Bab 7

2 0 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam, akhirnya Shanum dan rombongan telah di kediaman Gus Keenan, tapi yang membuat Shanum kaget, mengapa rombongan memasuki kawasan pondok pesantren? Shanum lihat nama pondok pesantren ini Adalah pondok pesantren Al-Furqon, karena terlalu penasaran, Shanum berbisik pada Ning Zia
" Ning, ini kediaman Gus Keenan?"
" Iya Mbak, Mbak ga tau ya? Mas Keenan kan juga punya pesantren " Ohh jawaban Zia sungguh membuat Shanum terkejut, sebuah fakta yang baru Shanum ketahui, Ia kira Gus Keenan dipanggil Gus karena Ia keponakan Kyai Abdullah, ternyata Gus Keenan juga memiliki pesantren, kalau begini Shanum semakin minder dan insecure mengangumi seorang Keenan Ghazi Ustman, putra dari Kyai Ustman Habibi.
" Assalamualaikum Mbak Aminah" Sambut perempuan paruh baya yang umurnya Shanum perkirakan lebih mudah dari Bunda Aminah, mungkin ini Ibu Gus Keenan pikir Shanum, kemudian perempuan tersebut memeluk satu per satu keluarga Ndalem, sampai giliran Shanum, Shanum masih bingung apa yang harus Ia lakukan, sampai Bunda Aminah mengintrupsi kebingungan Shanum.
" Dek, ini Shanum salah satu santri yang Mbak ajak buat bantu Hani jaga Abi. Shanum, ini Bu Nyai Salma Umi Gus Keenan" Jelas Bunda Aminah memperkenalkan yang segera dibalas anggukan sopan kemudian Shanum segera bersalaman dengan Umi Gus Keenan.
" Assalamualaikum Bu Nyai, saya Shanum" Ucapnya sopan setelah bersalaman.
" Waalaikumsalam Shanum" Ucap Umi Salma menelisik penampilan dan juga sikap Shanum, Ia Sebelumnya sudah diberitahu oleh Bunda Aminah bahwa santri yang Ia ajak saat ini adalah gadis yang disukai oleh putranya. Sedangkan para rombongan putra saat ini sedang melakukan sholat jumat di masjid pesantren.
Shanum mengikuti langkah Bunda Aminah dan Umi Salma, Ia berjalan sambil menggendong Gus Abi dengan Ning Zia disebelahnya.
" Mbak gapapa ga usah gugup, Bibi Salma ramah, cuma belum kenal Mbak Shanum saja" Ucap Zia menenangkan Shanum, Ia paham dengan ketakutan Shanum, apalagi Bibi Salma seperti menelisik penampilannya, Shanum tidak tau saja, bahwa Umi Salma sebenarnya sangat ramah, Ia hanya ingin melihat seperti apa sikap gadis yang berhasil menucuri perhatian anak laki-lakinya tersebut.
Saat sudah sampai di ruang tengah, suara Umi Salma memecahkan keheningam yang Sebelumnya tercipta.
" Nak Shanum bisa bantu Umi buat teh?" Tanyanya
" Bisa Bu Nyai" Ucap Shanum sopan, Ia tidak tau harus memanggil Umi Gus Keenan dengan panggilan apa.
Sampai di dapur Ndalem, Shanum tidak melihat santri ataupun mbak-mbak yang biasa mengabdi di Ndalem seperti yang biasanya Ada di pesantrenny.
"Santri lain lagi bantu masak-masak di dapur belakang num, panggil Saya Umi saja nggapapa" ucap Umi Salma seperti mengerti isi hati Shanum.
" Iya Umi" Jawab Shanum sopan.
Di dalam dapur sambil membuat the Umi Salma menanyakan banyak pertanyaan, yang jika Shanum peka, pertanyaan itu sebenarnya tidak cocok bila disebut konteks santri dengan Bu Nyai, namun seperti Ibu mengospek calon mantunya.
" Shanum kelas berapa?"
" Sudah lulus SMA Umi, cuma nunggu kelulusan Diniyah saja"
" Setelah ini Shanum pengennya kemana?" Ucap Umi Salma ingin tahu
"Belum tahu Umi, Shanum masih coba cari jati diri, tapi insyaallah tetap mengabdi di pondok"
"Shanum, banyak orang nikah muda sekarang, Shanum ngga mau emangnya?" Ucap Umi Salma yang sedikit membuat Shanum kaget, namun tak urung Ia men jawab nya
" Shanum ga pernah nutup kemungkinan untuk nikah muda Umi, namun saat ini mungkin Shanum belum punya calon yang pas, juga Shanum belum memikirkan terlalu panjang sampai situ" Jelas Shanum.
" Di pesantren berapa tahun num? "
" 6 tahun Umi, sejak lulus SMP"
" Wow, lama dongg udah sampe mana kalo gitu pemahaman agamanya?" Jangan salah paham dengan pertanyaan Umi Salma, kembali lagi Ia hanya ingin mengetes sifat gadis di depannya ini, Ia juga tidak memiliki paham ilmu agama yang baik dulu ketika menikah dengan Kyai Ustman, bahkan Ia tidak pernah merasak mondok, Ia bertemu Kyai Ustman karena kebetulan pernah Ada dalam satu seminar keagaman.
" Wah, kalau gitu sepertinya Shanum belum bisa mengukur Umi, Shanum juga bukan santri yang sangat paham ilmu agama meskipun lama mondok, Shanum juga masih belajar" Jawab Shanum yang membuat Umi Salma tersenyum, padahal Ia sudah tau gadis di depannya ini sedang menghafal terjemahan Al-quran dan sudah hafal juz 30, tentu Umi Salma sudah mencari tau itu semua dari Umi Aminah dan Ning Hani.
Setelah percakapan lama tersebut, mereka berdua keluar dari dapur dan kembali menuju ruang tengah.
" Para laki-laki sudah selesai sholat jumat, ayo kita sholat dulu" Ajak Umi Aminah, yang membuat mereka semua segera bergegas menuju musholla ndalem. Setelah para wanita selesai sholat berjamaah, kemudian mereka makan bersama begitupun juga para laki-laki, sepertinya acara ini hanya acara silaturahmi antar keluarga saja jika Shanum lihat, setelah banyak bercengkrama, akhirnya Shanum mengehtahui satu fakta bahwa Umi Salma tidak juga berasal dari keluarga kalangan Kyai, bahkan Umi Salma tidak pernah mondok, berbeda dengan Umi Aminah dan Kyai Abdullah yang Sama-sama merupakan keturunan Kyai.
Hari sudah malam, saat ini mereka sedang menunaikan Sholat Maghrib dengan Kyai Abdullah sebagai imamnya, setelah sholat maghrib, rencananya mereka akan kembali ke pesantren Ar-Rahman. Setelah bersalaman dan berpamitan, Shanum dikejutkan dengan panggilan Umi Salma yang memintanya mendekat ke arahnya, sontak panggilan Umi Salma membuat seluruh pasang mata memperhatikan interaksi mereka, begitupun juga Gus Keenan, Ia penasaran apa yang akan sang Umi lakukan.
" Shanum, Umi bahagia bisa kenal Shanum, maaf kalau pertanyaan Umi sejak tadi menyinggung Shanum, nak Umi berharap banyak sama Shanum" Ucap Umi Salma kemudian memeluk Shanum. Sunggu Shanum bingung dengan ucapan terakhir Umi Salma, mengapa Beliau mengatakan berharap banyak pada Salma? Namum tak urung Salma mengiyakan ucapannya sebagai bentuk sopan, dan membalas pelukan tersebut.
Semua orang yang mengerti akan interaksi tersebut tersenyum lega, meski Shanum tidak paham apa maksud semua ini.

Gus KeenanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang