Pagi ini, aku mengayuh pedal sepedaku dan hendak menemui seorang teman yang sudah menunggu diminimarket yang berada didekat rumahku. Rambut yang acak-acakan tertiup angin pagi yang segar pun, membuatku sedikit bersemangat.
“Yo! Pagi Bin” suara yang begitu bersemangat menyapaku, aku tidak mengacuhkannya dan terus mengayuh sepeda.
“Hmmm- seperti biasa, penampilan dan sikap yang mirip Oreki-san” komentarnya, aku tidak menimpalinya sama sekali.
“Woyy!!! Oreki-san tunggu!!! Oreki-san!!!”
“…” agak kesal juga dipanggil dengan sebutan itu, kubiarkan dia melewatiku, sepertinya dia hanya asik sendiri memperhatikan sekitarnya, disela-sela waktu tersebut, aku menyempatkan diri untuk memakai jaket yang kuikat dipinggang.
“Bin! Bintang!” panggilnya sambil menengok kebelakang. Akupun menunjukkan diri dari balik mobil yang terparkir dipinggir jalan tersebut dan menghampirinya.
Dari dalam tas selempang yang dikenakannya, dia mengeluarkan roti isi dan memberikannya kepadaku, “Tidak terima kasih, rotinya hanya ada satu-” tak sempat menyelesaikan perkataanku, dia mengeluarkan roti isi yang lain, langsung saja aku mengambil roti isi yang disuguhkannya tadi.
“Terima kasih, sebenarnya sejak kemarin aku hanya makan mi instan” itu memang benar, sedari rumahpun aku memang sudah merasa lapar.
“Benarkah? kalau gitu aku juga sama”
“Kau hanya makan mi instan sejak kemarin pagi?” tanyaku
“Tidak, tidak…tidak sejauh itu, aku hanya makan mi instan dan nasi kemarin malam” aku terdiam sejenak mendengar jawabannya sambil memikirkan asupan karbohidrat dari mie instan dan nasi.
“Mau kemana kita pagi ini?”
“Lapangan” jawabku dengan singkat sambil mulai mengayuh pedal sepeda lagi
“Lapangan mana?!”
“Ikuti saja aku”
Tujuanku adalah Lapangan Utan, sesampai disana aku memarkirkan sepeda kemudian menaiki tangga dan duduk dibangku taman sambil menikmati sunrise, barulah aku disusul oleh Rama. Tentu saja aku tidak langsung membuka roti isi yang diberikannya tadi, itu tidak sopan, aku menunggu dia memakan roti isinya, kemudian aku memakan roti isi ku.
Pada prinsipnya kita harus mempersilakan orang yang mentraktir kita makan lebih dulu.
Percampuran warna oranye, kuning, putih dan birunya langit, disertai dengan angin sepoi-sepoi membuat pagi ini terlihat begitu ceria.
Jalanan pun masih sepi, belum banyak orang yang memulai aktivitasnya, sedari tadi hanya ada pedagang yang akan berjualan ke pasar, aku sempat berpikir kenapa hari ini tidak ada anak sekolahan, ini hari Minggu.
Aku sempat melamun, tidak mendengarkan ocehan Rama, entah apa yang di bicarakan olehnya.
“Apakah pacaran itu enak?” ucapku tanpa sadar, memang itu salah ku sendiri, karena akhir-akhir ini pikiran ku kacau, hanya karena seorang wanita.
“yah~ seperti yang kau tau, pacaran itu tidak sebahagia dan tidak seburuk yang kau kira, setiap orang memiliki sudut pandang dan cara mereka masing-masing untuk mendapatkan jawabannya”
“Baiklah cukup!, aku tidak ingin berurusan dengan wanita lagi”
“Padahal kau yang mulai membahasnya”
Setelah menghabiskan roti isi, aku mengajak Rama kesisi lain lapangan. Tempat taman kanak-kanak dan terkejutnya kami saat melihat ayunan dan beberapa alat permainan sudah rusak parah.
![](https://img.wattpad.com/cover/311763658-288-k952214.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Isee
Cerita PendekKumpulan cerita keseharian para remaja yang baru mengenal kehidupan perkuliahan.