Bab 7

735 114 77
                                    

Keesokan harinya, Kim Bum dan Cindy benar-benar sibuk mengurusi proyek resort yang merupakan hasil kolaborasi antara hotel The Golden Inn dengan perusahaan ayah Kim Bum. Mereka mengadakan pertemuan dengan beberapa perusahaan kontruksi yang sekiranya bisa menghandle proyek ini sebaik mungkin sesuai dengan konsep yang diinginkan. Belum pematangan desain bangunan resort yang masih jadi perdebatan.

Proyek ini memang masih jauh dari kata selesai, semuanya baru akan dimulai tapi Kim Bum dan Cindy sudah dilibatkan sejak awal karena merekalah pemilik konsep resort terbaru ini. Karena proyek ini sudah lama direncanakan dan menjadi proyek impian Cindy juga, gadis itu sangat serius dalam menggarap semua tugasnya. Dia pun tidak sempat mengusili Kim Bum, bisa dibilang keduanya selalu seiya-sekata selama proses pekerjaan berlangsung.

Berangkat pagi, pulang malam, kemudian menyiapkan agenda di hari berikutnya. Begitu saja terus kegiatan dua sejoli itu selama empat hari terakhir. Tidak ada waktu untuk santai-santai atau sekadar berdebat. Mereka bahkan pernah tertidur di ruang tengah villa dengan keadaan laptop menyala semalaman. Berkas berserakan dan posisi mereka saling berpelukan di atas sofa. Dan kejadian serupa kembali terulang hari ini, di mana Cindy terbangun dengan posisi tangan Kim Bum melingkari perutnya erat. Gadis itu mengerjap beberapa kali, setelah sepenuhnya sadar Cindy tidak langsung teriak atau memaki pria yang memeluknya. Dia malah mengamati wajah polos Kim Bum yang tampak manis kalau sedang tertidur.

"Lagi-lagi aku terbangun dalam pelukanmu," gumam Cindy pelan sekali.

Dia menghela napas berat, usai berkutat dengan pekerjaan yang begitu banyak empat hari terakhir. Akhirnya Cindy memiliki sedikit waktu luang sebelum waktu kepulangannya lusa. Tidak terasa, sudah lima hari Cindy hidup satu atap dengan Kim Bum. Mereka tidak bertengkar atau berdebat seperti biasanya. Kehidupan terkesan begitu damai dan tenteram. Cindy sedikit tidak percaya pada keadaan ini, dia benar-benar tidak marah walaupun sudah berulang kali Kim Bum merengkuh perutnya dengan erat seperti ini.

"Pikiran bodoh ini terus menggangguku. Aku yakin tidak menyukaimu tapi kenapa ..." Cindy menggantung ucapannya.

"Hhh, kenapa aku bingung begini setiap di dekatmu pria mesum?"

Cindy hendak menyentuh wajah Kim Bum, alam bawah sadar yang menyuruhnya melakukan itu. Namun ketika egonya bangun, Cindy segera menampar tangannya sendiri.

"Jangan macam-macam kau tangan nakal!" omel Cindy, hampir saja gadis itu menyentuh Kim Bum.

Tidak Cindy, ini bukan saat yang tepat untuk bermain perasaan dengan laki-laki mesum ini. Ingat tujuan awalmu, kau mendekatinya hanya untuk membuat Calysta cemburu. Cukup gagalkan perjodohan mereka dan jangan berpikir terlalu jauh. Kau tidak perlu laki-laki mana pun dalam hidupmu.

Cindy kembali menatap Kim Bum lama, ketika pria itu terusik oleh dering ponsel. Cindy buru-buru memejamkan matanya lagi, pura-pura tidur adalah rencana terbaik untuk menghindari salah tingkah.

Dalam keadaan mata masih tertutup, tangan Kim Bum mencoba meraih ponselnya yang tersimpan di atas meja. Untung jarak meja dan sofanya tidak begitu jauh. Satu tangan Kim Bum masih memeluk Cindy.

"Halo," sapa Kim Bum dengan suara khas bangun tidur.

"Bum, kau baru bangun?"

"Iya."

"Oke bagus, jemput aku sekarang di bandara," jelas si penelepon yang ternyata Mark.

"Bandara mana?"

"Incheon, memangnya bandara mana lagi? Aku ada kerjaan di Korea jadi kuputuskan untuk meminta bantuanmu menjemputku. Kau tahu kan aku tidak punya keluarga di sini?"

"Oh, sori aku tidak sedang di Korea sekarang."

"Jangan bohonglah, Bum. Temanmu jauh-jauh dari Amerika ke Korea, masa kau tidak mau bantu. Aku berencana menginap di apartemenmu. Perusahaanku masih mencarikan tempat tinggal yang cocok untukku."

My Arrogant CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang