CeklekBoruto yang tengah berlutut di lantai sembari menata pakaian yang akan ia bawa ke dalam tas pun menoleh ketika pintu kamarnya terbuka.
Dia mengangkat sebelah alisnya bingung ketika mendapati Kawaki berdiri di bingkai pintu.
"Apa yang kau lakukan disini -ttebasa? Kau sudah selesai merapikan pakaian yang akan kau bawa?"
Kawaki terdiam. Dia menatap Boruto ragu. "Kau yakin akan baik-baik saja?" Tanyanya ambigu.
Boruto mengernyitkan keningnya dalam. "Apa yang coba kau katakan?"
"Kalian mungkin menerimaku, tapi aku tak yakin hal yang sama akan berlaku pada kakek dan bibimu," -Kawaki menunduk- "mereka mungkin tidak akan suka melihatku."
Boruto menghela nafas lalu memutar matanya bosan. Dia pun bangkit berdiri dan menatap Kawaki serius.
"Kau tidak percaya pada ibu?"
Kawaki mendongak. "Tentu saja aku percaya!" Jawab Kawaki cepat.
"Lalu? Ibu sudah bilang semuanya akan baik-baik saja 'kan? Lalu kenapa kau masih khawatir -ttebasa?"
Kawaki bergeming.
"Kakek dan Hanabi-neesan adalah orang yang baik. Kau akan melihatnya nanti saat tiba di kediaman Hyuga. Jika, kau terus khawatir artinya kau tidak percaya pada ayah dan ibu. "
"Ma, sekarang pergilah dari sini dan siapkan barang-barangmu." Boruto tersenyum lebar.
"Aku sudah selesai." Kawaki berkata dengan tampang datar.
"Heh?!" Boruto memekik kaget. "Beneran sudah selesai?!"
"Hm."
"Cih kuso, kau datang hanya untuk memperlambat ku saja -ttebasa!"
Sembari menggerutu Boruto pun melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda karena kedatangan Kawaki.
****
Boruto menopang dagunya dengan bosan dan menatap keluar jendela.
"Haish lama sekali -ttebasa! Jadi tidak sih kita pergi ke rumah kakek?!!" Boruto menggerutu dengan kesal.
Sejak tadi, dirinya bersama Kawaki dan Himawari terduduk di ruang keluarga menunggu kedatangan Naruto dan Hinata, yang tengah bersiap-siap di kamar.
Kira-kira sudah satu jam mereka menunggu namun kedua sejoli itu tak kunjung menunjukkan batang hidung mereka.
"Mungkin memang ada banyak hal yang harus dipersiapkan. Kau diamlah dan menunggu saja."
Kawaki yang mulai malas mendengar gerutu Boruto pun berujar demikian. Sejujurnya dia sedikit senang karena Naruto dan Hinata sedikit lama di kamar sebab, dirinya merasa gugup.
Rasa takut akan penolakan terus terngiang di kepalanya.
"Cih, aku akan mengeceknya -ttebasa!"
Tidak peduli akan apa yang Kawaki katakan, Boruto lebih memilih beranjak dari duduknya dan pergi mengecek ke kamar sang ayah dan ibu.
Kawaki hanya menatap kepergian Boruto dengan tampang datar. Dia tidak berniat melarang, yang ada nanti mereka akan terlibat pertengkaran lagi. Dia sedang tidak ingin bertengkar.
Kepalanya menoleh kesamping kanan, tepat ke arah Himawari. Gadis kecil itu duduk dengan tenang dengan kedua kaki yang diayunkan secara bergantian sambil menikmati eskrim di tangannya.
Himawari sama sekali tidak peduli dengan keadaan sekitar dan hanya fokus pada eskrimnya.
"Apa rasa itu enak?" Kawaki bertanya. Dia dan Boruto sudah melahap eskrim mereka hingga habis sejak tadi. Hanya, Himawari lah yang belum menghabiskan eskrimnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[8] ホリデー {Horidē} ✔
FanficHari libur itu bagaikan sebuah angin segar bagi Naruto. Dia selalu sibuk bekerja hingga kurang beristirahat. Jadi ketika mendapat kan hari libur dia akan menggunakannya dengan sangat baik. Bukan hanya beristirahat tapi juga menghabiskan banyak waktu...