Bab 3

2 0 0
                                    

Pagi ini Shanum tengah bersiap-bersiap untuk berangkat menuju tempat diniyahnya, kali ini Ia memakai long dress berwarna kuning soft dengan kerudung mocca. (karena kalau sekolah diniyah di pesantren Shanum, ngga pakai seragam khusus ya gais) sebelum menuju sekolah, Shanum membeli makan untuk sarapan, seperti biasa dengan kedua sahabatnya.
" Mbak Shanum" Sapa adik-adik kelasnya yang sudah dari arah koperasi pondoknya.
" Haiii" Sapa Shanum ceria.
" Shanum doang kayaknya dari tadi banyak disapa kita ngga" Ucap Disa padanya.
" Makanya senyum, biar adik2 ngga takut Nyapa kalian" Ucap Shanum.
Lalu dari arah depan Shanum lihat Ada salah satu adik kelasnya, yang bernama Aisyah, Aisyah ini sebenernya mantan adik ipar Shanum, karena Shanum pernah berpacaran dengan kakak gadis tersebut, namun harus Kandas karena hubungan mereka ketahuan oleh pengurus pondok
" Mbak Shanum, Mbak Disa, Mbak Alin" Sapanya pada ketiga gadis tersebut
" Hai Syah" Jawab mereka serempak.
" Mbak, bisa ngobrol berdua ngga?"
Tanya Aisyah pada Shanum, Shanum mengerti, jika seperti ini pasti Ada kaitannya dengan kakak gadis ini.
" Bisa Syah, yuk" Ajak Shanum kemudian mereka berdua sedikit berpindah dari sahabat-sahabat Shanum yang sedang menunggu.
" Mbak Shanum, Ada salam dari Kak Arvin, kakak berniat serius sama mbak, jadi setelah kelulusan Diniyah nanti, kak Arvin mau ke keluarga mbak buat Lamar mbak" Jelas Aisyah yang membuat Shanum terkejut, Ada apa ini? Hubungan mereka sudah kandas 2 tahun yang lalu, lagipula Shanum juga sedang mencoba melupakan Arvin meski susah, siapa yang tak susah melupakan Arvin? Laki-laki tampan, mantan ketua osis SMAnya, dan juga pintar. Sayang, nama Arvin sempat jelek di mata para santri karena berita berpacaran dengan Shanum.
" Syah, kamu serius? Lagipula kita masih sama-sama muda, mbak ga mau terlalu terburu-buru" Jawab Shanum, bukan apa-apa mereka baru saja lulus SMA, dan Shanum yakin jalan Arvin masih panjang, meskipun Shanum tau, Arvin merupakan anak dari keluarga kalangan kelas atas.
" Serius mbak, Kak Arvin minta mbak pikirin ini baik-baik, lagipula setelah lulus, Kakak bakalan megang salah satu bisnis papah" Ucap Aisyah yakin, ini salah satu alasan Shanum bisa sedikit melupakan Arvin, keluarga Arvin terlalu memperlihatkan kekayaannya padanya, padahal Shanum tidak butuh itu, Shanum hanya ingin Arvin sukses dengan usahanya sendiri.
Belum sempat Shanum menjawab, teriakan Alin sudah Mengganggu obrolan mereka berdua, namun Shanum cukup berterimakasih atas itu.
" Buruan num, keburu telat" Teriak Alin.
" Ya udah deh Syah, mbak duluan ya, untuk saat ini mbak ngga setuju sama kemauan kakak kamu" Ucap Shanum kemudian berlalu meninggalkan Aisyah.
" Kenapa? Lesu gitu mukanya" Tanya Disa saat menyadari perubahan muka Shanum.
" Arvin mau Lamar aku setelah lulus" Ucapnya lesu
" Ya bagus dong num, kenapa jadi sedih? Dia cinta pertama kamu kan, kaya juga, udah pasti terjamin hidupmu" Oceh Disa tanpa pikir panjang.
" Aku paham maksud Shanum, saat ini Shanum belum mau mikirin itu dulu, apalagi ini Arvin, bener pinter, aktivis, tapi sukanya berlindung dibalik kuasa papanya" Ucap Alin membela Shanum yang telah sedikit mengerti tabiat Arvin melalui cerita-cerita Shanum, bahkan dulu papa Arvin sempat ingin protes saat Shanum Dan anaknya ketahuan berpacaran Dan memperoleh hukuman, padahal itu jelas kesalahan mereka, itu juga menyebabkan keluarga Shanum memarahi Shanum habis-habis an, Dan menyuruhnya menjauhi Arvin.
" Oke, Udah-udah ga usah sedih, kita beli makan aja" Ucap Disa telah mengerti.
" Dis, dis kecap pedes jangan lupa" Teriak Shanum saat melihat Disa sedang mengantri membeli makanan di koperasi, saat ini giliran Disa yang membeli, karena mereka bertiga memiliki jadwal membeli makan untuk mereka bertiga.
Alin dan Shanum tertawa melihat tubuh mungil Disa yang mencoba menerobos antrian, karena di jam-jam seperti ini, koperasi akan sangat ramai Dan antrian tidak akan kondusif
"Hhh ga jadi insecure punya badan di bawah 155, faedahnya bisa cepet nerobos antrian" Ucap Disa bangga. Karena diantara mereka bertiga, Disa lah yang paling pendek, sedangkan Alin dan Shanum memiliki tubuh  yang lumayan tinggi, 160cm.
" Bagi tempe dongg" Ucap Alin saat tempe nya sudah habis
" Nihh, mumpung baik, nanti makan siang ganti" Ucap Disa
" Dasar ga ikhlas" Gerutu Alin.
" Untung dikasi, kalo gak?" Shanum membela Disa dengan menaikturunkan alisnya, sebenarnya mereka hanya bercanda untuk menggoda Alin, mereka sudah terbiasa berbagi, buktinya saat ini mereka sedang makan berasama dengan nasi yang mereka jadikan satu di dua kertas nasi.
Indahnya hidup di pondok pesantren

Gus KeenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang