"Bre. tolongin gw, motor gw mogok"

20 3 0
                                    

Berhari-hari menunggu, namun tak kunjung datang.

"ah...sebaiknya aku tidur lagi."

Siang itu terasa seperti malam, awan mendung yang tak kunjung hilang menghalangi cahayanya untuk menyinari jemuran.

Keluh kesah tetangga-tetangga ini mulai terdengar "hari ini mendung lagi, tidakkah kamu terlalu caper wahai langit."

Suara dering telpon berbunyi, tentu saja membuatku semakin kesal "halo!" Aku terkejut, teriakan tiba-tiba dari telpon tersebut membuatku reflek mematikan telponnya.

Tak lama dering telpon berbunyi lagi, aku ragu untuk menjawab telponnya tapi karena ini telpon dari Bintang mungkin saja ada ssesuatu yang ingin disampaikan.

"hallo dek..." ucapnya dengan pelan, "deku..."panggilnya.

"iya ham, kenapa?" aku menguap karena masih mengantuk.

"bre, tolongin gue, motor gue mogok".

Mendengar hal tersebut aku terdiam sejenak "sekarang lu dimana?" tanya ku dengan sedikit panik.

Dia terdiam tak menjawab pertanyaanku, aku memanggilnya lagi dan dia pun mulai berbicara lagi "iya, iya...sekarang gue serlok" ujar Bintang lalu mematikan telponnya

Aku spontan melempar bantal ke arah Rama dengan bermaksud membangunkannya.

"woy k*nt*l apa sih!" rama terlihat marah namun karena baru bangun mimik wajahnya terlihat sangat aneh.

"bangun, bangun...si Bintang motornya mogok"
Seketika kami berdua langsung bersiap untuk menuju ke lokasi.

"pakai satu motor atau dua?" tanyaku dengan serius.

"bawa dua aja, untuk jaga-jaga" Rama bergegas menuruni tangga kamarnya kemudian aku menyusulnya.

Ketika kami bersiap untuk memainkan gas motor kami, kami sadar kalau si Bintang tak kunjung mengirimkan lokasinya.

"gimana? Si gubluk udah serlok gk?" sambil memeriksa hpnya yang tak kunjung ada jawaban, wajah Kekhawatiran mulai terlihat.

"ini telpon aku gk di angkat" ujarku.

Kami berdua kebingungan, namun dengan tegas Rama memutuskan untuk mencarinya di sepanjang jalan Pendidikan.

" cari aja di jalan pendidikan, kalau gak di kosnya, kalau gk di sekitaran kekalik".

Kami berdua langsung tancap gas, Motor Rama melaju dengan cepat, begitu lihainya.

Dia terlihat sangat khawatir, begitu juga denganku. Bayangan di benakku si Bintang telah mengalami kecelakaan dan semacamnya.

Kami terus menelusuri jalan pendidikan dengan penuh rasa khawatir, sembari melihat kiri kanan jalan sambil memerhatikan apakah Bintang ada disana.

Sesekali aku mengecek hp apakah Bintang sudah mengirimkan lokasinya atau tidak.

Aku melihat Rama berhenti di depan gedung Pasca Sarjana UNRAM, kemudian aku pun menghampirinya.

"gimana si Bintang?" tanyaku sambil membuka kaca helm ku. "bentar, ini dia barusaja membalas pesanku" ujar Rama.

Tak lama kemudian, aku mendapat pesan dari Bintang, "di kos" seketika aku merasa lega, dia berada di kosnya jadi tak seperti apa yang ku bayangkan, dengan begitu aku memberitahu Rama " dia di kosnya, katanya".

"gasss, kita ke kosnya"
Tak jauh dari tempat kami berhenti, kos si Bintang hanya berjarak beberapa ratus meter saja.

Sesampainya disana, aku semakin dibuat bingung ketika melihat motornya terparkir di tempat yang sama seperti terakhir kali aku melihatnya kemarin malam.
"lah, ini motornya" ucap Rama sambil menunjuk motor Bintang.

"wah...wahhh...si gubluk bohong ini mah" Rama terlihat mulai kesal.

Kami mulai menggedor pintu kos Bintang, agak lama dia membuka pintu kosnya. Ketika dia membuka kunci pintu kosnya, dia langsung berpura-pura tidur.

"woy, k*nt*l katanya motor mogok!"
"iya si anj*ng, malah rebahan!"

Tidak hanya Rama yang kesal, aku pun merasakan hal yang demikian.

Berbagai lontaran kata yang tidak senonoh kami ucapkan kepada si Bintang T*lol yang sudah mengibuli kami.

Aku terlihat seperti orang bodoh yang menanggapi lelucon sebagai hal serius.

Dia hanya tertawa dan meminta maaf sambil berkata "bercanda gw cuk".

Semenjak hari itu, kami kehilangan kepercayaan terhadapnya.

IseeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang