Jeva mengetuk kamar paling besar bernomor 101 dengan brutal. Walau Jeva mungil, kekuatannya seperti gajah, jangan salah.
Wajah mengantuk, handuk putih kucel, dan pakaian ganti digenggam erat di tangan kiri. Tangan kanan pria mungil itu masih mengetuk kamar milik Satria terus menerus.
"Bang Satria bangun buruan gue mau mandi!"
Pria bersurai cokelat dengan mullet yang turun dari tangga melihat bagaimana aksi bringas Jeva yang tidak berkeperipintuan sama sekali, "Ngapain Ko?" tanyanya bingung.
"Eh, Hao. Ini gue mau bangunin si Bang Satria. Gue mau mandi, mau kelas."
"Loh emang kamar mandi Ko Jeva kenapa?" tanya Hao bingung. Seluruh kamar kosan sudah dilengkapi dengan AC dan kamar mandi sendiri. Maka ketika melihat kakak tingkatnya luntang-lantung mencari kamar mandi membuat Hao iba. Dompetnya seakan ingin memberikan Jeva uang lembar berwarna merah rasanya. Dasar orang kaya.
"Kamar mandi gue ada penunggunya."
Manik Hao melotot. Ia memang tahu desas-desus kosan ini ada setannya. Pantas saja kolornya sering hilang. Mungkin gara-gara digondol tuyul.
"Seriusan lu Ko?! Pantes kolor Hao sering ilang!"
Alis Jeva mengernyit, "Kaga ada hubungannya ama kolor lu anjir. Maksud gue penunggu itu, kecoa terbang. Dua hari lalu pas gue lagi enak-enak ngeliatin semut di dinding kamar mandi tiba-tiba ada kecoa terbang nongol. Gue langsung teriak, refleks gue kunci kamar mandinya. Udah deh sampe sekarang gue kaga pake kamar mandi gue sendiri. Numpang di kamar mandi Bang Satria dari kemaren-kemaren," jelas Jeva sepanjang kereta.
"Udah mati kali Ko tuh kecoa lu kunciin," Hao bersotoy ria. Jeva yang sepertinya termakan omongan sok tahu itu pun melotot, "Emang iya?"
"Coba pikir aja deh. Kan dia ga bisa keluar, ga bisa cari mam sama minum. Harusnya udah mati ga sih?" Hao ikut-ikutan berpikir. Tidak berfaedah tapi tetap dipikirkan.
Jeva mengangguk termakan kesotoyan Hao, "Bener juga. Gue coba buka deh kamar mandi gue," Jeva segera meninggalkan kamar Satria dan berjalan ke kamarnya dengan rasa percaya diri tinggi. Hao mengikuti di belakang seperti anak ayam.
Setelah membuka pintu kamar, menaruh handuk dan pakaian di kasur, Jeva sempat-sempatnya mengambil panci dan condet di dapur untuk menjadi pelindungan diri dari kecoa terbang.
Sumpah Jeva, kamu tidak senormal kelihatannya.
"Siap Hao?" tanya Jeva memegang tinggi-tinggi condetnya. Hao mengangguk semangat, "Siap Ko!"
Jeva dengan panci di kepalanya membuka pintu kamar mandi dengan hati-hati. Manik sipitnya dan Hao melirik ke segala sudut kamar mandi.
"Tuh kan Ko, udah mati pastiㅡ"
Kalimat Hao tidak selesai karena hewan bertubuh cokelat itu terbang ke arah Jeva dan Hao.
"ANJIIIIIIING!"
Jeva segera menarik Hao keluar kamar dan mengunci pintu kamarnya. Wajah Jeva dan Hao pucat seketika. Sumpah, itu tadi lebih menyeramkan daripada setan yang ia temui di kampusnya kemarin.
Akhirnya Jeva pun mandi di kamar Hao, meminjam baju milik Hao, dan diantarkan ke kampus pula oleh Hao.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Kosan Sebong
FanfictionKetiga belas bujang yang hidup dalam satu tempat yang sama. Berbagi cerita, tawa, dan cobaan bersama. Di sana jugalah mereka mengejar impian serta cinta. Tertarik membaca kisah mereka? ㅡㅡㅡ Part SoonHoon akan paling banyak karena ini fokus ke mereka...