4. Karena dia Khandra

657 153 18
                                    

Sudah diposisi yang nyaman? Happy reading! Eits jangan lupa vote dulu!!

Playlist: Sampai disini -D'MASIV

_______

Alin masih tersenyum sebelum tamu itu berjalan duluan meninggalkan tiga manusia yang kini kembali duduk.

"Apa kau tak lelah untuk senyum terus?" Tanya Dendra yang dibalas tawa ringan dari Alin. Ya pria beristri itu sedikit takjub dengan Alin sekretaris bayangan yang membantu pekerjaannya, karena tak berhenti senyum bukan hanya hari ini namun semenjak gadis itu bekerja. Tentu hal ini tidak bisa dilakukan semua orang, tersenyum tanpa henti.

Gadis itu menggeleng, "ngejar orang bertahun-tahun aja aku gk capek, senyum bukan masalah besar." tentu ini hanya hal kecil untuk Alin. Jawaban seadanya tanpa niat untuk menyindir, membuat seseorang menoleh dan menyimak percakapan kedua orang itu, menyaksikan dan mendengar dengan baik percakapan kedua sekretarisnya itu.

"Wah" Dendra membuka mulutnya takjub. Ia tak percaya, seorang Alin? Bagaimana bisa? Bukan berarti Dendra suka sama Alin melebihi rasa sukanya sebagai rekan kerja. Hanya dengan pikiran yang logis, hal ini terdengar aneh?

"Aku pikir kau lah yang dikejar-kejar cowok. Karena secara fisik, finansial, kemampuan kau oke dan kepribadian mu juga cukup menyenangkan." Puji Dendra secara realistis. Inilah yang membuat dirinya merasa bingung.

Alin hanya tertawa kecil, "Alin gk mau munafik sih, memang banyak yang ngejar, cuman ya Alin sukanya sama dia doang mas hahahaha." Balas Alin dengan santai.

Khandra mengepal jarinya, rasanya sudah sangat lama ia tak mendengar Alin memanggil dirinya sendiri dengan sebutan namanya. Karena selama sebulan ini dirinya hanya mendengar kalimat 'saya'.

Dan siapa sangka? Hal itu sangat mengganggu dirinya.

"Cowok bodoh mana bisa buat perempuan seperti mu menunggu bertahun-tahun?!?" Skeptis Dendra yang mendasar.

Khandra hampir saja tersedak dengan ucapan jujur dari sekretarisnya itu. Dirinya menoleh dan menatap Alin sepenuhnya, menunggu jawaban apa yang akan diberikan gadis itu.

Alin kembali tertawa dan menggeleng, "tapi tenang aja mas, Alin lagi di tahap move on dan mencoba menerima mereka yang suka sama Alin."

______

"Bagus dong! Kan ini yang kau inginkan sejak lama!"

Khandra bolak balik di depan mejanya, berceloteh sendiri, melakukan penyangkalan namun kemudian pembenaran. Ucapan Alin membuat perasaan Khandra tak tenang.

Nafas Khandra semakin tak karuan begitu mengingat bagaimana Alin merespon Dendra dengan senyuman yang tak dibuat-buat.

Selama satu bulan ini Khandra melihat sesosok lain dari seorang Alin.

Ya! Khandra tau bahwa semua itu karena ucapannya. Dan karena itu Khandra semakin kesal.

Khandra kembali ke tempat duduknya begitu suara ketukan pintu terdengar.

"Masuk"

"Permisi pak"

Khandra menatap Alin yang berjalan menujunya.

"Saya ingin membahas masalah kontrak, makasih untuk tawaran yang sudah bapak berikan. Namun saya menolak untuk memperpanjangnya. Bukan karena saya tidak percaya diri dengan kemampuan saya, atau ragu untuk menerima tugas yang akan diberi. Namun saya takut, kalau saya semakin tidak bisa mengontrol perasaan saya, dan saya rasa keputusan untuk menolak perpanjangan kontrak ini adalah jalan terbaik. Saya sudah puas dengan pengalaman yang saya terima di perusahaan ini, rekan kerja yang baik dan fasilitas yang membuat saya begitu nyaman. Saya berterima kasih untuk itu semua. Itu aja pak, terimakasih ini tulus tanpa maksud apapun. Semoga satu bulan lagi saya bisa bekerja dengan baik. Fighting pak! Hehehe" Alin tersenyum mengepal jarinya dan mengangkatnya membuat tanda 'semangat'

Tala dan Alin ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang