Part 5

854 58 0
                                    

Lira berjalan mengekori Mbak Via, salah satu pengurus yang dimintai Nyai Izza untuk mengantar Lira ke kamarnya. Setelah sampai, perempuan yang datang bersama Lira itu mengetuk pintu kamar.

Tok tok tok

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam!" Jawab seorang gadis dari dalam. Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka. Menampilkan sosok gadis  berpipi chubby.

"Ada apa mbak?" Tanya gadis itu.

"Ini, anak baru yang bakal ngisi kamar ini."

Mata gadis itu beralih kepada Lira.

"Mari mbak, saya bantu."

Gadis itu mengambil koper yang dibawa Lira.

"Tak tinggal yo," ucap Mbak Via.

"Iya mbak," jawab gadis itu.

"Nama mbak siapa?" Tanya gadis chubby itu.

"Gue Lira, nama lo sendiri siapa?"

"Aku Nova. Nova Indriyani," balasnya.

Lira manggut-manggut, matanya menjelajah seisi kamar. Kakinya berjalan mengelilingi kamar yang terbilang sempit baginya.

"Ini ada empat ranjang, berarti ada empat penghuni yang ada dikamar ini. Lainnya mana?" Tanya Lira heran.

"Yang lain lagi ke kamar mandi mbak. Tapi cuma sebentar kok," balas Nova.

Lira kembali mengangguk paham. Ia duduk di salah satu ranjang yang muat untuk satu orang.

"Kenapa harus pakai embel-embel mbak sih? Panggil aja Lira, gue gak tua-tua banget!" Tutur Lira kesal.

"Enggeh, mb— eh Lir."

"Emang kamu umur berapa?" Tanya Nova.

"18 tahun."

Gadis bernama Nova membulatkan mulutnya tidak percaya. Pasalnya, make up yang Lira pakai membuat gadis itu tampak lebih tua dari gadis seumurannya.

"Wahh, kita seumuran. Aku, kamu, sama Melani."

"Melani? Siapa itu?"

"Oh ya, anak kamar ini juga. Terus ada juga yang namanya Maulina, dia adik dari Mbak Via. Pengurus tadi yang ngantar kamu kesini. Maulina itu satu tahun lebih muda dari kita," jelas Nova.

Lira membulatkan mulutnya. Ia menghempaskan tubuhnya di kasur keras itu. Matanya mulai terpejam.

"Lira, kamu jangan tidur dong! Bentar lagi kita sholat ashar," tegur Nova.

"Santai, gue cuma merem."

"Oh ya Nov, kamu tahu gak sama yang namanya Gus Ikhwan?" Tanya Lira selanjutnya.

"Iya tahu, anaknya Kyai Ahmad toh?"

Mata Lira yang awalnya tertutup, kini terbuka lebar.

"WHATT???? JADI YANG GUE KATAIN AKI-AKI TADI BOKAPNYA GUS IKHWAN??!!!"

Nova menampilkan wajah polos. Sebenarnya ia tidak tahu apa yang telah terjadi, tapi sepertinya bukan sesuatu yang baik.

"Anu, Lir. Kyai Ahmad dan Nyai Izza, pemilik ponpes ini punya dua anak. Yang pertama ya itu, Muhammad Ikhwan Al-hafidz, atau biasa dipanggil Gus Ikhwan. Dan yang kedua, masih seumuran sama Maulina. Namanya Zainab Al-zahsy, atau biasa dipanggil Ning Zainab."

Setelah mendengar penjelasan dari Nova, Lira mulai paham.

"Btw nih ya, nama mereka aneh!" Lira mulai berkomentar.

HIJRAH CINTA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang