63

105 36 4
                                    

Tiara pun hanya menggeleng kan kepalanya.

"Aku gak marah sama Kaka. Kalopun Kaka marah sama aku, aku gak peduli. Yang penting sekarang aku bisa obatin kaki Kaka yang luka itu" balas Tiara tak bisa membohongi perasaannya, jika sebenarnya ia masih memperdulikan Anrez.

"Itung-itung, aku balas kebaikan Kaka kemarin. Karena kemarin, Kaka bantuin aku pas aku di palak" lanjut Tiara.

"Tapi kan yang bantuin lo Randy, bukan gue"

"Kan Kaka juga ada di sana. Lagi pula sekarang kan Kaka yang lagi butuh pertolongan"

"Udah, biar luka nya aku obatin dulu. Itu darahnya terus-terusan keluar" lanjut Tiara lalu ia pun membersikan darah yang ada di lutut Anrez, dan memberikan obat merah lalu memasangkan plaster di lutut Anrez.

"Thanks ya, lo udah mau bantu obatin kaki gue. Dan, untuk bales budi gue ke lo, gue mau jelasin semua masalah yang terjadi kemaren" ucap Anrez.

"Jelasin? Masalah apa ka?" Balas Tiara tak paham.

"Soal di rumah sakit, dan soal lo yang waktu itu dateng jengukin gue di rumah" jelas Anrez.

"Oh itu, gak usah di jelasin lagi lah ka. Orang semuanya udah jelas kan" balas Tiara dengan raut wajahnya bisa saja.

"Tapi kan, gue takut lo ngerasa gak enak hati sama gue. Dan gara-gara masalah itu juga kan lo jadi jaga jarak sama gue kaya gini?" Jelas Anrez.

Tiara pun hanya memberikan mimik wajah tak suka.

"Kenapa muka lo kaya gitu? Gak mau maafin gue?"

"Apa yang perlu di maafin sih ka? Orang gak ada yang salah kok"

"Lo gak usah nutup-nutupin semuanya deh. Gue tau lo marah sama gue, dan lo berusaha nutupin itu semua kan?" Ucap Anrez keras kepala, dan tetap memihak opininya.

"Gak ada yang aku tutup-tutupin kok"

Tiara yang sedikit terpancing kekesalannya pun terus membantah permintaan maaf Anrez, namun begitu pula dengan Anrez. Ia berpikir jika kini, wanita dihadapannya sedang marah dengan dirinya, karena sikap yang ia terima dari Tiara seperti itu.

"Ya udah deh terserah Kaka, aku gak peduli. Terserah Kaka mau mikir aku marah atau gak sama Kaka, pikir aja sendiri!" Tegas Tiara yang langsung beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Anrez.

"Woi tunggu! Gue kan belum selesai ngejelasinnya" balas Anrez teriak.

"Jelasin aja sama diri sendiri!" Balas Tiara pelan.

"Ah Rez, Lo kenapa malah egois sih?" Tanya Raffi yang menghampiri Anrez setelah Tiara pergi meninggalkan mereka.

"Ya dia kan emang marah sama gue"

"Kan dia bilang dia gak marah sama lo, lo cuma salah paham. Tapi karena ego lo itu, dia jadi marah beneran sama lo Rez!" Jelas Raffi menyesali sikap egois Anrez.

"Ya udah lah biarin"

"Biarin, biarin, nanti dirumah kepikiran. Terus galau, terus-"

"Sutttt! Brisik..."

"Hm... Terus gimana kaki lo? Masih bisa lanjutin latihan gak?"

"Berdiri sih bisa Fi, tapi kalo buat lari kaya nya belum" balas Anrez sambil melihat kaki nya.

"Ya udah gua izin ke pak Ridwan dulu, buat balik cepet. Lo tunggu sini" ucap Raffi yang langsung menghampiri pak Ridwan dan meminta izin untuk menyelesaikan latihan lebih cepat dari pada teman teman lainnya.

"Gue egois banget ya Ti? Sorry ya, gue kira masalah ini bakal selesai sampe disini, ternyata gak" batin Anrez menyesali ke-egoisan nya tadi.

...
Sesampainya di rumah, Anrez meminta agar Raffi meninggalkannya sendirian. Selain itu, ia juga tidak mau jika Raffi terus khawatir padanya.

my happiness (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang