Bab 11

1K 129 68
                                    

Ruangan pribadi itu bernuansa temaram ketika hanya televisi yang menjadi sumber cahaya. Lampu dimatikan agar kegiatan nonton semakin fokus. Film sudah bergulir setengah jalan, mendekati momen-momen puncak konflik bermunculan. Cindy begitu fokus menyaksikan film yang dia pilih di salah satu platform berbayar. Kim Bum yang duduk di sampingnya tak lagi tertarik pada film yang sedang tayang. Entahlah, Cindy lebih menarik untuk disaksikan daripada film itu.

"Ini film lama tapi aku suka, bukankah ikatan ayah dan anak itu benar-benar indah sekali pun mereka tidak sedarah? Suleyman terlihat sangat menyayangi Ayla. Filmnya diangkat dari kisah nyata, itu artinya sosok ayah hebat seperti Suleyman benar-benar ada."

Cindy tengah menonton film berjudul "The Daughter of War", salah satu film yang menceritakan kisah seorang tentara Turki yang bertemu Ayla kemudian ia merawat Ayla selama perang Korea pada 1950-an silam.

"Kau menonton film ini karena benar-benar ingin atau karena kau sedang merindukan ayahmu saja?"

Pertanyaan Kim Bum membuat Cindy menoleh ke arah pria itu.

"Ini tidak ada hubungannya dengan Ayah, aku memang ingin menontonnya tapi belum sempat terus."

"Dan kau menyempatkan menontonnya bersama kekasihmu begitu? Kau ingin aku jadi sosok ayah yang hebat ya untuk anak-anak kita nanti?"

Cindy seharusnya kesal tapi entah mengapa saat ini dia tidak sedang ingin memarahi Kim Bum. Suasana di sana sudah sangat hangat, Cindy tidak mau merusaknya.

"Fokus nonton filmnya, oke?" kata Cindy memperingatkan.

Kim Bum terkekeh lalu mengangguk paham. Ia bawa kepala Cindy untuk bersandar di bahunya.

"Biar lebih nyaman," kata Kim Bum saat Cindy mendongak bingung.

Cindy membiarkan kepalanya bersandar di bahu pria itu. Dalam hati dia bergumam ternyata begitu rasanya memiliki sandaran hati. Ada nyaman dan aman yang Cindy rasa, ia tak ingin beranjak dari posisi itu.

"Lihat, mereka memasukkan Ayla ke dalam koper. Kalau kau masuk tidak ya ke dalam koper itu?" celoteh Kim Bum random, maksudnya sudah jelas mau mengganggu konsentrasi Cindy menonton.

"Bisa diam tidak? Aku sedang malas mengomelimu ya."

Kim Bum gemas melihat Cindy yang berusaha sabar walaupun selalu ia usili sejak awal film diputar. Ini sedikit berbeda dari dugaan Kim Bum, dia pikir awalnya Cindy mengajaknya nonton hanya alibi untuk melakukan sesuatu yang lebih menyenangkan misalnya. Tapi ternyata gadis itu murni mengajaknya nonton saja. Tidak ada kegiatan lain. Film yang dipilih pun sama sekali tidak terduga. Kim Bum kira mereka akan menonton film romantis atau dewasa eh ini malah menonton film perang yang cenderung mengharukan sebenarnya.

Meskipun semuanya tak berjalan seperti bayangan Kim Bum tapi pria itu malah senang. Dia merasa Cindy sudah bisa menerimanya dengan tulus dan mau membuka diri pada pria itu. Sampai detik ini Kim Bum tidak tahu apakah gadis itu memiliki perasaan yang sama atau tidak padanya. Memang benar Cindy selalu merespons positif skinship yang dilakukan Kim Bum tapi apakah itu menjamin Cindy mencintainya? Belum tentu bukan?

Banyak yang bilang perempuan itu memiliki beberapa kemampuan tersembunyi, sebut saja mereka bisa pura-pura move on padahal masih sayang, pura-pura bisa didekati padahal sudah mati rasa, dan yang paling parah bisa mengencani dua pria tanpa diketahui keduanya. Gila bukan? Siapa tahu Cindy juga hanya pura-pura terpikat padahal tidak punya rasa apa-apa pada Kim Bum. Apalagi pria itu sudah tahu motif Cindy sejak awal mendekatinya untuk memanas-manasi Calysta.

"Cindy, boleh aku tanya sesuatu?"

"Tidak."

"Kenapa?"

My Arrogant CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang