Sebelum baca part ini, aku harap kalian udah pada sholat.
Jangan sampai ceritaku bikin kalian lalai sama kewajiban.Tuan, andai kau tahu..
Seberapa besar aku menahan rindu. Andai kau tahu, seberapa bimbangnya aku, antara mengorbankan harga diri atau kembali mengubur setiap rindu yang kini menjadi candu. Tuan, apakah kau juga merasakan rindu yang sama? Atau hanya aku yang merasakannya?-Lira Adiba untuk M. Ikhwan Al-hafidz-
"Ternyata disini kamu rupanya, sayang?"
Lira terkejut ketika seseorang yang sangat ia kenali berada tepat di depan wajahnya. Ia meringis kesakitan, saat tangannya ditarik sangat erat. Lira dibawanya ke tempat yang sangat sepi, jauh dari keramaian. Lira sendiri tidak tahu dimana ia sekarang.
"Gibran?"
"Surprise beb. Gue kangen banget sama lo," ucapnya dengan melepas cekalannya dari Lira.
"Tau darimana gue ada disini?"
Gibran mengetuk beberapa kali dagunya, "dari Dera, dia baik banget kan?"
"Oh tunggu, ini bukan Lira yang gue kenal. Ngapain lo pakai jilbab? Jangan sok suci!! Jijik gue."
Lira berjalan mundur menjauhi sosok laki-laki yang ingin ia singkirkan dalam hidupnya. Namun sepertinya percuma, laki-laki itu juga berjalan mendekat. Gadis berkerudung segiempat itu sedikit takut. Pasalnya, Gibran datang dengan tubuh sempoyongan. Ia datang dengan keadaan mabuk, Lira tahu itu. Dari bau mulutnya saja, Lira sudah hapal. Dulu saat ia masih ikut balap liar, Lira juga sering mencicipi minuman tersebut. Yang pasti tanpa sepengetahuan orang tuanya.
"Jangan deket-deket! Gue bisa teriak," tekan Lira.
"Oh ayo lah sayang, lo pacar gue."
"Enggak, lo lupa? Kita udah putus. Jangan ganggu gue!!"
Tanpa Lira sadari, tangannya kini sudah berada di genggaman mantan kekasihnya. Gibran dengan tangkas mencopot kerudung yang menutup rambut Lira. Rambut itu terurai dengan indah, membuat sang pemilik terkejut dibuatnya.
"Nah, ini Lira yang gue kenal. Gak usah munafik Lir! Gue tau lo kotor, jadi gak usah belagak sok suci!!" Laki-laki itu berbicara dengan nada keras. Semua orang yang ada disana melihat pemandangan tersebut.
Lira diam mendengar cacian yang dilontarkan Gibran, mantan kekasihnya.
"Apa gue sekotor itu?" Lirihnya.
Kekehan terdengar dari mulut Gibran. "Lo masih nanya? Lo tuh—"
"Lira!!" Panggil Gus Ikhwan dari kejauhan. Sejak ia menyadari bahwa Lira menghilang dari hadapannya, laki-laki itu mencari keberadaan Lira. Gadis itu tidak bersama teman-temannya yang lain. Ada rasa khawatir di benak Gus Ikhwan.
"Ada apa?" Tanya Gus Ikhwan ketika melihat Lira sedang bersama seseorang yang tidak ia kenali.
"Jadi ini pacar baru lo?" Lanjut Gibran tanpa menjawab pertanyaan dari laki-laki yang baru datang.
"Kayaknya dia cowok baik-baik, gak pantes buat lo yang KOTOR!!"
Gibran tertawa senang setelah berucap. Bahkan disaat kata-kata yang ia lontarkan membuat Lira menitikkan air mata, ia tak berhenti tertawa. Di sebelahnya, Gus Ikhwan mengepalkan kedua tangannya. Disaat seperti ini, ia ingin meredam emosinya.
"Tolong anda pergi sekarang juga. Jangan ganggu santri saya!" Ucap Gus Ikhwan penuh penekanan.
"Berani ikut campur lo?!" Geram Gibran. Dengan sempoyongan, ia berusaha memukul Gus Ikhwan.
Di lain tempat, Maulina, Nova, serta Melani mencari keberadaan Lira. Saat ketiga teman itu selesai melakukan aktivitasnya, Lira telah menghilang seketika. Ketiganya sudah mencari kesana kemari, namun Lira tak kunjung ditemukan.
"Duh, piye toh iki? Lira ndak ketemu Mel. Khawatir aku sama anak itu. Apalagi anaknya rodo sembrono," ucap Nova khawatir. Mereka tengah berjalan untuk pulang.
"Aku juga khawatir mbak," sahut Maulina.
"Tolong bilangin ke mbakmu ya, Lin! Kamu kan adiknya Mbak Via. Gak mungkin dia marah besar ke kamu."
Maulina membelalakkan mata, "ya justru aku adiknya mbak, aku bakal kena marah!"
Helaan napas keluar dari mulut Nova. Ia menunduk merutuki kebodohannya. Harusnya ia tadi menjaga Lira, gadis itu kan tidak hapal jalanan pasar.
"Ini semua salahku," sesal Nova
********
Hari semakin sore, namun dua orang berbeda jenis itu masih berada di perjalanan pulang. Gus Ikhwan memimpin jalan dengan Lira mengekorinya. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Disaat Gus Ikhwan yakin, perjalanan pulang mereka akan diiringi dengan suara Lira yang sangat membosankan ternyata tidak terjadi. Gadis itu diam sedari tadi, membuat kekhawatiran muncul di benak Gus Ikhwan."Oh tunggu, ini bukan Lira yang gue kenal. Ngapain lo pakai jilbab? Jangan sok suci!! Jijik gue."
"Kayaknya dia cowok baik-baik, gak pantes buat lo yang KOTOR!!"
Tangan kanannya memijat pelipis. Sangat sulit bagi Lira untuk menghilangkan perkataan Gibran yang terngiang dikepalanya.
"Ucapan laki-laki tadi jangan dimasukkan ke hati."
"Iya."
Sesekali laki-laki itu menoleh kebelakang. Ia tidak pernah melihat Lira diam seperti ini. Pikirannya berkata, ini bukan Lira yang ia kenal.
Setelah sadar, Gus Ikhwan menepis pikiran itu dari otaknya. Hal yang diinginkannya saat ini ialah, sampai di pesantren tepat waktu. Sehingga ia mempercepat langkahnya, begitu juga dengan Lira.
Sekitar lima belas menit waktu yang ditempuh, kini mereka sampai di gerbang pesantren. Disana sudah ada Nova dan kawan-kawan. Tak hanya itu, para pengurus juga tengah berdiri di depan pagar.
"Ya Allah Lira, kamu kemana aja?! Kita khawatir sama kamu!" Cemas Nova sembari memberi pelukan kepada temannya.
"Iya Mbak, kami dari tadi muter-muter nyariin Mbak Lira," sahut Maulina.
"Aku bersyukur kamu gapapa, Lir!" Timpal Melani.
"Yasudah kalau begitu, saya sama yang lain mau kembali. Kalian jangan lupa Sholat Ashar!" Tutur Mbak Via setelah memastikan Lira baik-baik saja.
"Nggeh Mbak," sahut mereka.
"Mari, Gus! Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam warahmatullah," balas Gus Ikhwan. Ia sempat melirik Lira tengah berbincang-bincang dengan sahabatnya sebelum dirinya pergi dari sana.
Gus Ikhwan berlalu membiarkan Lira, Nova, Maulina, maupun Melani larut dalam pembicaraan. Tapi Lira melihatnya, gadis itu berucap lirih, "terimakasih Gus Ikhwan."
"Sama-sama."
Assalamualaikum teman teman
Maaf baru update yaa hehe.
Beberapa hari kemarin aku disibukkan dengan tes masuk kuliah.
Doakan yaa, semoga masuk di universitas favorit aku.
Mungkin part kali ini agak pendek, karena aku sendiri juga lagi ga bisa mikir hehe.
Oh ya, kalian mau happy end atau sad end?
Kira-kira cerita ini tamat sampai part berapa?
Jangan lupa jawab di kolom komentar!!
Jangan lupa juga vote cerita ini ya!
Terimakasih banyak❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAH CINTA (END)
Teen FictionLira Adiba atau biasa dipanggil Lira. Gadis yang memiliki hobi balap liar, jarang pulang ke rumah, serta jauh dari agama. Ia tidak menyangka dengan takdirnya. Berawal dari pergi ke luar kota untuk memergoki kekasihnya yang tengah berselingkuh, hingg...