Tengah kota.
...
Toen-djoengan, 1950Semenjak dua hari ia tersasar pada Dunia yang membawanya kesini, Aksara tidak keluar sedikitpun. Bahkan, untuk melihat area ladang saja tidak. Ia takut akan hal, hal yang menyebutkan dirinya sebagai penyusup. Siapa lagi kalau bukan Pemuda Songong yang sekarang asik membaca koran hari ini.
Aksara beruntung saat tersesat disini ia ditemukan oleh Rahiga, meskipun dengan sifat acuhnya, namun tak menutup kemungkinan jika Rahiga sangat peduli padanya. Bahkan, Aksara mendapat bocoran dari Yada jika Rahiga sangat susah untuk berdiam lama di rumah ini, tapi saat ini? bahkan untuk menyuruhnya pulang saja harus di beri perintah oleh Ibu.
Oh iya, apa Yada tinggal sendiri disini? tentu tidak. Aksara baru mengetahui bahwa Yada tidak tinggal seorang diri disini, Yada tinggal bersama Ibunya. Menurut Aksara Ibu Yada sangatlah baik, bahkan baru mengenal dirinya, Ibu Yada sudah menawarinya untuk tidur bersamanya, atau makan bersama.
"Rahiga." Panggil Aksara.
Sang puan hanya mengangkat kepala, lalu ia naikkan sedikit ujung alisnya.
"Kau... tinggal di mana? aku tak pernah tahu asal kau berada." Tanya Aksara, pasalnya Rahiga sering sekali pulang ke rumah lalu kembali lagi, apa rumah tempat tinggalnya dekat sini?
"Rumah besar, dan tentu saja kau tak dapat mengunjunginya." Jawab Rahiga.
Aksara hanya mengernyit, batinnya 'Sangat sombong sekali, Tuan Rahiga ini... apa ia pemilik desa.'
"Aku bukan pemilik desa, tapi aku yang tahu seluk beluk tempat ini." Ucap Rahiga.
Aksara spontan terkejut. Apa Rahiga bisa membaca pikiran? ucapan yang keluar dari mulutnya sangat benar oleh tebakan batinnya.
Aksara hanya mengangguk saja, untuk apa membalas karena memang adanya. Ia tidak tahu seluk beluk tempat ini, bahkan ia berada di sini baru dua hari lamanya.
"Nak Aksara..." Ibu Yada memanggil dirinya, ia lekas berjalan ke arah bilik tersebut, "Iya bu, ada apa?" Tanyanya.
"Apa kau ingin ikut Ibu? Ibu akan pergi ke tengah kota, jika kau ingin ikut, ikutlah." Tawar Ibu, menurut Ibu sangatlah kasihan pada anak yang seumuran Yada ini, harusnya ia sekarang tengah bersantai dengan keluarganya, tidak tersesat seperti sekarang. Iya, Ibu Yada tidak mengetahui jika Aksara berasal dari Dunia berbeda. Ia hanya tahu bahwa Aksara memiliki keturunan bangsa Nippon.
"Apa tidak apa, Bu, jika aku berada di luar? aku takut mereka memandangku marah..." Jawab Yada.
"Tidak apa... Nak Aksara akan aman bersama Ibu..." Tenang Ibu.
"Apa aku boleh ikut?"
Semenjak Aksara dan Ibu saling berbincang, Rahiga tak menutup telinganya sedikitpun, ia dengarkan pelan-pelan bagaimana Ibu mengajak Aksara untuk pergi ke ladang dan Aksara yang menjawab dengan suara gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toen-djoengan, 1950. - a jaesahi story
FantastikSesaat matanya yang sedikit mengerjap, hingga ia dibuat bingung dengan perbedaan yang berada pada sekitarnya dan tepat saat dirinya bersitatap dengan Pemuda berperawakan tegap dan manik mata menatapnya tajam. Pemuda yang terbalut baju laki-laki khas...