Bab 2

4 0 0
                                    

Sampai siangpun, pondok Shanum masih dihebohkan dengan kabar bahwa Gus Keenan mengajar santriwati, satu per satu gadis yang katanya mantan pacar Gus Keenan mulai heboh menunggu giliran kelasnya diajar oleh Gus Keenan
" Gila sedahsyat itu daya tarik Gus Keenan" Ucap Alin kepada kedua sahabatnya sambil Berjalan menuju kamar mereka
" Jadi pengen tau gimana senengnya cewe yang bakal jadi istri Gus Kenan" Sambung Disa terkekeh
" Yang pasti bukan modelan kita yang bar-bar ini" Jawab Shanum kemudian mereka tertawa bersama.
Setelah sampai di kamar kemudian mereka bersiap-siap untuk tidur lalu akan mengikuti jamaah sholat dhuhur setelah nya, karena mereka bertiga telah lulus pendidikan formal, namun belum ujian untuk kelulusan sekolah Diniyah dari pondok tersebut, karena sistem ujian kelulusan sekolah Diniyah pondok 3 bulan setelah pengumuman kelulusan sekolah formal, dan setelah itu mereka bebas memilih masih ingin melanjutkan mengabdi di pondok pesantren atau berhenti dari pondok pesantren.

Keenan saat ini sedang melangkahkan kakinya menuju ndalem setelah mengajar, karena memang kamarnya berada di sana. Ia kemudian berwudhu dan mengaji sembari menunggu waktu dhuhur, namun sejak selesai mengajar sampai saat ini pikiran nya dipenuhi oleh gadis cantik yang nakal tersebut, Keenen sudah berusaha menepis pikiran tersebut, namun lagi-lagi Ia gagal.
Ia kemudian merebahkan dirinya di kasur miliknya dan mencoba menepis bayang-bayang gadis tersebut dengan beristighfar. Ya Allah, apakah Keenan berdosa karena memikirkan gadis yang jelas-jelas bukan muhrimnya tersebut.
"Hhh" Keenan menghela napas kemudian kembali duduk dan kembali beristighfar, sungguh siapakah gadis tersebut? Jika mereka dipertemukan kembali, Keenan berharap ini memang pertanda yang baik untuk keduanya.
Adzan dzuhur berkumandang membuat Keenan segera merapikan pakaiannya dan bersiap-siap menuju masjid, Ia keluar kamar lalu menemukan Mas Amran, kakak sepupunya, putra pertama dari Kyai Abdullah yang sudah beristri dan memiliki seorang anak
" Mau ke masjid nan?" Tanya Mas Amran pada Keenan
" Iya nih mas"
" Ya sudah, ayo bareng" Ucap Mas Amran dan kemudian mereka berdua Berjalan bersama menuju masjid.
Setelah sampai di depan masjid, ucapan Keenan sebelum berangkat ternyata terkabulkan, Ia kembali bertemu dengan Gadis tadi, saat ini Ia menggukan mukenah berwarna pink dan putih bermotif bunga-bunga miliknya, Ia Berjalan sedikit terburu-buru dengan menggenggam Al-quran di depan dadanya. Sungguh membuat Keenan tidak kuasa untuk tidak tersenyum, kenapa baru hari ini Ia bertemu gadis itu, padahal Ia sudah bertahun-tahun menimba ilmu di pondok pesantren ini, rupanya pandangannya dapat dengan cepat terbaca oleh Mas Amran di sebelahnya.
" Alihkan pandangan kamu dek, ga baik natap perempuan yang bukan muhrim" Ucap Amran dengan tepukan kecil di pundaknya.
" Astaghfirullah, makasih mas udah ngingetin" Ujar Keenan
" Kalau kamu suka dia, minta dia sama yang punya, coba istikhoro, dia baik atau ngga buat kamu"
" Saya aja belum tau nama gadis tadi mas, cuman sekali bertemu pas ngajar tadi, dan kedua kali ini"
Membuat Amran tersenyum kemudian kembali berucap
" Ayo jamaah dulu, sebentar lagi kita bahas itu"

"Buru-buru banget num" Sapa Disa saat melihat Shanum menuju ke arahnya
" Gimana ga buru-buru, kalian ga bangunin aku tidur di kamar, aku takut telat jamaah" Ucap Shanum berdecak
" Udah bangunin, kamu aja yang tidurnya ga pulas banget" Jawab Alin kemudian.
" Num lihat tuh, Ada siapa yang masuk" Beritahu Disa sambil matanya menuju pintu masuk masjid untuk putra.
" Astaghfirullah, istighfar Dis, Num" Jawab Alin sambil mengusap kedua mata sahabat-sahabatnya.
" Cogan ga bisa dianggurin" Cengir Disa.
" Gus sendiri loh" Jawab Alin.
Shanum hanya dapat tersenyum memandang Gus Keenan yang semakin hilang di pandangan.
Ya Allah, kalau boleh Shanum minta, Shanum ingin jodoh yang seperti Gus Keenan, aamiin. Doanya dalam hati.
Setelah berjamaan Shanum kemudian keluar dari masjid menuju koperasi untuk membeli makan siang, di sana Ia bertemu dengan Ning Zia, putri ketiga Kyai Abdullah yang juga sedang membeli sesuatu.
" Assalamaulaikum mbak Shanum" Sapanya, Ia neng Zia usianya di bawah Shanum satu tahun, namun Ia cukup Akrab dengan
Shanum, karena seperti yang kita tahu, Shanum adalah gadis cantik dan ramah yang banyak kenal oleh kalamgan santri, bahkan Ning Zia pun mengenalnya.
" Waalikumsalam Ning Zia" Jawab Shanum tersenyum lebar.
Ia kemudian kembali ke kamar untuk membawa makanan yang Ia beli untuk nya dan kedua sahabatnya.
"Bentar lagi lulus, misah deh" Sela-sela Alin di tengah makan.
"Iya nih, aku tetep mondok, Alin bakal keluar mau pindah pondok, kamu nih num, yang masih abu-abu, mau nya gimana?" Tanya Disa
" Belum tau deh Dis, kalo jalannua kuliah, ya udah kuliah, kalo jalannya nikah muda, aku sih yes" Candanya
" Ngomong nikah muda, calonnya aja belum Ada sayang" Jawab kedua sahabatnya menggoda.

Gus KeenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang