Setelah sepeninggal bokap dan nyokap, rasa sakit gue benar-benar mencapai puncaknya. semua itu di tambah dengan kesendirian gue di rumah bahkan sosial, pertemanan yang buruk menambah rasa sakit yang gue rasakan, mereka yang sibuk dengan urusannya seakan-akan gak perduli ketika gue minta mereka ada saat gue membutuhkan.
Rumah tempat gue di besarkan, lingkungan keluarga yang selalu membuat gue tertawa dengan keramaian yang selalu dirasakan, semua hilang tanpa gue sadari, perlahan rumah yang ramai dengan suara orangtua yang memarahi anaknya hingga suara teriakan seorang Ibu yang selalu meminta tolong anaknya kini telah redup dimakan waktu.
Pria gendut dan bodoh itu hanya bisa terdiam dalam sepi sambil membayangkan betapa sakitnya skenario kehidupan yang dia jalani. Bukan berarti gue menyalahkan sang Pencipta justru gue bersyukur atas itu semua karena dengan rasa sakit itu gue jadi perduli dengan orang-orang yang memiliki hal yang sama seperti gue ini.
SAD BOY, itulah gue sebelum saat ini, semua kesedihan tanpa sadar gue rasakan, mulai kehilangan hingga penghianatan, rela berkorban namun tak pernah dihargai.
Waktu berlalu begitu cepat keadaan gue yang sakit akhirnya bisa pulih walupun sampai satu bulan, oh ya Ngomong-ngomong itu adalah sakit gue paling lama loh, biasanya cuman seminggu tapi ini bisa sampai sebulan, wow.
Hari itu datang, hari dimana kami mengadakan acara do'a bersama untuk ayah kami dan hari itu tepat 40 hari ayah kami pergi selamanya. Begitu banyak drama di dalam proses acara tersebut, dan hal yang paling gak bisa gue lupa sampai sekarang adalah, ikut campur nya orang lain ke dalam urusan keluarga gue tanpa di minta bantuan, oke inisiatif itu adalah hal penting tapi jangan jadi sok orang penting ketika tiba-tiba aja langsung mengambil keputusan tanpa yang punya acara atau tuan rumahnya tau, buat gue itu tidak sopan.
Karena orang lain itulah hubungan gue dan sanak saudara gue berantakan bahkan orang itu memfitnah ibu tiri gue yang katanya mau ambil semua harta hak waris, buset!! Udah kayak di sinetron aja, please deh, gak semuanya ibu tiri kayak gitu, alhamdulillah nya nyokap tiri gue paham dan mengerti semua tentang hal warisan dan beliau juga sadar dia gak ada hak di dalamnya, karena beliau belum menikah secara resmi dengan almarhum bokap gue.
Seketika hubungan gue dengan sanak saudara makin tegang ketika acara justru mereka justru malah datang ke rumah orang itu, orang yang sok perduli dan sok perihatin dengan keluarga gue padahal mereka ngomongin dari belakang dan memfitnah.
Ketika sebelum magrib, sebelum acara dimulai gue sempat bersosialisasi dengan ade gue kita bicara di depan banyak saudara mulai dari saudara bokap dan juga nyokap.
gak sopannya lagi, adalah ketika keluarga nyokap malah kayak orang asing dan gak mau masuk ke dalam rumah, karena mereka sudah di racuni omongan dari orang itu tetangga gue yang tukang fitnah, mereka mengatakan bahwa nyokap tiri gue salah lah karena ninggalin bokap pas sakit, nyokap tiri gue ngambil harta hak waris lah dan masih banyak yang lainnya, jujur buat gue itu MENYAKITKAN.
Karena justru berkat beliau, bokap gue benar-benar berubah sebelum ajalnya, yaitu menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Di tengah-tengah obrolan dengan ade gue yang membahas mengenai sopan santun tentang acara keluarga, gue tanpa sadar membuka gerbang itu, yapss, gerbang emosional gue yang selama ini gue tutup dan gue kunci tapi pada kenyataannya jebol juga.
hampir aja gue lempar handphone gue yang gue pegang tapi nyokap tiri gue mencoba menghalangi gue, tangan gue yang bergetar dan detak jantung yg kencang membuat gue merasakan rasa panas yang bergejolak, air mata sedikit keluar karena gue mencoba menahan rasa amarah yang keluar dari hati nurani.
Akhirnya waktu maghrib datang, gue langsung cabut dari rumah gak perduli dengan sanak saudara apalagi acara yang membuat gue sakit hati bahkan temen gue yang ada di rumah gue langsung gue cuekin, memakai sepasang sendal yang lusuh dan melangkah menuju rumah Allah yang selalu membuat setiap manusia beriman merasakan kenyamanan, mengambil air wudhu yang membasuhi di setiap sela-sela tubuh lalu masuk ke dalam masjid dan merenungi apa yang selama ini gue lakukan.
Setiap kali gue merasakan gerbang emosional gue terbuka, pastinya gue selalu berusaha menghadap sang Pencipta mencoba mengakui kesalahan dan berserah diri dengan apa yang selama ini gue lakukan, memohon atas segala ampunan nya dan berusaha menutup kembali gerbang emosional itu.
Kesendirian di rumah membuat gue merasakan kesepian yang mendalam bahkan gue selalu berfikir untuk mati, semua itu banyak faktor, mulai dari karir yang gak jelas, percintaan yang gagal, hubungan sanak saudara yang gak terlalu akrab, dan pertemanan yang absurd entah real life ataupun virtual.
Kesendirian itu membuat gue semakin liar berfantasi untuk jadi seorang wanita, keadaan rumah yang kosong menambah kesan gue untuk niat mengambil jalur lain, akhirnya gue melakukannya lagi gue jadi crosdress, sudah lama gue gak melakukan ini apalagi ketika sakit covid, gue gak "cding" Sama sekali maka dari itu momen inilah yang tepat momen dimana saat itu gue benar-benar sendirian di rumah.
Pada tahun 2021, gue pun ada niatan untuk mengubah diri gue.
Mengambil sebuah dalaman wanita lalu memakainya dengan nyaman, membersihkan rambut palsu dengan maksud ingin digunakan, berdandan melihat diri sendiri di dalam cermin, ahh rasanya orang itu cantik sekali dan gue benar-benar ingin seperti dirinya, semakin gue menatap kecantikannya semakin tegang pula kelamin gue dan akhirnya gue berfantasi liar bersetubuh dengan diri gue sendiri yaitu sosok wanita yang bernama anindya Safitri.
Gue sadar semua hayalan itu adalah semu dan gue juga paham kenyamanan yang gue dapatkan adalah kepalsuan tapi disisi lain gue mendapatkan kebahagiaan yang belum pernah gue dapatkan di balik kesendirian yang mencapai puncaknya gue mendapatkan sebuah jawaban yaitu.
INILAH GUE YANG SEBENARNYA.
bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
KATHREFTIS "Fall In The Darkside"
Non-Fictionseorang pria yang berusaha bertransformasi menjadi seorang wanita karena masa lalunya yang pahit.