Bagian 4

724 80 2
                                    

Akhirnya setelah pukul sepuluh, Duri kembali mengajak [Name] pergi membeli pupuk.

Tadinya Gempa menyuruh Taufan ikut bersama mereka. Tapi Duri menolak karena ia bilang ingin jalan berdua saja dengan [Name], membuat yang lain mendengus iri.

"[Name] tunggu di sini dulu ya." [Name] mengangguk dan menunggu di depan pintu toko.

"Suittt. Suitttt. Ada cewek cakep nih. Maen sama abang yok Neng."

[Name] menghela napas, sudah mengira hal - hal seperti ini pasti akan terjadi di tempat umum.

Dari pada buang - buang tenaga, ia lebih memilih mengabaikan orang - orang itu.

"Sok cuek deh si Neng nya." Dengan berani, salah satu dari mereka menyentuh rambut [Name].

Baru saja [Name] ingin menghajar orang itu, tapi tiba - tiba ada yang melompat dan menerjang orang itu terlebih dulu.

Brakkk

"Om mau ngapain sama [Name]? [Name] lagi punya Duri sekarang, jadi jangan diganggu ya," ucap Duri dengan wajah dingin. Sekarang ia terlihat seperti Halilintar.

Ia berada di atas orang yang menyentuh rambut [Name] tadi, tanpa ada niatan untuk menyingkir.

Srekkkk

Duri membuka kantong pupuknya. Ia mengambil segenggam pupuk dan memasukkannya dengan paksa ke mulut orang itu.

"Om tahu pupuk terbuat dari apa?" Duri pun membungkuk dan menjajarkan mulutnya di samping telinga orang itu.

Ia terlihat membisikkan sesuatu.

Tidak lama, orang itu kemudian pingsan.

Sedangkan dua temannya yang lain sudah terbirit - birit sejak tadi.

[Name] pun akhirnya menarik lengan Duri, memintanya untuk menyudahi ini.

Duri beranjak dari badan orang itu. Para warga yang ada di sana ramai berkerumun melihat apa yang terjadi. [Name] segera membawa Duri ke tempat yang sepi.

◇◇◇

"Kok tumben lama banget beli pupuk doang?" gumam Gempa yang masih bisa didengar Taufan.

"Jajan dulu kali Gem. Mumpung dia lagi sama [Name]."

"Tapi tadi Gempa lihat Duri bawa uang pas. Mana mereka nggak bawa hape lagi," ucap Gempa tambah khawatir.

"Mereka bukan anak kecil lagi Gem." Akhirnya Halilintar ikut bersuara.

"Bang, namanya musibah nggak lihat umur. Kalo Abang udah nggak sayang sama kita yaudah. Tapi Gempa tetep nggak mau mereka kenapa napa. Gempa mau nyusul deh."

"Gue anterin Gem," ajak Taufan.

"Jangan Bang. Nanti pulangnya gimana? Abang kan nggak bisa bawa mobil."

"Oh iya. Pinter gue," gumam Taufan.

"Yaudah Gempa pergi dulu ya."

"Hati - hati Gem!" seru Taufan.

◇◇◇

"[Name]. [Name] takut sama Duri?"

[Name] spontan menggeleng.

"Duri nyeremin ya? Abisnya Duri kesel Om itu seenaknya nyentuh adek Duri. Duri aja jarang - jarang bisa nyentuh [Name]."

Duri menarik [Name] ke pelukannya.

"[Name] nggak usah takut. Duri nggak akan pernah marah sama [Name]."

[Name] menghela napasnya.

"Ng... nggak. Aku cuma kepikiran pupuknya jadi rusak," ucap [Name] pelan.

Duri langsung mengundurkan pelukannya.

"Barusan [Name] ngomong!? Ngomong sama Duri!? Woahh Duri seneng banget! Sering - sering ngomong ya [Name]!" ucap Duri sambil menggenggam kedua tangan [Name].

"Ah, itu mereka. Hei, kalian kenapa lama banget sih!?"

Mereka berdua spontan menoleh ke arah sumber suara.

"Kalian dari mana aja sih? Bikin Abang khawatir tahu nggak!? Kalo cuma mau beli pupuk ya langsung pulang dong. Jangan keluyuran! Minimal kabarin kek. Makanya bawa hape! Bla bla bla bla...."

"I-itu Bang. Tadi ada om - om megang - megang [Name]. Duri jadi kesel. Terus Duri suapin omnya pake pupuk. Tadinya mau Duri suruh makan sendiri, tapi kayaknya omnya nggak mau. Jadi Duri suapin aja," jelas Duri dengan mata berkaca - kaca.

"Tunggu. [NAME] DIGREPE GREPE!? Mana orangnya!? Sini Abang pelintir kepalanya!"

"U-udah ditangkep polisi." Akhirnya [Name] kembali bersuara.

Jujur, Gempa agak kaget karena akhirnya [Name] mau bicara. Tapi ia mengesampingkan hal itu sekarang.

"Kamu polisinya?"

[Name] menggeleng.

Tapi bawaha- ekhem. Partnerku sih.

"Bukan Bang. Polisinya om - om juga. Jelek. Nggak manis kayak [Name]," sahut Duri.

"Yaudah sekarang kita beli pupuk baru terus kita pulang."

"Yeay! Makasih Bang Gem!" sorak Duri senang sambil memeluk Gempa.

[Name] pun memutuskan untuk mengikuti mereka dari belakang.

◇◇◇

Forgive Me (Boel x Readers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang