Bab 6

894 119 96
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Calysta terdiam mematut diri di hadapan cermin, melihat betapa menyedihkannya dia setelah digempur perasaan berkecamuk akibat ulah Cindy. Dalam diam, suara di kepalanya terus membuat kegaduhan. Mengundang pemikiran terburuk dari harapan indah yang selama ini dia gantungkan. Dia khawatir namun rasa marah lebih menguasai dirinya. Calysta tidak mengerti mengapa Cindy bisa sejahat ini padanya. Dia tidak pernah menginginkan semua hal yang Cindy miliki. Kasih sayang Andares, kepemilikan The Golden Inn, atau semua aset yang selama ini berusaha Cindy lindungi mati-matian bukanlah prioritas Calysta.

Cukuplah bagi gadis itu menjadi anak tiri dari seorang Andares Kim. Pria baik yang sudi menyayanginya meskipun Calysta sadar kadar kasih sayang yang ia dapat tidak akan sebesar yang didapat Cindy. Itu wajar, Cindy adalah anak kandung Andares. Calysta tidak pernah menuntut lebih dari apa yang pantas dia dapatkan. Lantas kenapa Cindy menyakitinya sejauh ini? Jauh sebelum ibu Calysta menikah dengan Andares, mimpi terbesar Calysta adalah dekat dengan Kim Bum. Berharap bisa menjadi pendamping pria itu sudah lama menjadi tujuan hidup gadis berusia 26 tahun itu.

Tidak peduli sesering apa hati Calysta terluka saat Cindy menghina dirinya dan sang ibu, Calysta berusaha mengalah. Dia terus mencoba memahami situasi Cindy. Gadis itu terpukul karena kematian ibunya yang tiba-tiba. Tak lama setelah itu ayahnya meninggal, siapa pun yang ada di posisi Cindy pasti akan membenci takdir yang menimpanya. Calysta terima ketika Cindy menjadikannya dan Nara sebagai kambing hitam atas segala kesakitan yang Cindy rasakan. Tapi untuk kali ini Calysta tidak bisa tinggal diam. Dia tidak akan membiarkan cintanya berakhir mengenaskan setelah penantian panjang yang dia lalui. Kim Bum sudah akrab dengannya, hanya tinggal selangkah lagi untuk bisa hidup bersama pria itu selamanya. Calysta sudah bertekad bahwa kali ini dia tidak akan kalah dari Cindy, apa pun yang terjadi.

Tok! Tok! Tok!

Calysta segera menghapus air mata di pipinya ketika ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya.

"Masuk," ujar gadis itu mempersilakan.

Nara masuk dan memberikan senyum manis untuk sang putri kesayangan.

"Ibu, tumben ke sini malam-malam. Ada apa?"

Nara duduk di bibir ranjang menghadap Calysta.

"Tidak apa-apa, ibu hanya ingin mengunjungimu. Sekalian ibu juga mau tahu perkembangan hubunganmu dengan Kim Bum. Bagaimana, apa dia sudah membicarakan hal serius terkait pertunangan atau bahkan pernikahan?"

Calysta sedikit terusik mendengar pertanyaan itu. lukanya seperti kembali dikoyak, ingatan tentang bualan Cindy terputar begitu jelas dalam benaknya. Gadis itu memejam berat untuk mengenyahkan pikiran tentang Cindy dan Kim Bum yang saat ini mungkin sedang berduaan.

"Sayang, kamu sedang ada masalah?" Nara menyadari bahwa putrinya tidak seceria biasanya.

"Tidak, Bu, aku hanya sedikit lelah karena pekerjaan di kantor."

My Arrogant CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang