--
Toen-djoengan, 1950.
Sekarang disini hanya ada Rahiga dan Aksara. Sang empu rumah telah pergi, Yada ingin memberi ruang untuk mereka yang ingin berbicara lebih. Karena disini ia tidak menahu apa-apa dan tidak ingin tahu.
"Gimana agar aku kembali ke dunia, ku?" Aksara memulai pembicaraan yang sebenarnya dirinya sedang pusing tujuh keliling, benar-benar bingung dengan Tatanan Dunia.
"Kau ingin kembali?" Tanya Rahiga.
"Yaiyalah! gimana dengan keluarga gue- Eh aku!" Jawaban yang diberikan terkesan nyolot, tapi memang nyolot. Dia tidak ingin menetap disini terlalu lama.
Ah, ada apa dengan mulut Rahiga! mengapa dia menanyakan sesuatu yang jelas-jelas jawabannya sudah jelas.
"Saat kau telah sampai disini, keluarga maupun temanmu itu melupakanmu. Seakan-akan kau tidak ada di duniamu," Jelas Rahiga.
"Hah?" Aksara melotot kaget, jadi dia akan di lupakan oleh keluarganya dan temannya? apa ia akan hilang bak di telan bumi?
"Dan saat kau kembali, dunia akan kembali seperti semula." Lanjutnya.
Aksara mematung, dia sendiri bingung bagaimana agar dia kembali. Mengapa semua jadi begini? apa ia melakukan ritual kesalahan?
Rahiga melihat raut wajah itu, raut yang tengah menunjukan kebingungan, kesedihan. Sebenarnya dirinya tak tega saat mengatakan hal itu.
Ia lekas berdiri lalu mengambil nafas panjang, "Pakailah baju ini, milik Yada sangat pas untukmu." Setelah memberikan baju putih berlengan panjang itu, ia langkahkan ke arah teras rumah.
"Rahiga."
Rahiga mengangkat wajahnya, dan ia temui wajah penuh tanya pada Yada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toen-djoengan, 1950. - a jaesahi story
FantasySesaat matanya yang sedikit mengerjap, hingga ia dibuat bingung dengan perbedaan yang berada pada sekitarnya dan tepat saat dirinya bersitatap dengan Pemuda berperawakan tegap dan manik mata menatapnya tajam. Pemuda yang terbalut baju laki-laki khas...