Prolog

2.9K 116 7
                                    

"JALANG MANA LAGI YANG KAMU BAWA KE RUMAH INI?!"

"INI RUMAHKU DAN INI JUGA BUKAN URUSAN KAMU!!"

Teriakan teriakan itu kembali terdengar di telinganya. Tak ada lagi air mata yang mengalir saat ia mendengar pertengkaran hebat yang berulang kali terjadi. Ia hanya memutar bola matanya jengah. Ia bosan berada di rumah. Padahal bisa dihitung, baru berapa jam ia pulang ke tempat memuakkan ini.

Dengan sedikit lunglai, ia berjalan mendekati meja dimana ia terakhir meletakkan jaket hitam kesayangannya. Mungkin pergi untuk beberapa jam kedepan termasuk ide yang bagus. Walaupun ia juga bingung, kemana ia akan pergi setelah ini.

Perlahan pintu kamar ia buka, matanya menangkap dua orang yang masih beradu mulut tanpa tahu kehadirannya. Tanpa berpamitan ia berjalan keluar rumah. Lihat? Bahkan mereka tidak menyadari jika putri mereka baru saja melewatinya.

Ah sudahlah, pikirnya.

Tanpa berpikir panjang, gadis itu berjalan ke salah satu mobil dan pergi meninggalkan rumah tersebut.

*******

Namanya Lira Adiba, panggil saja ia Lira. Gadis berusia 18 tahun dengan tinggi 165 cm dan rambut panjang berwarna hitam yang akan dinyatakan lulus satu bulan lagi. Oh tidak, lebih tepatnya dua bulan. Gadis dengan jaket hitam levis itu tengah mengendarai sebuah mobil dengan kecepatan tinggi. Menjadi anak tunggal baginya sedikit tidak mudah. Apalagi setiap hari ia harus mendengar pertengkaran hebat dari kedua orang tuanya. Ayahnya Adi Wijaya, dengan terang terangan seringkali membawa selingkuhannya ke rumah. Mungkin hampir setiap malam, dan Lira tahu itu. Beliau merupakan pemilik perusahaan tambang yang kini bisnisnya tengah berkembang pesat. Dan ibunya Nurmala Amanda, beliau merupakan sosok ibu rumah tangga. Oh ya, Lira juga memiliki seorang kekasih. Namanya Gibran Darren Marcellino,  berawal dari balap liar hingga menjalin hubungan sampai sekarang. Dan sahabat satu satunya, Dera Salsabila. Perempuan berambut pendek yang penampilannya sebelas dua belas dengan Lira. Celana jeans sobek, tangtop dan jaket levis yang senada.

Oke lanjut, hanya butuh waktu lima belas menit, gadis itu kini sudah berada pada tempat yang ingin ia tuju. Ya, rumah Dera.

"Ngapain lo kesini nyet?" Tanya si pemilik rumah dengan muka bantal yang masih kentara.

"Kepo lo! Mending bikinin gue sarapan deh. Laper nih, belum makan. Di rumah nyokap bokap gue berantem mulu!" Keluh Lira.

Sedangkan gadis yang berada di hadapannya memutar bola matanya malas.

"Gak capek apa bonyok lo? Lagian lo juga kebiasaan. Bukannya ngelerai, malah minggat ke rumah gue. Gak eneg lo ketemu gue mulu? Baru juga subuh kita pisah, eh sekarang lo nyamperin gue lagi."

"Kenapa? Gak sudi lo nampung anak broken home kaya gue? Gibran juga, dia semingguan gak ada kabar," kesal Lira sembari merebahkan tubuh di sofa empuk milik sahabatnya.

"Oh ya, gue lupa ngasih tau lo!" Ucap Dera mulai serius.

Lira menaikkan alis, menunggu Dera melanjutkan ucapannya.

"Lo tahu gak Thalita yang biasanya ikut kita balapan?"

Lira mengangguk, "kenapa emang?"

"Coba lo lihat story instagramnya tadi malam!" Dera berjalan mendekati Lira dengan sarapan yang ia bawa.

"Kenapa sih Der? To the point aja kali!" Kesal Lira.

Dera menghembuskan napasnya kasar.

"Lira sayanggg, cowok lo tuh kayaknya selingkuh sama si Thalita cabe!" Tutur Dera penuh penekanan, membuat Lira menoleh tidak terima.

"Ya nggak mungkin lah Gibran selingkuh! Dia tuh setia sama gue! Lo aja gak tahu Gibran kaya gimana."

"Harusnya gue yang bilang gitu bucin! Lo tuh dipelet apa sih sama si Gibran? Mana ada Gibran setia?! Dari sebelum lo pacaran sama dia aja udah kesebar luas kalau cowok lo tuh buaya," cerocos Dera.

Jujur saja ia kesal. Sudah berulang kali Dera memperingatkannya. Bahkan selama dua tahun mereka berpacaran, selama itu pula Gibran berselingkuh dengan orang yang berbeda.

"Der! Gue percaya sama Gibran. Dia setia sama gue, dia baik sama gue, mana mungkin Gibran tega selingkuh dibelakang gue?" Lira masih menyangkal.

"Pikir pakai logika, kemana aja Gibran semingguan gak ada kabar?!!"

Lira terdiam, memikirkan hal positif yang mungkin terjadi.

"Mungkin aja lagi di rumah neneknya, terus gak ada sinyal ter—"

"LIRA ADIBAA!!! Nenek kakeknya Gibran udah meninggal oke? Gak mungkin cowok lo nyusul ke tanah. Dan gue berharap sih  gitu," ucap Dera kelewat santai.

"WAH NYARI PERKARA YA LO?!!"

"Diem lo miskin! Lo disini cuma numpang."

Dera berdiri mengambil ponsel yang berada tak jauh dari tempatnya. Ia terlihat fokus dengan benda pipih itu.

"Storynya udah dihapus Lir. Tapi gue inget, dia ada di salah satu hotel Surabaya. Kalau lo mau kesana gue bisa kirim alamatnya," tuturnya sedikit becanda.

"Apa gue sekarang kesana aja ya?" Tanya Lira, matanya menatap langit-langit rumah Dera.

Sontak Dera membulatkan mata, "HEH!! Lo pikir Surabaya deket?! Surabaya jauh ogeb!!"

"Cerewet banget sih lo! Kirim aja alamatnya, kalau lo mau ikut ya ayo. Gak usah bawel!" Ajak Lira sambil beranjak dari duduknya.

"Hahah gak deh makasih," jawab Dera dengan tawa renyah. Benar kata orang, manusia kalau udah kenal cinta pinternya langsung hilang.

"Bilangin ke nyokap gue, gue gak balik ke rumah sekitar semingguan kalau gak lebih,"  Ucap Lira sebelum bergegas pergi. Sosok Lira perlahan mulai menjauh dari tempat Dera berpijak.

"Nih anak gak waras emang. Mana habis makan piringnya gak dicuci lagi," lirih Dera.

"LIR LO GAK SOPAN BANGET MAIN PERGI GITU AJA. GUE SUMPAHIN JODOH LO ANAK KYAI!!!"

Prolognya segini aja ya wkwk.
Mau bilang apa sama Lira?
Kira kira kedepannya gimana ya?
Lanjut ga nih?
Jangan lupa vote & comment!!
Aku harap setelah kalian baca cerita ini, kalian buang sisi negatifnya dan ambil sisi positifnya.
Kalau kalian suka, jangan lupa promosiin cerita ini ke teman teman kalian.
Terimakasih yaa❤️

HIJRAH CINTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang