16. Tala dan Alin [Ending]

970 125 7
                                    

Akhirnya cerita ini tiba pada halaman terakhir.

Happy reading

____________

"Sial! Aku bermimpi!?? Brengsek!!" Khandra terbangun dari tidurnya, ia menangis lagi begitu sadar semua hanya mimpi. Mengapa rasanya begitu nyata!??

"Kau sudah bangun?"

Khandra mengangkat kepalanya, menatap sesosok perempuan yang berdiri di depan pintu yang kini berjalan ke arahnya.

"Dokter sialan! Katanya aku tak mengidap penyakit jiwa! Tapi kenapa halusinasi ini semakin parah!" Keluhnya tak menghiraukan perempuan yang kini sudah berdiri di hadapannya.

"Maaf."

Pelukan hangat itu nyata, Khandra menoleh.

"Ka-kau Alin?" Tanyanya tak percaya, "jadi semalam aku tak bermimpi? Kau nyata?!" Tanyanya yang masih bingung.

Alin kembali menangis, sebesar apa luka yang ia tinggalkan sebenarnya? Bagaimana cara dia menebus kesalahan yang ia buat? Faktanya ia tak pernah berfikir bahwa Khandra begitu mencintainya mengingat hanya beberapa bulan keduanya sebagai pasangan.

Alin menyentuh pipi Khandra dan tersenyum, "ini nyata, aku Alin perempuan yang selalu mencintaimu." Ucapnya yang membuat Khandra kembali menangis.

"Kau kembali." Ucapnya sebelum membawa tubuh Alin dalam pelukannya.

Selama berjam-jam keduanya diatas kasur, tanpa suara. Khandra hanya memeluk tubuh Alin tanpa ingin melepasnya, dan perempuan itu tak menolak.

"Kau nyata" ucapnya setelah sekian lama hanya diam.

Alin tersenyum, menatap mata indah itu. Khandranya tetap sempurna.

Khandra ikut tersenyum, ia tak peduli dengan pekerjaannya di kantor, ia masih harus meyakinkan dirinya bahwa ini nyata. Sekalipun mimpi makan biarkan Khandra merasakan kebahagiaan ini sedikit lebih lama.

"Apa kau akan pergi lagi?" Tanya Khandra parau, pertanyaan itu membuat dada Alin kembali sesak.

Ia sangat menyesal, sungguh.

"Aku tak akan pergi kemanapun. Aku hanya disini, untukmu." Ucap Alin, yang kini mengecup bibir Khandra, menuangkan sebesar apa ia mencintai Khandra. Air matanya kembali menetes.

Khandra membalas ciuman itu, matanya menatap Alin yang terus menangis.

"Berhenti menangis, aku tak marah dengan yang sudah terjadi. Aku justru bersyukur karena kau masih menginginkanku." Ucap Khandra sambil mengecup kedua mata Alin, membuat gadis itu semakin terisak.

"Maaf, harusnya a-aku"

"Shhttt, kau kembali artinya semua sudah selesai, walau aku sedikit kecewa karena kau meragukan perasaanku. Namun aku tau hal ini juga berat untukmu, jadi kumohon berhenti merasa bersalah, jangan berpikir untuk pergi lagi, kumohon. Aku hancur jika kau meninggalkanku lagi. Dua tahun, dua tahun sudah cukup untukku tersiksa." Khandra mencium jari jemari Alin yang berada dalam genggamannya.

Alin menggeleng, "aku tak akan meninggalkanmu, Alin janji." Ujarnya.





Khandra semakin menunjukkan sisi posesifnya, karena hal yang sudah terjadi tentu meninggalkan rasa trauma tersendiri untuknya.

Alin harus selalu berada dalam pengawasannya. Bahkan ketika di kantor.

Semua tentu kaget dengan sesosok Alin yang tiba-tiba hadir. Namun tak ada yang berani bertanya, cukup melihat Khandra yang kembali tersenyum sudah cukup untuk mereka.

Tala dan Alin ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang