[6] Cemburu (Jeva Ver.)

287 39 0
                                    

"Kakak-kakakku yang tidak tercinta, ada yang lurus?"

Candra memandang ketiga penghuni kosan lantai satu dengan wajah memohon. Di sofa diduduki oleh Haikal, Nathan, dan Hans.

"Sorry banget Ndra, kita semua belok," celetukan dari Hans diangguki oleh Haikal. Nathan sih diam saja sambil nyemilin ciki micinㅡentah punya siapa.

Candra memutar bola matanya malas, "Bukan itu maksudnya. Bantuin Candra dong bikin garis lurus. Candra ada silinder jadi kalo garis pasti miring. Ga boleh pake penggaris soalnya."

"Sorry Ndra, otak gue miring jadi ga bisa bantu," yang ini Haikal yang berbicara dan diangguki oleh Nathan, "Iya emang otak lu miring," responnya cepat. Haikal tadinya mau marah tapi tak jadi soalnya apa yang diucapkan Nathan itu sebuah fakta.

Hans yang mengerti langsung membenarkan posisi duduknya menjadi tegak, "Ya ngomong dong maksud lu mau minta bantuan kita. Eh, emang di lantai dua ga ada orang sampe lu turun ke sini Ndra?" Tanya Hans kepo.

Candra mendesis kesal lalu duduk di lantai menyandar ke kaki sofa, "Ada Ko Jun sama Hao lagi pacaran di bawah jemuran."

Memang sepasang kekasih itu suka tidak tahu tempat kalau pacaran. Mentang-mentang otw sah jadi sembarangan. Bikin iri penghuni lain saja.

Akhirnya tugas Candra dibantu oleh Hans dan Nathan. Haikal hanya memantau dari sofa. Nathan lalu melirik ke arah pria berpipi gembil itu, "Ga siap-siap lu jemput Jeva? Kelar kelas kan dia bentar lagi," ucapnya sembari membenarkan kacamata.

Memang sudah jadi rahasia umum kalau terkadang Haikal jadi tukang ojek pribadi Jeva. Padahal si mungil bisa berangkat dan pulang sendiri, maklum kan Haikal bucin.

Tapi hari ini pria itu menggeleng seperti boneka di dashboard mobil, "Hari ini gue off  jemput Jeje, mau kerja kelompok."

"Lah tumben," celetuk Hans yang masih sibuk menggarisi kertas gambar Candra. Haikal menghela napas lelah, "Males juga gue kerja kelompok, mending nonton bokep."

Memang isi otak Haikal 90% Jeva dan 10% bokep.

"Kerja kelompok di mana lu? Kalo di luar nebeng dong Kal mau beli sampo," Nathan sudah bersiap akan berdiri tapi tak jadi karena Haikal kembali menggeleng, "Kerja kelompok di sini kok."

Ay ay ay I'm a little butterfly.

Ya, itu bunyi bel kosan. Candra menang suit kala itu jadi dia yang menentukan bunyi bel di kosan ini untuk beberapa waktu ke depan.

"Nah itu udah dateng temen gue."

Haikal segera berlari ke pintu depan, Nathan pun melongok dari sofa agar bisa melihat bentuk temannya Haikal, "Punya temen juga si Haikal, bangga gue," Nathan mengelap air mata imajinernya dramatis.

Sudah dibilang, penghuni kosan ini tidak ada yang normal.

Candra dan Hans yang juga kepo ikutan melongok dan mereka hanya bisa terbengong karena teman Haikal itu perempuan.

Aturan di kosan ini memang hanya tiga;

Satu: Bayar uang kos tepat waktu atau harus joget lima jam nonstop di depan pintu kosan.
Dua: Dilarang bawa teman laki-laki (karena semua penghuni kosan itu belok jadi bahaya), teman perempuan diperbolehkan.
Tiga: Satria selalu benar.

Teman Haikal memang perempuan yang berarti tidak melanggar aturan, tetapi hal itu cukup membuat Hans was-was. Masalahnya Haikal itu kelebihan hormon, bisa-bisa nanti kosan ini tambah dosa.

"Kal, mau kerjain tugas di mana lu?" Hans berteriak karena panik melihat Haikal yang membawa temannya ke kamar.

Ini Haikal modus atau bodoh sih?

Cerita Kosan SebongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang