"Punten paket."
[Name] langsung membuang napasnya lega. Seakan hidungnya yang dipecet kini dilepas.
"Atas nama Boboiboy Taufan?" tanya tukang pos itu.
"Eh skincare gue itu!" sahut Taufan yang baru saja turun dari kamar Halilintar.
"Iya Mas, saya Taufan," ucapnya sambil mengambil paket.
[Name] pun keluar dari kamar mandi. Dia belum bisa lega sepenuhnya, karena Ying tetap akan datang ke rumahnya.
"Kamu kenapa? Kok pucet gitu?" tanya Ice tiba - tiba. [Name] langsung menggeleng cepat.
"[Name] abis cepirit ya?" tanya Duri polos yang langsung dihadiahi cubitan di pipi oleh Blaze.
"Abisnya, tadi langsung lari gitu ke toilet. Pasti kebelet banget kan?" sambung Duri lagi dengan polosnya yang membuat wajah [Name] jadi memerah menahan malu.
◇◇◇
Sebenernya aku ngapain di sini? batin [Name].
Yah, karena terlalu khawatir, akhirnya ia memutuskan untuk menunggu Ying sebelum datang ke rumahnya. Ia menunggu di taman yang pasti akan dilewati jika ingin ke rumahnya. Dan melewati taman itu adalah satu - satunya jalan.
Entah kenapa, [Name] tidak berhenti deg - degan sejak tadi.
Memang, sejak dipecat, Ying membenci semua polisi kecuali [Name]. Karena waktu itu [Name] sempat membela Ying.
Aku mau meninggoy aja.
Tiba - tiba, sebuah suara terlintas di kepala [Name].
Dari gedung ini kayaknya bisa langsung mokad.
[Name] pun spontan berlari ke arah suara yang didengarnya barusan. Ya, hanya dia yang bisa mendengarnya.
◇◇◇
Seorang wanita dengan pakaian kantor melangkah di atap gedung.
Utangku udah numpuk banyak. Aku nggak sanggup lagi. Toh, nggak akan ada yang nangisin kematianku.
Ia pun melangkah sampai ke tepi atap gedung. Satu langkah lagi dan ia akan terbang untuk selamanya.
Baru saja ia melakukan langkah terakhir, tiba - tiba seseorang menarik kerah seragamnya.
Sratt
"Hah.... hah.... hah...." [Name] mengatur napasnya. Ia tepat waktu.
Syukurlah.
Wanita kantoran itu tersadar kalau dia belum mati dan menatap [Name] serius.
"Kamu... siapa kamu? Kenapa kamu tahu aku di sini?"
[Name] berdiri dan menepuk roknya yang kotor karena debu dari gedung tua itu.
"Berhentilah berpikir untuk mati. Karena banyak orang yang ditakdirkan mati, tapi masih berjuang untuk hidup."
◇◇◇