"Oh, iya. Ngomong - ngomong, abang - abangmu tahu pekerajaan kita?" tanya Kana tiba - tiba.
[Name] melirik sekilas. "Mereka cuma tahu aku ikut sekolah polisi. Selebihnya masih aku rahasiain."
"Oh, bagus deh. Soalnya kamu tahu sendiri kan kalo kita ini beda dari yang lain?"
[Name] hanya mengangguk.
"Pasukan Eksekutif", adalah sebuah kelompok khusus yang dibentuk oleh pemerintah dan punya beberapa wewenang istimewa. Salah satunya adalah mengeksekusi target di tempat.
Kelompok ini terdiri dari empat polisi wanita yang terkuat dan terpilih. Mereka sangat dihormati oleh para polisi yang lain. Tapi status mereka sebagai eksekutif tetap terjaga kerahasiaannya.
[Name], Kana, Christine, dan "Ketua" adalah si eksekutif itu.
[Name] memang memberitahu kakak - kakaknya kalau ia menjalani pendidikan kepolisian. Tapi ia tetap tidak pernah bilang pada siapapun kalau ia menjadi anggota eksekutif.
"Fyuhh. Akhirnya selesai juga. Makasih banget [Name]. Maaf ya jadi ngerepotin kamu. Kakakmu kasihan udah nungguin tuh. Mending cepetan disusul."
[Name] mengangguk. "Iya sama - sama. Kalo gitu aku pamit. Dah, Kak Kana."
◇◇◇
"Udah selesai Dek?"
[Name] mengangguk. Padahal sudah kusuruh pulang duluan, batinnya.
"Yaudah, balik yuk. Perasaan makin dingin aja di sini."
[Name] kembali mengangguk.
Mereka pun meninggalkan rumah sakit dan menuju tempat parkir.
"Waduh udah sore aja. Nggak kerasa. Ayo naik [Name]."
◇◇◇
"Kok lama banget? Kalian ke mana sih?" tanya Gempa langsung saat [Name] dan Blaze baru saja sampai.
"Nganterin [Name] ke rumah sakit."
"Kamu sakit [Name]!?" tanya Gempa spontan terkejut.
[Name] hanya menggeleng bingung. Kenapa pertanyaan mereka sama?
"Nggak Bang. Cuma nemuin temen dia yang lagi di sana," jelas Blaze akhirnya.
"Owalah. Bikin jantungan. Masa ketemuan doang lama banget? Kamu ajak [Name] ke tempat yang nggak bener ya!?"
"Eh!? Nggak Bang! Suer!" bantah Blaze cepat dengan dua jari terangkat.
"Yaudah cepetan masuk deh. Abang mau ke supermarket."
"Weh!? Ikut Bang! Blaze anterin deh!" seru Blaze semangat.
"Nggak! Ntar lu jajan abis duit gua! Masuk lu sebelum gua gulai ayam lu!"
"Serem amat Bang. Iya dah iya." Blaze pun masuk ke rumah dengan badan yang dilesu - lesukan.
"[Name] mau ikut?" tanya Gempa lembut. Sangat berbeda dengan saat menghadapi Blaze tadi.
Berubahnya cepet banget.
[Name] pun mengangguk ragu. "Yaudah yuk. Nanti keburu malem."
[Name] pun hanya mengekori Gempa tanpa bicara sepatah kata pun.
Bahkan ia sempat berpikir, apa kakak - kakaknya ini justru lebih pantas menjadi eksekutif daripada dia?
◇◇◇