01.

162 50 13
                                    

Siola tahun 1930

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siola tahun 1930


...



Aksara terbangun dengan gusar dan dahinya kini telah bercucur keringat dingin. Mimpinya semalam terasa seperti nyata.

Aksara mulai mengatur nafasnya perlahan dan melihat jam yang berada di nakas meja sudah menunjukan jam 08.00, sepertinya ia tertidur sangat pulas.

Sepertinya dirinya melupakan sesuatu, dengan segera ia mengambil benda pipih tersebut, lalu jarinya menari mengetikan pesan kepada seseorang untuk menanyakan sesuatu. Tapi sungguh sayang, seseorang tersebut membatalkan rencananya untuk pergi ke Museum Tunjungan. Padahal Aksara sudah sangat menunggu rencananya ini. Melihat suatu barang-barang antik dari jaman dahulu adalah kegemarannya meskipun ia hanya sedikit mengoleksinya, namun cintanya pada barang-barang tersebut sangatlah tinggi.

Apa ia harus berpergian sendiri untuk kesana?

Memikirkan jawaban tersebut dengan tangan kiri memegang benda pipih yang asik mengetik sesuatu di layar hadapannya, lalu tangan kanan tengah memegang martabak manis sisa semalam dan mulut yang tak berhenti mengunyah.

"Oke, sendiri aja. Biasanya aku pergi-pergi juga sendiri." Jawabnya pada diri sendiri dengan nada menyemangati.

Aksara Pramudya,

yang katanya memiliki nama indah dan ia mengakui itu. Aksara adalah mahasiswa semester 4, dimana tugas-tugas kuliah sudah mengejar dirinya dan selebihnya, hidupnya senang-senang saja. Ia memiliki teman-teman yang selalu berada di sampingnya, bahkan rencana untuk pergi ke Museum Tunjungan awalnya bersama teman-temannya itu, namun mereka membatalkan rencana tersebut, karena tugas kuliah yang katanya datang tak di undang.

Menceritakan sedikit. Ia asli Surabaya. Namun, dulu sebelum kuliah pernah tinggal di Jakarta selama 18 tahun, lalu balik lagi ke Surabaya untuk melanjutkan kuliahnya. Orang Tua nya tetap tinggal di Jakarta, hanya Aksara saja yang merantau.


...


Usai memakai baju yang menurutnya nyaman, karena cuaca di Surabaya saat ini sangatlah panas, bisa saja bersuhu 40°, gila memang.

Mengambil kunci sepeda montornya, lalu berjalan keluar pintu. Tak lupa memakai helm kesayangan tersebut.

Benar saja, cuaca di Surabaya saat ini sangatlah panas, padahal baru saja jam 10.00 pagi.

Toen-djoengan, 1950.  - a jaesahi storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang