[15] Numpang Tidur

98 7 0
                                    

Jeva menggaruk surai hitamnya kasar hingga semakin berantakan. Saat ini surai Jeva tak jauh beda dengan sarang burung. Beruntung tak ada burung yang hinggap di kepala sang pria mungil mengira itu rumahnya.

Jeva keluar kosan menggunakan pakaian super lusuh yang lulus audisi sebagai kategori kain lap rumahan. Bertaruh kain lap kalian di rumah pastilah ada satu atau dua yang merupakan baju super lusuh yang sayang dibuang.

Bukan tanpa maksud si mungil pergi ke luar kosan jika tak ada maksud yang pasti ada maksudnya. Jeva bermaksud untuk membeli pulsa, iya, masih pakai cara primitif padahal bisa beli lewat toko e-commerce. Memang boleh sekatro itu? Kalian pasti bertanya-tanya.

Langkah kekasih dari Haikal itu pun melangkah pelan tapi pasti menuju konter pulsa terdekat. Mudah-mudahan tukang pulsa tidak kena mental karena bertemu customer macam Jeva.

"Mas, beli pulsa dong." Ucap Jeva cepat setelah menemukan konter pulsa. Si mungil pun mengambil bangku bakso lalu duduk di sana.

"Boleh, Dek. Mau berapaan? Nomornya berapa?" Tanya tukang pulsa lembut seperti hati gebetan.

Jeva melotot heboh mendengar itu, "Ih genit banget nih Mas-mas! Maaf ya Mas saya udah punya pacar. Jangan genit-genit minta nomor dong."

Mas-mas tukang pulsa hanya bisa terdiam dengan tampang kagum. Kagum dengan kebodohan Jeva yang sangat alami.

"Engga Dek. Kan tadi Adek mau beli pulsa. Ya berarti saya harus tau nomornya dong, kan mau saya isi." Jelas si Mas sabar. Coba saja yang jadi penjual itu kalian para pembaca, pasti sudah ada adegan baku hantam saking gregetan dengan tingkah menggemaskan Jeva.

"Ya isi mah isi aja ngapain genit minta-minta nomor segala." Sahut Jeva jutek sembari menggaruk kelapa eh kepalanya. Nah kan sudah ada satu burung yang memerhatikan rambut Jeva dari jauh. Hati-hati Je.

"Adeeek. Mamanya mana sih? Sini biar saya ngomong sama Mamanya." Nampaknya si Mas sudah frustrasi, pusing juga menghadapi pembeli ajaib macam Jeva.

"Mama saya di kampung. Ngapain sekarang nanya-nanya Mama saya? Ga jelas banget." Jeva sudah mengeluarkan wajah julid yang pernah Kevin ajarkan.

BeruntungㅡAtau tidakㅡdi tengah perdebatan sengit itu Haikal datang dengan wajah bingung karena rambut Jeva mirip dengan sarang burung dari belakang.

"Je, ngapain kamu?"

Jeva yang mendengar suara yang dikenal segera menoleh, "Haikal~ Mas ini genitin aku! Dia tadi minta nomor hape aku!" Adu Jeva manja sambil memeluk perut Haikal bak cicak.

Haikal menatap Mas tukang pulsa dengan tatapan tajam. Mas-mas tersebut hanya bisa meneguk ludah kasar, "TaㅡTapi Mas, kan adeknya mau beli pulsa. Jadi wajar dong saya tanya nomor?"

"Adek, adek! Dia pacar saya! Lagian kan bisa kasih pulsa voucher?! Ga usah sok modus ya!" Haikal meradang, tukang pulsa nelangsa, Jeva sibuk garuk-garuk kepala.

"Ya ampun Mas itu voucer zaman kapan! Udah ga ada! Sekarang mah ga pake gitu-gitu!" Sahut sang tukang pulsa emosi. Haikal mendengus tak mau tahu lalu menarik Jeva dari sana.

"Udah Je jangan beli di sini, Masnya genit."

Jeva pun mengangguk lalu memeletkan lidahnya, "Tau nih wek!"

Yang sabar ya Mas. Kalau bisa saya sarankan sih jangan jualan di dekat kosan Sebong ya. Penghuninya aneh-aneh semua.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita Kosan SebongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang