Aku harap kalian baca cerita ini udah sholat yaa. Jangan sampai lalai kewajibannya!! Btw aku udah nemu judul baru yang pas. Tapi aku ganti judul pas cerita ini udah selesai aja wkwk. Okee, selamat membaca man-teman
"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan."
Kalimat sakral keluar dari mulut Gus Ikhwan secara lantang. Terlihat raut kebahagiaan dari wajah para undangan. Disamping itu, Lira melihat Ustadzah Habibah datang didampingi dengan wanita paruh baya. Dilihatnya wanita yang telah bersuami itu terlihat lebih cantik dari biasanya. Wanita itu mengenakan gaun putih dan juga kerudung putih syar'i. Tak lupa juga mahkota kecil yang menghiasi kepalanya. Lira melihat Ustadzah Habibah mencium punggung tangan Gus Ikhwan dan dilanjut dengan Gus Ikhwan mencium pucuk kepala sang istri.
Ya, Lira menyaksikan akad dari awal. Disana Lira melihat ketiga temannya tengah memakai baju brokat. Ia juga melihat wajah bahagia dari Nyai Izza dan keluarga. Lira bersyukur, meski ia tidak dapat hadir kesana, namun seseorang yang membawa ponsel Ustadzah Habibah sedikit membantunya. Orang itu menayangkan siaran langsung di Instagram melalui akun mempelai wanitanya. Tanpa sadar setetes air mata bahagia keluar dari mata Lira.
"Gus Ikhwan, saya selalu berharap yang terbaik untuk anda. Ternyata benar, perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula—"
Lira berhenti sejenak untuk menyeka air mata. Ia meletakkan ponselnya di atas nakas, lalu kembali duduk di atas tempat tidur.
"Gus Ikhwan... Jujur saja, sampai saat ini saya belum berhasil untuk melupakan anda. Tapi tetap, saya akan berusaha untuk itu. Entah hari esok atau kapan, saya yakin suatu saat akan berhasil—"
"Semoga anda dan ustadzah menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah, Gus."
Lira beranjak dari duduknya setelah melihat jam dinding menunjukkan angka sembilan. Hari ini mungkin akan sedikit melelahkan untuk Lira. Ia, Maryam, dan Nurmala akan pergi untuk melihat desain undangan yang akan disebar. Lira mentargetkan sebelum ia kembali ke pesantren untuk berpamitan, undangan pernikahannya sudah siap untuk disebar.
"Sudah siap, Nak?"
Pertanyaan yang Nurmala berikan terdengar setelah Lira keluar dari kamar. Sepertinya ibunya itu sudah siap dari penampilannya. Namun Lira merasa aneh dengan penampilan Nurmala yang sekarang. Tidak, justru Lira sangat senang melihatnya. Wanita yang sekarang berdiri di depan Lira ini tengah memakai gamis lebar dan kerudung instan menutup dada. Padahal biasanya, Nurmala jarang sekali mengenakan kerudung. Hanya saat mengunjungi pengajian dan mengantar Lira di pesantren.
"Mama?"
Nurmala terkekeh pelan melihat ekspresi wajah Lira, "kenapa? Kamu heran ya, lihat mama kaya gini?"
Lira mengangguk malu.
"Mama sama Tante Maryam janjian mau menutup aurat. Yaa kami pikir-pikir, kamu sama Irsyad yaa gitu deh. Gimana ya jelasinnya? Kamu paham lah Liraa."
"Alhamdulillah dong, Ma. Lira ikut seneng dengernya, semoga istiqomah ya Ma!"
"Insya Allah sayang. Mama sendiri gak nyangka, kamu udah berubah. Jujur mama masih kaget lihat kamu yang sekarang. Tapi Mama seneng banget banget banget." Nurmala berucap antusias sambil memegang kedua tangan Lira.
"Ini Mas Irsyad kapan jemput kita, Ma?" Lira bertanya sedikit ragu.
"Irsyad? Beliau tidak ikut sayang. Kita hanya bertiga, kamu, Mama, sama Tante Maryam. Irsyad lagi ada acara, kayaknya sih di Jember."
Lira membulatkan mata, "di Jember Ma?"
"Iya, beliau jadi penceramah di acara pernikahan. Oh ya, tepatnya di pesantren tempat kamu mondok loh. Katanya sih, anak Kyainya nikah sama Ustadzah sana. Tadi malam Irsyad berangkat, apa gak capek ya?—"
Lira tidak menjawab perkataan Nurmala. Jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Jadi calon suaminya itu, diundang di acara pernikahan Gus Ikhwan?
"Katanya Tante Maryam, Irsyad ngisi acaranya ba'da Isya' nanti. Kamu bisa nonton di Chanel YouTube nya Irsyad. Setiap ngisi acara, beliau selalu live di YouTube."
********
Resepsi pernikahan sudah digelar sejak tadi. Dan sesuai dengan jadwal, para santri putra maupun santri putri bergegas menuju aula pesantren. Pengajian umum akan dimulai sebentar lagi. Di depan sana sudah dipasang banner besar, dan tentunya tertera nama penceramah yang kali ini akan mengisinya. Yang membuat para santriwati bersemangat adalah, ustadz yang akan mengisi bukan bagian dari Pondok Pesantren Darussalam.
Seperti santriwati yang lain, Nova dan dua temannya berjalan menuju aula sambil membicarakan ustadz yang akan mengisi kajian. Mereka sedikit penasaran dengan orang itu. Pasalnya menurut kabar yang beredar, ustadz tersebut sekarang ini tengah naik daun. Dan tentunya sangat tampan.
"Aku penasaran sama ustadznya, kira-kira gantengan siapa ya, kalo dibanding sama Mas Hakim?" Tanya Nova kepada dua temannya.
"Idih, emang Mas Hakim ganteng?" Balas Melani.
"Kamu mana ngerti cowok ganteng, Mel? Palingan ngertimu juga artis Korea."
"Udah mbak, gak usah berantem. Kita lihat aja nanti!" Lerai Maulina.
Melani dan Nova kini diam. Tidak, hanya Melani saja. Gadis itu fokus pada jalannya, tidak seperti Nova. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke segala arah, mencari dambaan hatinya. Setelah sampai di aula, mereka memilih tempat duduk yang tidak terlalu jauh dari panggung. Aula sudah dipenuhi oleh santriwan maupun santriwati.
Tidak berselang lama, acara dimulai. Diawali dengan lantunan sholawat yang dibawakan oleh grup hadrah PP Darussalam. Disana Nova tersenyum melihat Hakim tergabung dalam kelompok Hadrah. Lalu dilanjutkan dengan sambutan dari Kyai Ahmad dan beberapa orang penting lainnya. Hingga kini tiba saatnya, kajian dimulai. Irsyad Ramadhan, atau dikenal dengan panggilan Ustadz Irsyad. Seorang laki-laki tampan berumur lebih dari dua puluh tahun berdiri di depan mereka. Beliau menyampaikan dengan sangat jelas. Banyak dari mereka yang menyukai bagaimana sang ustadz menyampaikan.
"Wah, ini mah nyaingin Gus Ikhwan. Coba aja Lira ada disini sama kita, pasti dia langsung pindah hati ke Ustadz Irsyad. Btw nanti kalau pulang aku mau stalking akun instagramnya," heboh Nova.
"Iya Mbak, udah ganteng, sholih lagi. Eh, astaghfirullah Maulina!!" Ucap Maulina menyesal.
"Kamu lama-lama ketularan nova ya, Lin? Tuh, mending kalian dengerin ceramahnya! Jangan malah fokus sama ketampanannya!" Tegur Melani.
"Iya-iya Mel—" Nova mengeluarkan buku kecil yang ia siapkan sebelum berangkat ke aula. Tujuan ia membawa buku kecil adalah, untuk mencatat apa yang ia dapat. Mengapa demikian? Agar ilmu yang didapat tidak hilang. Apabila ia lupa, ia akan membuka note tersebut dan membacanya.
"Kalau Lira udah balik, aku bakal pamer ah kalau ada Ustadz ganteng, hihi."
Assalamualaikum teman-teman. Bagaimana kabar kalian hari ini? Maaf aku updatenya lama banget. Btw kalian kalau hadir di pengajian, contoh Nova ya! Maksudnya nyatat ilmu yang didapat. Bukan malah ngeliatin kegantengan ustadznya wkwk. Udah mau end nih, sering-sering spamkomen yaa. Terimakasih 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAH CINTA (END)
Teen FictionLira Adiba atau biasa dipanggil Lira. Gadis yang memiliki hobi balap liar, jarang pulang ke rumah, serta jauh dari agama. Ia tidak menyangka dengan takdirnya. Berawal dari pergi ke luar kota untuk memergoki kekasihnya yang tengah berselingkuh, hingg...