Hinata mengerjap ketika cahaya matahari terasa menusuk permukaan wajahnya.Perlahan tapi pasti kelopak mata yang menyembunyikan kecubung pucat di dalamnya pun terbuka.
Wanita itu tersenyum manis ketika wajah polos sang suami yang tengah tertidur pulas pun dapat ditangkap oleh retinanya.
Wajah dengan kulit seputih susu itu pun merona merah. Jari-jari lentiknya menari indah diatas rahang tegas dengan goresan tiga kumis kucing tersebut.
Tatapan matanya lembut menyuarakan rasa sayang yang dalam ditujukan untuk si pria yang masih menyelami dunia mimpi.
Cup
Bibir peach-nya mendarat dengan indah pada kening si pria. Dirinya terdiam sesaat menatap wajah lelap itu, sebelum akhirnya menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan hendak bangun.
Tindakannya terhenti begitu saja ketika sebuah lengan kekar yang begitu ia kenali siapa si pemilik memeluk pinggangnya erat. Membuat ia harus mengurungkan niat untuk bangun.
Hinata menoleh pada si pelaku yang kini mencoba mencari kenyamanan pada leher jenjangnya.
Jari lentiknya kembali mengelus lembut pipi bergurat itu.
"Naruto-kun, ini sudah pagi aku harus bangun."
Dengan nada suara yang teramat lembut dia menyuarakan niatnya untuk segera bangun. Berharap si pelaku yang mengurungnya dalam dekapan hangat mau melepaskan kurungan tersebut.
Kelopak mata sewarna madu itu terbuka. "Sebentar lagi, hime. Aku masih mengantuk."
Dengan suara serak yang khas dia menyahut. Pria itu makin mempererat pelukannya pada pinggang si wanita.
"Anata, ini sudah pagi. Aku harus menyiapkan sarapan untuk kita. Naruto-kun bisa melanjutkan tidur sebentar tapi, biarkan aku bangun ya."
Hinata masih berusaha membujuk. Namun kali ini Naruto hanya bergeming. Pria itu berpura-pura tidak mendengar. Serta ingin kembali menyelami alam mimpi.
Hinata menghela nafas pelan. Dia mencoba melepaskan tangan Naruto dari pinggangnya dan beranjak untuk bangun.
Belum juga dia bangun dari posisinya kelopak mata tan itu kembali terbuka dan memandang ke arahnya dengan pandangan yang sayu tanda bahwa dia masih sangat mengantuk.
Hinata menghentikan niatnya untuk bangun lagi. Dia menatap Naruto penuh sayang.
"Anata, gomen. Aku harus bangun dan menyiapkan sarapan. Bukankah kita akan pergi menginap di rumah ayah, hari ini?"
Naruto bergeming.
Hinata pun kembali mengecup kening pria itu, lalu beralih pada bibirnya. Dia pun tersenyum manis sebelum benar-benar bangun dari posisinya.
Melihat Hinata yang sudah bangun, Naruto pun turut mengikuti. Walaupun kentara dengan teramat jelas di wajahnya bahwa dia masih sangat mengantuk.
Si wanita tersenyum. Dia duduk di pinggir ranjang dan menatap suaminya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
[8] ホリデー {Horidē} ✔
FanfictionHari libur itu bagaikan sebuah angin segar bagi Naruto. Dia selalu sibuk bekerja hingga kurang beristirahat. Jadi ketika mendapat kan hari libur dia akan menggunakannya dengan sangat baik. Bukan hanya beristirahat tapi juga menghabiskan banyak waktu...