Sudah terbilang satu minggu Aksara tersesat pada Tatanan Dunia yang ia tak ketahui. Aksara hanya pasrah saat tahu jika nanti ia akan mati disini, ia hanya khawatir keadaan Mama disana. Yang Aksara tahu Mamanya sangatlah peduli dengannya, bahkan saat dirinya lupa membalas pesan Selamat Pagi dari sang Mama saja, Mama bisa-bisa khawatir karena takut terjadi hal yang tidak di inginkan. Namun sekarang, ia tak lagi dapat membalas pesan tersebut.
Mama, Aksara kangen Mama. Mama udah makan?
"Aksara, bangun Nak? kenapa nangis?"
Suara Ibu dan usapan lembut tangannya yang mengelus surai rambut Aksara, membuat Aksara terbangun dari tidurnya. Ia menyadarkan dirinya agar tersadar dari tidurnya.
"Iya, Bu?" jawab Aksara.
"Nak Aksara menangis waktu tidur, Aksara tidak apa?" Tanya Ibu.
Aksara mencoba mengusap area matanya dan ternyata benar, area matanya terasa basah. Apa yang membuat Aksara menangis saat tidur? ia tidak tahu apa yang dirinya mimpikan tadi.
"Ohh... ini Bu, mungkin hanya mimpi biasa, Bu. Aksara tidak apa..."
"Iya Nak, mungkin kalau kata Wong Jowo, turu wayae surup itu ndak oleh..."
"Hehe, iya maaf Bu, tadi Aksara hanya tiduran saja tapi tiba-tiba ketiduran..." Canggung rasanya, karena pernyataan Ibu sama seperti Mama saat dirinya tidur waktu sore hari.
...
Suasana malam disini tak terlalu ramai, suara jangkrik sangatlah terdengar jelas. Sunyi.
"Aksara"
Suara Yada memanggilnya saat Aksara termengu pada jendela ruang tamu.
Aksara hanya menolehkan kepalanya ke arah samping, ia menaikan dua alisnya tanda bertanya ada apa.
"Mau ikut denganku? aku akan pergi ke Pagelaran Malam."
"Pagelaran Malam?" Tanya Aksara.
"Iya, seperti... Pertunjukan Wayang dan banyak lagi"
"Tidak apa aku ikut? takut menyusahkanmu, Yad." Aksara berkata lesu sebab ia sadar dirinya memang sering kali menyusahkan Yada.
"Kenapa takut? kau kan memang menyusahkanku, tapi aku tahu kau harusnya butuh hiburan tidak melamun saja di jendela."
"Jadi ikut saja, kau akan senang disana" Jawab Yada sekali lagi.
Aksara hanya menggangguk tak lupa pamit pada Ibu agar tidak khawatir kalau tiba-tiba dirinya pergi begitu saja.
Perjalanan Aksara dan Yada pada Pagelaran Malam ini tidaklah jauh, mungkin hanya 10 menit dari Rumah.
"Ramai sekali ya..." Ucap Aksara spontan saat melihat Pagelaran Malam di depan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toen-djoengan, 1950. - a jaesahi story
FantasíaSesaat matanya yang sedikit mengerjap, hingga ia dibuat bingung dengan perbedaan yang berada pada sekitarnya dan tepat saat dirinya bersitatap dengan Pemuda berperawakan tegap dan manik mata menatapnya tajam. Pemuda yang terbalut baju laki-laki khas...