan seluruh emosinya.

Dengan hati-hati ia mencoba keluar dari kamar, takut tertangkap oleh sang pemilik rumah. Namun mau mengendap-endap se-pelan apapun-ia tetap saja tertangkap oleh Jimin yang sedang menyajikan sarapan di dapur. Pria itu menyapa Alys begitu melihatnya dan langsung bergegas menghampiri gadis itu. Alys mencoba kabur, ia mempercepat langkahnya, namun tetap saja tertangkap.

Sial, gara-gara kemarin, melihat Jimin dan mendengar suaranya mampu membuat dadanya begitu sesak kembali.

"Lepaskan!" Alys menepis tangan Jimin yang berusaha menggenggamnya. Matanya membuat kontak mata selama satu detik, kemudian ia membuang muka sambil melipat tangan di depan dada. Hatinya sudah bergemuruh bukan main, bak badai petir yang mewarnai cuaca mendung. Alys tercekat di sini, ia tidak bisa bernapas.

"Kau ingin pergi ke mana? Di luar hujan, dan kau belum sarapan," tanya Jimin khawatir yang malah membuat Alys semakin muak.

Alys menyipit sinis ke arah sang empu, "Bukan urusanmu. Kalau bisa, aku ingin pergi dari hadapanmu. Pergi yang jauh dari sini dan tidak pernah melihatmu lagi di dalam hidupku," ucap Alys sinis. Yakinlah, meskipun ia berkata begitu dan menginginkan hal itu-dadanya malah terasa semakin sesak, seperti ada pisau yang menusuknya.

Tatapan Jimin seperti melemah, dia menunduk sekilas dan kemudian tersenyum terpaksa sebelum kembali mendongak, "Tentu, aku akan pergi jauh darimu."

deg.

Entah mengapa ucapan Jimin begitu menampar hatinya, entah harus berapa kali ia mesti merasakan hal seperti ini dalam sehari? Mengapa Jimin terus-terusan membuat hatinya berdenyut sakit? Mengapa tiba-tiba saja rasa sesak menyeruak memasuki dada? Mengapa tiba-tiba saja ia jadi sensitif dan mudah menangis?

Lagi-lagi matanya memanas dan mengeluarkan setetes demi setetes air mata.

"Tetapi setelah tugasku selesai. Setelah kau menemukan semua permata itu, kau akan mendapatkan kekuatan penuhmu, lalu kau bisa menjaga dirimu sendiri dari bahaya apapun. Dan setelah itu tugasku sudah selesai. Aku akan pergi dari hidupmu, dari ingatanmu, dan dari hatimu, aku berjanji akan hal itu," timpal Jimin, setelah itu menarik napas panjang-mencoba menahan sebuah gejolak yang menjanggal dari dalam dirinya. Mencoba menahan matanya yang mulai memerah dan mengeluarkan genangan air.

Berbeda dengan Alys yang kini telah bergetar dengan derasnya air mata yang turun dari pelupuk matanya. Ia menggigit bibir dalamnya agar tidak mengeluarkan sedikit isakan pun. Itu yang Alys inginkan, Alys ingin Jimin pergi dari hidupnya, tetapi mengapa di kala Jimin mengatakan hal itu-rasanya semakin menyesakkan?

Hingga akhirnya Jimin mengambil pergelangan tangan gadis itu dan menariknya ke dalam dekapan. Kepala Alys terbentur di dada bidang sang empu, dan perlahan tangan berotot pria itu merambat untuk melingkari pinggang Alys, lalu salah satu tangannya mengelus kepala Alys dengan sangat lembut.

"Aku bersungguh-sungguh, aku tidak pernah ingin menyakiti siapapun di antara kalian berdua. Ini perasaan yang tidak terduga. Dan aku salah karena telah mengungkapkan perasaanku sehingga menjebakmu dalam lika-liku perasaan seperti ini. Andai saja, andai saja aku belum memiliki wanita di dalam hidupku-aku pasti akan berlari kepadamu, Alys."

Tangisan Alys kembali pecah, isakannya sudah tidak tertahan, suaranya semakin deras mengalahi rintikan hujan di luar sana. Tangannya meremas pakaian yang dipakai oleh Jimin, "A-aku tidak ingin menunggu apapun lagi. Aku tidak peduli apa aku akan terluka atau tidak. Aku ingin pergi dari sini, aku ingin menjauh darimu meskipun aku ingin dekat denganmu. Aku, aku tidak bisa lagi menahan semua ini-atau perasaanku hanya akan semakin dalam kalau aku tinggal di sini lebih lama lagi. Bukannya membencimu, aku malah semakin menyukaimu. Apa yang harus aku lakukan."

Lointain Souvenir | PJMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang